Jerat-jerat Setan
Oleh DR. Firanda Andirja, Lc. MA.
Pada kesempatan kali ini, kita akan membahas suatu perkara yang penting, di mana setiap kita harus senantiasa mengingatnya, yaitu tentang jerat-jerat setan yang merupakan musuh bebuyutan manusia, di mana setan sendiri telah memproklamasikan permusuhannya sejak dahulu. Oleh karenanya, ketika Allah ﷻ menciptakan Nabi Adam ‘alaihissalam, kemudian Allah ﷻ memperingatkan Iblis untuk sujud kepada Nabi Adam ‘alaihissalam, maka Iblis pun tidak mau seraya berkata,
﴿أَنَا خَيْرٌ مِّنْهُ خَلَقْتَنِي مِن نَّارٍ وَخَلَقْتَهُ مِن طِينٍ﴾
“Saya lebih baik daripada dia, Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah.” (QS. Al-A’raf: 12)
Akhirnya, Iblis pun kemudian dikeluarkan dari surga Allah ﷻ dan dilaknat hingga hari kiamat. Ketika Iblis dihukum oleh Allah ﷻ, maka ia pun kemudian meminta izin kepada Allah ﷻ untuk diberi umur panjang agar bisa menggoda Nabi Adam ‘alaihissalam serta seluruh keturunannya. Allah ﷻ berfirman tentang perkataan Iblis berkata,
﴿قَالَ أَنظِرْنِي إِلَىٰ يَوْمِ يُبْعَثُونَ، قَالَ إِنَّكَ مِنَ الْمُنظَرِينَ﴾
“Iblis berkata, ‘Beri tangguh saya sampai waktu mereka dibangkitkan’. Allah berfirman, ‘Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh’.” (QS. Al-A’raf: 14-15)
Akhirnya, kedua orang tua kita yaitu Adam dan Hawa q digoda oleh Iblis, sehingga mereka akhirnya memakan buah yang dilarang oleh Allah ﷻ. Allah ﷻ berfirman,
﴿فَوَسْوَسَ لَهُمَا الشَّيْطَانُ لِيُبْدِيَ لَهُمَا مَا وُورِيَ عَنْهُمَا مِن سَوْآتِهِمَا وَقَالَ مَا نَهَاكُمَا رَبُّكُمَا عَنْ هَٰذِهِ الشَّجَرَةِ إِلَّا أَن تَكُونَا مَلَكَيْنِ أَوْ تَكُونَا مِنَ الْخَالِدِينَ﴾
“Kemudian setan membisikkan pikiran jahat kepada mereka agar menampakkan aurat mereka (yang selama ini) tertutup. Dan (setan) berkata, ‘Tuhanmu hanya melarang kamu berdua mendekati pohon ini, agar kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang yang kekal (dalam surga)’.” (QS. Al-A’raf: 20)
Allah ﷻ bahkan menceritakan bagaimana Iblis bersumpah ketika hendak menggoda mereka berdua. Allah ﷻ berfirman,
﴿وَقَاسَمَهُمَا إِنِّي لَكُمَا لَمِنَ النَّاصِحِينَ﴾
“Dan dia (setan) bersumpah kepada keduanya, ‘Sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasehat kepada kamu berdua’.” (QS. Al-A’raf: 21)
Singkat cerita, Nabi Adam dan Hawa ‘alaihassalam pun kemudian tergoda dengan godaan Iblis, dan mereka pun dihukum oleh Allah ﷻ untuk turun ke bumi.
