Hadis 10
Keutamaan Bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala
وَعَنْ أَنَسٍ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم : “كُلُّ بَنِيْ آدَمَ خَطَّاءٌ، وَخَيْرُ الْخَطَّائِيْنَ التَّوَّابُوْنَ.” أَخْرَجَهُ التِّرْمِذِيُّ، وَابْنُ مَاجَهْ، وَسَنَدُهُ قَوِّيٌ.
Dari Anas radhiallahu’anhu, beliau berkata, “Rasulullah ﷺ bersabda, ‘Seluruh anak Adam senantiasa berbuat kesalahan dan sebaik-baik orang yang berbuat kesalahan adalah mereka yang bertaubat’.” (HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah, dan sanadnya kuat)([1])
Ikhwan dan akhwat yang dirahmati oleh Allah ﷻ , Hadis ini menjelaskan bahwasanya di antara sifat yang senantiasa menempel pada anak Adam (manusia) adalah bersalah. Oleh karenanya, Rasulullāh ﷺ menggunakan sighah mubālaghah (hiperbolis) خَطَّاءٌ (senantiasa bersalah).
Dan Allah telah menyebutkan dalam sebuah hadis qudsiy,
يَا عِبَادِي، إِنَّكُمْ تَخْطِئُوْنَ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ، وَأَنَا أَغْفِرُ الذُّنُوْبَ جَمِيْعاً فَاسْتَغْفِرُوْنِي أَغْفِرْ لَكُمْ
“Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya kalian senantiasa berbuat salah di siang hari dan di malam hari, dan Aku mengampuni seluruh dosa. Maka mintalah ampunan kepada-Ku niscaya Aku ampuni kalian.” ([2])
Bagaimanapun dia berusaha untuk berbuat lurus, dia pasti pernah tersesat, terjerumus dalam kesalahan. Oleh karenanya Rasulullāh ﷺ mengatakan,
اسْتَقِيمُوا وَلَنْ تُحْصُوا
“Istiqamahlah kalian, namun kalian tidak akan mampu.” ([3])
Seseorang senantiasa berusaha beristikamah dan berusaha untuk tidak salah, akan tetapi meskipun berusaha semaksimal mungkin, suatu saat pasti dia pernah terjerumus dalam kesalahan, karena itu adalah sifat manusia. Selama dia adalah anak Adam dia pasti melakukan kesalahan karena sifat ini memang jibilliy (tertanam dalam watak dasar manusia).
Kata sebagian ulama, jibilliy yaitu sifat yang sudah terpasangkan dalam penciptaannya. Allah menciptakan anak Adam dengan sifat memiliki potensi untuk melakukan kesalahan. Mengapa demikian? Karena ada ibadah yang Allah sukai dari anak Adam, yaitu bertaubat kepada Allah. Allah mengatakan,
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ
“Allah mencintai orang-orang yang bertaubat.” ([4])
Dan Rasulullah ﷺ bersabda:
اللَّهُ أَفْرَحُ بِتَوْبَةِ عَبْدِهِ مِنْ أَحَدِكُمْ، سَقَطَ عَلَى بَعِيرِهِ، وَقَدْ أَضَلَّهُ فِي أَرْضِ فَلاَةٍ
“Adalah Allah ‘Azza wa Jalla itu lebih beberharapagia dengan taubatnya seseorang hamba daripada bahagianya seseorang yang menemukan hewan tunggangannya tanpa sengaja setelah sebelumnya hilang di padang pasir yang luas” ([5])
Allah tidak menyukai kesalahan, tetapi kesalahan itu dibuat oleh Allah sebagai sifat yang menempel pada manusia karena ada tujuan yang lebih utama yaitu agar dia bertaubat kepada Allah ﷻ . Yang menjadi masalah adalah kalau dia bersalah dan tidak bertaubat, ini masalah besar. Tapi kalau dia bersalah kemudian bertaubat, taubat ini dicintai oleh Allah ﷻ . Oleh karenanya, dalam hadis ini Rasulullāh ﷺ mengatakan, “Seluruh anak Adam bersalah dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah mereka yang bertaubat kepada Allah ﷻ .”
