Hadits 24
Doa Memohon Ampun
وَعَنْ أَبِي مُوسَى اَلْأَشْعَرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: كَانَ اَلنَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدْعُو: اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي خَطِيئَتِي وَجَهْلِي وَإِسْرَافِي فِي أَمْرِي وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنِّي اَللَّهُمَّ اِغْفِرْ لِي جِدِّي وَهَزْلِي وَخَطَئِي وَعَمْدِي وَكُلُّ ذَلِكَ عِنْدِي اَللَّهُمَّ اِغْفِرْ لِي مَا قَدَّمْتُ وَمَا أَخَّرْتُ وَمَا أَسْرَرْتُ وَمَا أَعْلَنْتُ وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنِّي أَنْتَ اَلْمُقَدِّمُ وَالْمُؤَخِّرُ وَأَنْتَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ. مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
“Abu Musa Al-Asy’ary Radhiallahu ‘anhu berkata: Nabi ﷺ membaca doa: “(artinya = Ya Allah ﷻ ampunilah dosaku kebodohanku keborosanku dalam urusanku dan apa-apa yang Engkau lebih mengetahuinya daripada diriku. Ya Allah ﷻ ampunilah diriku karena kesungguhanku senda gurauku kesalahanku dan kesengajaanku semuanya itu ada padaku. Ya Allah ﷻ ampunilah diriku dari dosa yang telah dan aku lakukan apa yang aku sembunyikan apa yang aku tampakkan dan apa yang Engkau lebih mengetahuinya daripada diriku. Engkau yang memajukan Engkau yang mengundurkan dan Engkau berkuasa atas segala sesuatu).”([1])
Doa ini mengandung permohonan ampun dalam segala hal, karena semua jenis dan bentuk kesalahan tercakup dalam kalimat-kalimat doa ini. Baik itu kesalahan yang disengaja maupun yang tidak disengaja, yang dilakukan secara bersungguh-sungguh maupun secara bercanda, yang dilakukan secara terang-terangan maupun secara sembunyi, yang dilakukan karena tahu maupun tidak tahu, dan seterusnya.
وَإِسْرَافِي فِي أَمْرِي “keborosanku dalam urusanku” Kadang seseorang melakukan hal berlebih-lebihan sehingga terjerumus ke dalam dosa. Berlebih-lebihan dalam makanan, berlebih-lebihan dalam minuman, dalam berpakaian, rumah, kendaraan, dan seterusnya. Semua ini bisa menjerumuskan dalam dosa.
جِدِّي “kesungguhanku” Terkadang sebagian orang sungguh-sungguh dalam berdosa, sungguh-sungguh minum khamr, zina yang dipersiapkan, nonton haram yang direncanakan.
وَهَزْلِي “senda gurauku” Kadang seseorang bercanda sehingga menjerumuskannya ke dalam dosa. Seperti candaan yang mengantarkan kepada menyakiti hati sesama, menyinggung hati saudaranya, atau menjadikan orang lain sebagai bahan ketawaan. Bahkan hal-hal seperti itu sering terjadi, semuanya karena candaan. Hendaknya candaan itu ditempatkan sesuai porsinya, secukupnya saja untuk menghiasi majelis. Seperti garam dalam makanan, jika tidak ada akan terasa hambar, tetapi jika kebanyakan rasanya akan rusak. Selain itu sering bercanda dan tertawa bisa membuat hati mati. Nabi bersabda,
لاَ تُكْثِرُ الضَّحَكَ فَإِنَّ كَثْرَةَ الضَّحَكِ تُمِيْتُ القَلْبَ
“Janganlah banyak tertawa karena banyak tertawa dapat mematikan hati.”([2])
وَكُلُّ ذَلِكَ عِنْدِي “semuanya itu ada padaku” Ini adalah kalimat pengakuan, dan memang benar demikian. Semua jenis dosa dengan berbagai modelnya ada pada diri-diri kita.
Di penghujung doa, Nabi bertawassul dengan nama Allah ﷻ اَلْمُقَدِّمُ وَالْمُؤَخِّرُ (Al-Muqaddim wal-Muakhkhir). Kedua nama Allah ﷻ ini adalah dua nama yang tidak boleh dipisahkan, tetapi harus selalu digandengkan. Sebagaimana nama Allah ﷻ الأَوَّلُ وَالأخِرُ (al-Awwal wal-Akhir), القَابِضُ وَالبَاسِطُ (al-Qabidh wal-Basith)الرَّافِعُ وَالخَافِضُ (ar-Rafi’ wal Khafidh).
Maksud dari al-Muqaddim wal-Muakhkhir (memajukan dan mengakhirkan) adalah bahwa Allah ﷻ-lah yang berhak memajukan seseorang menjadi mulia atau memundurkannya menjadi hina. Manusia hanya bisa berusaha namun yang membuatnya beberharapasil adalah Allah ﷻ dan yang membuatnya gagal adalah Allah ﷻ.
Kemudian setelah itu Nabi bertawassul lagi dengan kalimat وَأَنْتَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ “Engkau berkuasa atas segala sesuatu.”
Footnote:
___________
([1]) HR. Bukhari no. 6399 dan Muslim no. 2719.
([2]) HR. Tirmidzi no. 2305. Dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahihul Jami’ no. 100.