Hadits 27
Doa Meminta Kebaikan dan Berlindung Dari Kejahatan
وَعَنْ عَائِشَةَ -رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا- أَنَّ اَلنَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَّمَهَا هَذَا اَلدُّعَاءَ: اَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ مِنَ الْخَيْرِ كُلِّهِ عَاجِلِهِ وَآجِلِهِ مَا عَلِمْتُ مِنْهُ وَمَا لَمْ أَعْلَمْ وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ الشَّرِّ كُلِّهِ عَاجِلِهِ وَآجِلِهِ مَا عَلِمْتُ مِنْهُ وَمَا لَمْ أَعْلَمْ اَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِ مَا سَأَلَكَ عَبْدُكَ وَنَبِيُّكَ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا عَاذَ بِهِ عَبْدُكَ وَنَبِيُّكَ اَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ اَلْجَنَّةَ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ النَّارِ وَمَا قَرَّبَ مِنْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ وَأَسْأَلُكَ أَنْ تَجْعَلَ كُلَّ قَضَاءٍ قَضَيْتَهُ لِي خَيْرًا. أَخْرَجَهُ اِبْنُ مَاجَهْ وَصَحَّحَهُ اِبْنُ حِبَّانَ وَالْحَاكِمُ
“Dari ‘Aisyah Radhiallahu ‘anhu bahwa Nabi ﷺ pernah mengajarkan doa kepadanya: “(artinya = Ya Allah ﷻ aku memohon kepada-Mu dari segala kebaikan baik yang cepat maupun lambat apa yang aku ketahui dan apa yang belum aku ketahui. Aku berlindung kepada-Mu dari segala kejahatan baik yang cepat maupun yang lambat apa yang aku ketahui dan apa yang belum aku ketahui. Ya Allah ﷻ aku memohon kepada-Mu dari kebaikan seperti yang dimohon hamba-Mu dan Nabi-Mu. Ya Allah ﷻ aku memohon kepada-Mu surga dan apa yang dapat mendekatkan kepadanya baik ucapan maupun amalan. Aku berlindung kepada-Mu dari neraka dan apa yang dapat mendekatkan kepadanya baik ucapan maupun amalan. Dan aku memohon kepada-Mu agar Engkau menjadikan setiap keputusan yang Engkau putuskan kepadaku itu baik untukku).”([1])
Ini adalah bentuk Perhatian Nabi kepada ‘Aisyah karena ‘Aisyah adalah wanita yang paling dicintainya yaitu dengan mengajarkannya sebuah doa yang sangat agung.
Doa ini adalah doa yang sangat layak untuk dihafal. Bagaimana kita meminta kepada Allah ﷻ kebaikan, entah disegerakan atau diakhirkan. Karena Allah ﷻ-lah yang mengetahui kapan kebaikan itu tepat diberikan kepada kita. Boleh jadi Allah ﷻ menundanya karena dikhawatirkan bisa menjerumuskan kita ke dalam kesombongan jika mendapatkannya segera. Kita juga berlindung kepada Allah ﷻ agar tidak menimpakan kita keburukan, tidak hanya keburukan yang segera tapi keburukan yang mungkin datang di masa depan nanti.
Kemudian di dalam doa ini kita juga berdoa dengan kebaikan seperti yang diminta oleh Nabi, demikian pula agar terhindar dari keburukan yang Nabi berlindung darinya. Lalu agar bisa beramal dengan amalan yang bisa mengantarkannya ke surga, demikian pula berlindung dari segala keburukan yang bisa mengantarkan ke neraka.
Kemudian kita memohon agar segala keputusan Allah ﷻ adalah hal yang baik bagi kita. Baik dalam rumah tangga kita, dalam bisnis kita, dalam dakwah kita, hubungan kita dengan kerabat kita, dan segala hal. Ini akan membawa kita kepada sikap husnuzan kepada Allah ﷻ, apabila kita sering berdoa kepadanya.
Doa ini juga menunjukkan bahwa merinci permintaan adalah hal yang diperbolehkan, selama tidak berlebih-lebihan. Seandainya seseorang berdoa memohon kebaikan, sampai disitu maka itu sudah cukup. Namun Nabi merincinya, dimana Nabi meminta kebaikan yang segera maupun yang tidak atau yang diketahui maupun tidak diketahui. Demikian pula agar dihindarkan dari keburukan yang segera maupun yang tidak atau yang diketahui maupun tidak diketahui.
Demikian pula ketika berdoa bisa terlebih dahulu menyebutkan kekurangan kita secara terperinci. Sebagaimana doa Nabi Zakariya,
قَالَ رَبِّ إِنِّي وَهَنَ الْعَظْمُ مِنِّي وَاشْتَعَلَ الرَّأْسُ شَيْبًا وَلَمْ أَكُنْ بِدُعَائِكَ رَبِّ شَقِيًّا، وَإِنِّي خِفْتُ الْمَوَالِيَ مِنْ وَرَائِي وَكَانَتِ امْرَأَتِي عَاقِرًا فَهَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ وَلِيًّا
“Dia (Zakaria) berkata, “Ya Tuhanku, sungguh tulangku telah lemah dan kepalaku telah dipenuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada-Mu, ya Tuhanku.Dan sungguh, aku khawatir terhadap kerabatku sepeninggalku, padahal istriku seorang yang mandul, maka anugerahilah aku seorang anak dari sisi-Mu.”([2])
Maka dalam hal-hal seperti ini tidak mengapa. Terkadang kita merinci permintaan kita dengan syarat tidak berlebih-lebihan seperti merinci memohon istana di surga dengan sungai di bawahnya berwarna ini dan itu, di sampingnya ada pohon ini dan itu, jumlah bidadarinya sekian dan sekian. Dikhawatirkan doa seperti ini adalah bentuk berlebih-lebihan dalam meminta.
Footnote:
________
([1]) HR. Ibnu Majah no. 3846. Hadits Shahih menurut Ibnu Hibban dan Hakim