Dalam hadis lain, Rasulullah ﷺ mengatakan,
لَوْ لَمْ تُذْنِبُوا لَذَهَبَ اللَّهُ بِكُمْ وَلَجَاءَ بِقَوْمٍ يُذْنِبُونَ فَيَسْتَغْفِرُونَ اللَّهَ فَيَغْفِرُ لَهُمْ
“Kalau kalian tidak berdosa niscaya Allah akan menghilangkan kalian dan Allah akan mendatangkan kaum lain yang mereka berdosa kemudian mereka bertaubat (beristigfar) kepada Allah, maka Allah pun mengampuni mereka.” ([6])
Karenanya, para pembaca yang dirahmati Allah ﷻ , taubat adalah kewajiban bagi setiap mukmin. Allah mengatakan,
وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعاً أَيُّهَا المُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Bertaubatlah kalian seluruhnya, wahai orang-orang yang beriman, semoga kalian beruntung.” ([7])
Wajib bagi siapa saja, jangankan terhadap orang awam, ustaz juga wajib bertaubat, ulama juga wajib bertaubat, karena tidak seorang pun terluput dari dosa. Setiap orang mempunyai dosa sendiri-sendiri, sehingga setiap orang harus bertaubat kepada Allah ﷻ.
Rasulullah ﷺ saja sering bertaubat. Beliau beristigfar sekali duduk/majlis saja bisa sampai seratus kali. ([8]) Oleh karenanya, seseorang (hendaknya) senantiasa bertaubat kepada Allah lantaran dia tidak tahu kapan nyawanya akan dicabut oleh Allah ﷻ . Jangan sampai dia diambil nyawanya oleh Allah sementara dia belum bertaubat. Kalau sudah bertaubat kepada Allah (maka) selesai urusan. Rasulullah bersabda :
التَّائِبُ مِنَ الذَّنْبِ كَمَنْ لاَ ذَنْبَ لَهُ
“Seorang yang telah bertaubat adalah seumpama orang yang tidak berdosa.” ([9])
Oleh karenanya, perbanyaklah beristigfar. Dalam hadis disebutkan,
طُوبَى لِمَنْ وَجَدَ فِي صَحِيْفَتِه اسْتِغْفَاراً كَثِيراً
“Sungguh beruntung orang yang mendapati dalam catatan amalnya istigfar yang banyak.” ([10])
Dengan memperbanyak beristighfar maka dosa-dosanya diampuni. Dia terjerumus dalam dosa lalu beristigfar, kemudian terjerumus dalam dosa lagi dan bertaubat lagi, sampai akhirnya Allah mencabut nyawanya dalam kondisi dia telah bertaubat kepada Allah ﷻ .
Semoga Allah ﷻ senantiasa mengilhamkan kepada kita untuk senantiasa membasahi lisan kita (untuk) beristigfar kepada Allah ﷻ . Semoga Allah mengampuni dosa-dosa kita.
Footnote;
____________
([1]) HR. Tirmidzi no. 2499 dan Ibnu Majah no. 2451
([2]) HR. Muslim no. 2.577, dari shahābat Abū Dzar radhiallahu’anhu.
([3]) HR. Ibnu Majah, No.277, Ahmad, No.22378, Malik, 36
([5]) H.R. Bukhari, No.6309, Muslim, No.2675
([6]) HR. Muslim, No.2749, dari shahābat Abu Hurairah radhiallahu’anhu.
وَإِنِّي لَأَسْتَغْفِرُ اللهَ، فِي الْيَوْمِ مِائَةَ مَرَّةٍ
“Dan sesungguhnya aku meminta ampun kepada Allah ‘Azza wa Jalla dalam sehari sebanyak seratus kali.” (H.R. Muslim, No.2702)
([9]) Dihasankan oleh Al-Albani dalam Sahih Al-Jami’ Ash-Shaghir No.3008, sebagaimana beliau sebutkan juga dalam Ad-Dha’ifah pada penjelasan hadis No.1039
([10]) HR. Al-Baihaqi, Imām Ahmad dalam Az- Zuhd, dan dinyatakan sahih Syekh Al-Albāni. Lihat: Shahīh Al-Jāmi’ hadis No.3930