Hadits 7
Keutamaan Membaca Tasbih
وَعَنْ جُوَيْرِيَةَ بِنْتِ اَلْحَارِثِ قَالَتْ: قَالَ لِي رَسُولُ اَللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لَقَدْ قُلْتُ بَعْدَكِ أَرْبَعَ كَلِمَاتٍ لَوْ وُزِنَتْ بِمَا قُلْتِ مُنْذُ اَلْيَوْمِ لَوَزَنَتْهُنَّ سُبْحَانَ اَللَّهِ وَبِحَمْدِهِ عَدَدَ خَلْقِهِ وَرِضَا نَفْسِهِ وَزِنَةَ عَرْشِهِ وَمِدَادَ كَلِمَاتِهِ. أَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ
“Juwairiyyah Binti Al-Harits Radhiallahu ‘anhu berkata: Rasulullah ﷺ bersabda kepadaku: “Setelah aku meninggalkanmu tadi aku telah membaca kalimat/dzikir yang jika ia ditimbang (pahalanya) dengan apa yang engkau baca hari (sejak pagi tadi) ini akan sama beratnya yaitu (artinya = Maha suci Allah ﷻ dan aku memuji-Nya sebanyak ciptaan-Nya sejauh ridha-Nya seberat timbangan arsy-Nya dan sebanyak tinta untuk menulis kalimat-Nya).”([1])
Juwairiyah adalah salah seorang istri Nabi ﷺ. Beliau selalu bertasbih, tatkala Nabi ﷺ keluar dari rumahnya beliau dalam keadaan bertasbih, ketika Nabi kembali beliau masih dalam keadaan bertasbih. Dari sini diambil pelajaran bahwa tidak mengapa seorang istri bertasbih di hadapan suaminya, bukan karena riya’ tetapi untuk beribadah kepada Allah ﷻ sekaligus menyenangkan suaminya juga.
Maka Nabi ingin mengajarkan kepada istrinya tersebut bagaimana cara bertasbih yang ringkas namun pahalanya tidak kalah besar, yaitu dengan membaca :
سُبْحَانَ اَللَّهِ وَبِحَمْدِهِ عَدَدَ خَلْقِهِ وَرِضَا نَفْسِهِ وَزِنَةَ عَرْشِهِ وَمِدَادَ كَلِمَاتِهِ
“Maha suci Allah ﷻ dan aku memuji-Nya sebanyak ciptaan-Nya sejauh ridha-Nya seberat timbangan arsy-Nya dan sebanyak tinta untuk menulis kalimat-Nya”
عَدَدَ خَلْقِهِ yaitu sejumlah makhluknya. Jumlah makhluk Allah ﷻ tidak ada yang sanggup menghitungnya, dari kalangan manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, makhluk-makhluk yang masih hidup atau yang sudah mati, dan seterusnya tidak ada yang sanggup menghitungnya.
وَزِنَةَ عَرْشِهِ yaitu seberat ‘Arsy Allah ﷻ. tidak ada yang mampu menimbang ‘Arsy Allah ﷻ yang begitu besarnya. Nabi menggambarkan dalam sebuah hadits,
مَا الْكُرْسِيُّ فِي الْعَرْشِ إلَّا كَحَلْقَةٍ مِنْ حَدِيدٍ أُلْقِيَتْ بَيْن ظَهْرَيْ فَلَاة مِنْ الْأَرْض
“Kursi itu berada di ‘Arsy, tiada lain hanyalah bagaikan sebuah gelang besi yang dicampakkan di tengah padang pasir.”([2])
وَمِدَادَ كَلِمَاتِهِ yaitu sebanyak tinta-tinta yang dipakai menulis kalimat Allah ﷻ. Sedangkan kalimat Allah ﷻ itu tidak ada ujungnya. Allah ﷻ berfirman,
قُلْ لَوْ كَانَ الْبَحْرُ مِدَادًا لِكَلِمَاتِ رَبِّي لَنَفِدَ الْبَحْرُ قَبْلَ أَنْ تَنْفَدَ كَلِمَاتُ رَبِّي وَلَوْ جِئْنَا بِمِثْلِهِ مَدَدًا
“Katakanlah (Muhammad), “Seandainya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, maka pasti habislah lautan itu sebelum selesai (penulisan) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula).”([3])
Footnote:
__________
([2]) HR. Ibnu Abi Syaikh Al-Asbahani 2/587. Dan disahihkan oleh Al-Albani dalam Syarah Thahawiyah 279.