Hadits 14
Mengangkat Tangan Ketika Berdoa
وَعَنْ سَلْمَانَ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم: إِنَّ رَبَّكُمْ حَيِيٌّ كَرِيمٌ يَسْتَحِي مِنْ عَبْدِهِ إِذَا رَفَعَ إِلَيْهِ يَدَيْهِ أَنْ يَرُدَّهُمَا صِفَرًا. أَخْرَجَهُ اَلْأَرْبَعَةُ إِلَّا النَّسَائِيَّ وَصَحَّحَهُ اَلْحَاكِمُ
Dari Salman Radhiallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: “Sesungguhnya Tuhanmu Pemalu dan Pemurah Dia akan malu terhadap hamba-Nya bila ia mengangkat tangannya kepada-Nya lalu Dia mengembalikannya dengan tangan kosong.” Riwayat Imam Empat selain Nasa’i. Hadits shahih menurut Hakim. ([1])
Ini adalah dalil salah satu adab dalam berdoa yaitu mengangkat tangan. Namun Nabi tidak menyebutkan bagaimana tata cara mengangkat tangan, yang penting dihadapkan ke atas, apakah kedua tangannya ditempelkan atau dipisahkan, walaupun sebagian fuqaha’ menyebutkan bahwa kedua tangannya ditempelkan lalu diletakkan di depan dada. Kecuali dalam keadaan memohon sesuatu yang sangat genting kepada Allah yaitu dengan mengangkat tangan tinggi ke atas. Seperti yang dilakukan oleh Nabi saat berdoa ketika shalat istisqa’, beliau mengangkat tangannya tinggi ke atas sampai terlihat ketiaknya yang berwarna putih.
Selain dari pada itu, pada tempat-tempat yang tidak diriwayatkan dari Nabi beliau mengangkat tangan, maka tidak perlu mengangkat tangan. seperti, zikir pagi petang dan zikir-zikir keseharian. Contoh, Nabi berkata kepada seorang anak kecil yang mau makan,
«يَا غُلاَمُ سَمِّ اللَّهَ، وَكُلْ بِيَمِينِكَ وَكُلْ مِمَّا يَلِيكَ» . فَمَا زَالَتْ تِلْكَ طِعْمَتِى بَعْدُ
“Wahai Ghulam, sebutlah nama Allah (bacalah “BISMILLAH”), makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah makanan yang ada di hadapanmu.” Maka seperti itulah cara makanku setelah itu. ([2])
Dalam hadits ini tidak dikabarkan Nabi mengangkat tangannya, demikian pula doa ketika selesai makan. Ketika selesai berwudhu Nabi juga tidak dikabarkan mengangkat tangannya, doa keluar rumah, doa masuk ke dalam toilet, doa ketika khotbah Jumat, doa-doa yang dibaca dalam shalat ketika rukuk, sujud, dan seterusnya. Seandainya Nabi mengangkat tangannya pasti para sahabat mengabarkannya.
Adapun dalam doa-doa yang sifatnya memohon dan meminta, seperti meminta dilapangkan rezekinya, meminta dimudahkan hajatnya, dan seterusnya, maka yang seperti ini asalnya mengangkat tangan sebagaimana yang diisyaratkan oleh Nabi dalam hadits ini.
Allah Maha Malu maksudnya adalah malu yang dibangun di atas kemuliaan, bukan di atas kekurangan seperti halnya rasa malu manusia. Artinya bukan suatu hal yang layak menurut hak Allah apabila sang hamba berdoa sembari mengangkat tangannya lalu Allah tidak mengabulkannya.
Hadits ini menanamkan sifat husnuzan diri kita kepada Allah bahwa Allah akan mengabulkan doa kita. Oleh karena itu, Nabi bersabda dalam hadits yang lain,
ادْعُوا اللَّهَ وَأَنْتُمْ مُوقِنُونَ بِالإِجَابَةِ
“Berdoalah kepada Allah dalam keadaan kalian yakin pasti akan dikabulkan.” ([3])
Seseorang yang berdoa hendaknya selalu husnuzan bahwa Allah akan mengabulkan doanya. Hanya saja Allah tahu mana yang terbaik untuk para hambanya, kapan Allah akan mengabulkannya. Oleh karena itu, seorang hamba tidak sepatutnya tergesa-gesa ketika berdoa. Nabi bersabda,
يُسْتَجَابُ لِأَحَدِكُمْ مَا لَمْ يَعْجَلْ يَقُوْلُ: قَدْ دَعْوتُ رَبِّي ، فَلَمْ يَسْتَجِبْ لِي
“Doa salah seorang di antara kalian pasti dikabulkan selama ia tidak tergesa-gesa. (Yaitu) orang tersebut berkata, ‘Aku telah berdoa kepada Rabbku, tetapi Dia tidak mengabulkannya untukku.’” ([4])
Footnote:
_________
([1]) HR. Ibnu Majah No. 3865, dan disahihkan oleh Al-Albani
([2]) HR. Bukhari no. 5376 dan Muslim no. 2022