Hadits 27
Tercelanya Sifat Penipu dan Pelit
عَنْ أَبِي بَكْرٍ الصِّدِّيقِ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ خِبٌّ، وَلا بَخِيلٌ، وَلا سَيِّئُ الْمَلَكَةِ
Dari sahabat Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu, Nabi ﷺ bersabda, “Tidak akan masuk surga seorang penipu, seorang yang pelit, dan orang yang berbuat buruk kepada budaknya.”([1])
Ada tiga jenis orang yang disebutkan oleh Nabi ﷺ dalam hadits ini,
- Penipu
Seorang penipu pasti suka berbuat bohong, sedangkan pembohong merupakan sifat orang munafik, sebagaimana yang telah lewat penjelasannya. Dan berbohong itu adalah salah satu penyebab yang bisa mengantarkan ke dalam neraka jahanam. Rasulullah ﷺ bersabda:
عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ، فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ، وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ، وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ صِدِّيقًا، وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ، فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ، وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ، وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ كَذَّابًا
“Hendaklah kalian selalu berlaku jujur, karena kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan mengantarkan seseorang ke Surga. Dan apabila seorang selalu berlaku jujur dan tetap memilih jujur, maka akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Dan jauhilah oleh kalian berbuat dusta, karena dusta membawa seseorang kepada kejahatan, dan kejahatan mengantarkan seseorang ke Neraka. Dan jika seseorang senantiasa berdusta dan memilih kedustaan maka akan dicatat di sisi Allâh sebagai pendusta (pembohong).”([2])
Yakni sifat jujur telah menjadi tabiatnya, apa pun kondisinya dia tidak bisa berbohong, karena Allah melabelinya sebagai orang yang jujur. Untuk sampai pada derajat tersebut seseorang harus berusaha. Begitu pula dengan orang yang telah dilabeli oleh Allah sebagai pembohong. Kemudian jadilah dia tukang penipu. Orang yang memiliki sifat ini tidak akan masuk surga.
- Bakhil
Sifat berikutnya adalah bakhil (pelit). Ancaman yang ditujukan kepada orang pelit berdasarkan hadits ini menunjukkan bahwasanya pelit merupakan dosa besar. Telah lewat pembahasan mengenai sifat pelit.
- Berbuat Buruk Kepada Budak
Kemudian sifat berikutnya adalah orang yang suka berbuat buruk kepada budaknya. Padahal diantara wasiat Nabi g menjelang meninggal adalah untuk berbuat baik kepada budak. Anas berkata :
كَانَتْ عَامَّةُ وَصِيَّةِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حِينَ حَضَرَهُ الْمَوْتُ: “الصَّلَاةَ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ الصَّلَاةَ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ” حَتَّى جَعَلَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُغَرْغِرُ بِهَا صَدْرُهُ، وَمَا يَكَادُ يُفِيضُ بِهَا لِسَانُهُ
“Kebanyakan washiat Rasulullah shallallahu álaihi wasallam tatkala kematian telah hadir adalah, “Perhatikanlah sholat dan budak-budak kalian, perhatikanlah sholat dan budak-budak kalian”. Sampai-sampai Rasulullah shallallahu álaihi wasallam mengucapkan hal tersebut dengan berat dadanya dan hampir-hampir lisannya tidak bisa mengucapkannya” ([3])
Jika budak yang dimiliki dan bisa diperjual belikan harus diperlakukan dengan baik maka bagaimana lagi dengan pekerja yang tidak kita miliki dan tidak bisa kita perjual belikan.
Maka bagi yang mempunyai anak buah, supir, ataupun pembantu, hendaknya tidak berakhlak buruk kepada mereka. Mereka juga manusia, mereka adalah seorang muslim, mereka bekerja untuk anak-anaknya, untuk istrinya. Hendaknya tidak menghinakan dan merendahkan kedudukan atau pekerjaan mereka.
Footnote:
________
([1]) HR. Ahmad no. 32. Dikatakan oleh Tirmidzi hadits ini hasan ghorib.
([3]) HR Ahmad no 12169 dengan sanad yang shahih. Dan semakna dengan hadits ini juga diriwayatkan oleh Ummu Salamah (HR Ahmad no 26483 dan 26657, derajatnya hasan li ghoirihi)