Hadits 26
Keutamaan Meredam Amarah
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ كَفَّ غَضَبَهُ كَفَّ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَنْهُ عَذَابَهُ
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah ﷺ bersabda, “Barang siapa yang meredam amarahnya maka Allah akan menahan dia dari siksaan-Nya.”([1])
Status Hadits
Hadits ini secara sanad adalah hadits yang lemah karena di dalamnya ada seorang perawi yang bernama Khalid Ibnu Burd. Perawi ini adalah perawi yang lemah, Imam Bukhari ketika menyebutkan biografi Khalid Ibnu Burd dalam At-tarikh Al-Kabir, beliau berkata, “Dia tidak bisa diikuti”, artinya tidak bisa dikuatkan (lemah). Adz-Dzahabi juga mengomentari Khalid Ibnu Burd dengan mengatakan bahwa dia perawi yang majhul sehingga hadits ini adalah hadits yang lemah. Demikian juga syahid yang didatangkan oleh Ibnu Hajar berharap, sanadnya lemah sehingga kita tidak bisa menjadikan dua hadits ini sebagai dalil.([2])
Namun hadits ini dikuatkan dengan hadits yang lain dari jalur sahabat Ibnu ‘Umar i. Rasulullahﷺ bersabda,
مَنَ كَفَّ غَضَبَهُ سَتَرَ اللهُ عَوْرَتَهُ
“Barang siapa yang meredam amarahnya Allah akan menutup auratnya.”([3])
Selain itu, kita ketahui bahwasanya berusaha meredam amarah akan mendatangkan pahala yang besar dari Allah ﷻ. Dan di antaranya orang yang meredam amarah adalah termasuk dari ciri-ciri penghuni surga, sebagaimana firman Allah ﷻ,
وَسَارِعُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ الَّذِينَ يُنفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ۗ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.”([4])
Hadits tersebut juga apabila ditinjau dari sisi makna adalah benar karena kembali kepada kaidah umum, al-jazaa’ min jinsil ‘amal (balasan sesuai dengan perbuatan). Anda ingin memukul orang lain lantas tidak jadi karena Anda meredamnya, maka Anda pun tatkala ingin diazab oleh Allah ﷻ lantas tidak jadi diazab. Inilah faedah yang sangat mulia dari menahan amarah. Rasulullah ﷺ bersabda,
مَنْ كَظَمَ غَيْظًا وَهُوَ يَقْدِرُ عَلَى أَنْ يُنَفِّذَهُ دَعَاهُ اللَّهُ عَلَى رُءُوسِ الخَلاَئِقِ يَوْمَ القِيَامَةِ حَتَّى يُخَيِّرَهُ فِي أَيِّ الحُورِ شَاءَ
“Barang siapa yang meredam amarahnya padahal dia mampu untuk melampiaskan, maka Allāh akan memanggil dia pada hari kiamat di hadapan khalayak, sampai Allāh mempersilahkan dia memilih bidadari mana yang dia sukai.”([5])
Makna Hadits
Hadits ini menjelaskan tentang keutamaan meredam amarah yang memiliki berbagai keutamaan. Bahkan Allah ﷻ mengkhususkan penyebutannya di dalam Al-Quran tatkala menyebutkan beberapa ciri penghuni surga,
…… وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ
“Dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain.”([6])
Disebutkan oleh para ahli bahasa كَظْمُ الْغَيْظِ maknanya mengikat (menutup) tempat air (al-kirbah) ketika air sudah penuh. Al-Kirbah adalah tempat air orang-orang zaman dahulu yang terbuat dari kulit. Sehingga maksud dari ayat ini adalah orang yang berusaha menahan amarahnya ketika amarahnya mulai memuncak. Perkara ini adalah perkara yang menakjubkan karena dia menahan amarahnya tersebut ketika sudah mulai memuncak, bukan menahan di awal kali munculnya. Dan telah berlalu pembahasan tentang orang-orang yang meredam amarah yang mana dia akan mendapatkan keutamaan dan pahala yang sangat banyak. Kita tidak akan mengulangi pembahasan tersebut. Di dalam hadits ini dikatakan bahwa Barang siapa yang meredam amarahnya maka Allah akan menahan azab-Nya.
Akhlak Mulia Sebab Masuk Surga
Hendaknya selalu diingat bahwasanya masuk surga itu bukan cuma karena bersedekah, shalat malam, banyak puasa sunah dan shalat sunah, tetapi akhlak yang mulia adalah di antara perkara yang paling cepat memasukkan ke dalam surga. Rasulullah ﷺ bersabda,
مَا شَيْءٌ أَثْقَلُ فِي مِيزَانِ الْمُؤْمِنِ يَوْمَ القِيَامَةِ مِنْ خُلُقٍ حَسَنٍ
“Sesungguhnya tidak ada sesuatu apa pun yang paling berat di timbangan kebaikan seorang mukmin pada hari kiamat seperti akhlak yang mulia.”([7])
Dan di antara akhlak mulia adalah meredam amarah. Meredam amarah bukanlah perkara sepele. Terkadang sebagian orang sering muncul pada dirinya hal-hal yang bisa membuatnya marah dan jengkel. Apabila dia selalu berusaha untuk menahan maka dia akan mendapatkan pahala. Semakin banyak kemarahan yang dia redam semakin banyak pula pahala yang dia dapatkan. Di antara bukti bahwasanya meredam amarah bukanlah perkara yang remeh, yaitu Allah ﷻ menyebutkannya di dalam Al-Quran ketika menyebutkan sifat-sifat penghuni surga. Allah ﷻ berfirman,
وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ
“..yaitu orang-orang yang meredam amarah dan orang yang memaafkan orang lain yang bersalah kepada dia.”([8])
Hal ini menunjukkan bahwasanya Islam sangat menjunjung tinggi akhlak yang mulia. Semakin ada sebab yang bisa menimbulkan amarah kemudian kita selalu meredamnya maka semakin besar pahala yang menanti. Yang tadinya Allah ﷻ seharusnya mengazab kita, namun tidak jadi karena kita berusaha meredam dan tidak melampiaskan amarah kita.
Footnote:
([1]) HR. Ad-Daulaby no. 1071.
([2]) Lihat Minhatul Alam 10/276.
([3]) HR. Thabarani no. 13646.