Iblis tentu tidak puas dengan hanya sekadar turunnya Nabi Adam dan Hawa q ke bumi, karena ia tahu bahwa ia tetap akan masuk ke dalam neraka. Maka, Iblis pun kemudian ingin mencari pengikut sebanyak-banyaknya dari keturunan Nabi Adam ‘alaihissalam untuk menemaninya di neraka. Oleh karenanya, Iblis pun bersumpah di hadapan Allah ﷻ untuk menjerumuskan anak keturunan Nabi Adam ‘alaihissalam ke dalam neraka jahanam. Di antara perkataan Iblis,
﴿قَالَ أَرَأَيْتَكَ هَٰذَا الَّذِي كَرَّمْتَ عَلَيَّ لَئِنْ أَخَّرْتَنِ إِلَىٰ يَوْمِ الْقِيَامَةِ لَأَحْتَنِكَنَّ ذُرِّيَّتَهُ إِلَّا قَلِيلًا﴾
“Dia (Iblis) berkata, ‘Terangkanlah kepadaku! Inikah orangnya yang Engkau muliakan atas diriku? Sesungguhnya jika Engkau memberi tangguh kepadaku sampai hari kiamat, niscaya benar-benar akan aku sesatkan keturunannya, kecuali sebagian kecil’.” (QS. Al-Isra’: 62)
Dalam ayat yang lain Iblis berkata,
﴿قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ، ثُمَّ لَآتِيَنَّهُم مِّن بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَن شَمَائِلِهِمْ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ﴾
“Iblis menjawab, ‘Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).” (QS. Al-A’raf: 16-17)
Kemudian dalam ayat yang lain Iblis juga berkata,
﴿قَالَ رَبِّ بِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِي الْأَرْضِ وَلَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ﴾
“Iblis berkata, ‘Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya’.” (QS. Al-Hijr: 39)
Dari sini, kita semua harus menyadari bahwasanya kita semua ini adalah target Iblis, karena dalam salah satu ayat di atas menyebutkan bahwa Iblis bersumpah akan menyesatkan kita semua.
Peringatan Allah ﷻ Terhadap Bahaya Setan
Allah ﷻ telah mengingatkan kepada Nabi Adam ‘alaihissalam dan kepada kita semua melalui firman-firman-Nya bahwasanya setan adalah musuh yang sangat nyata, di mana mereka ingin menjerumuskan kita semua anak keturunan Nabi Adam ‘alaihissalam untuk masuk ke dalam neraka jahanam.
Di antara peringatan Allah ﷻ seperti Allah ﷻ berfirman kepada Nabi Adam ‘alaihissalam,
﴿فَقُلْنَا يَاآدَمُ إِنَّ هَٰذَا عَدُوٌّ لَّكَ وَلِزَوْجِكَ فَلَا يُخْرِجَنَّكُمَا مِنَ الْجَنَّةِ فَتَشْقَىٰ﴾
“Maka Kami berkata, ‘Wahai Adam, sesungguhnya ini (Iblis) adalah musuh bagimu dan bagi istrimu, maka sekali-kali janganlah sampai ia mengeluarkan kamu berdua dari surga, yang menyebabkan kamu menjadi sengsara.” (QS. Thaha: 117)
Nabi Adam dan Hawa q telah diingatkan oleh Allah ﷻ, namun keduanya kalah dengan godaan setan. Ini memberikan faedah kepada kita tentang bagaimana hebatnya godaan dan tipuan setan, karena Allah ﷻ sudah memperingatkan Nabi Adam ‘alaihissalam, keimanannya tidak kita ragukan, namun ternyata Nabi Adam ‘alaihissalam pun lalai dari perintah Allah ﷻ. Ketahuilah bahwasanya Iblis atau setan ketika datang menggoda Nabi Adam dan Hawa q tidak dengan tampilan dan bentuk yang mengerikan, tidak! Justru Iblis datang dalam penampilan terbaik, datang sambil bersumpah sebagai penasihat, datang dengan kata-kata dan janji-janji manis, sehingga memang berat bagi siapa pun untuk bisa lolos dari tipu muslihat Iblis.
Selain kepada Nabi Adam ‘alaihissalam, Allah ﷻ juga telah mengingatkan kita, anak keturunan Adam ‘alaihissalam untuk berhati-hati terhadap godaan setan. Allah ﷻ berfirman,
﴿أَلَمْ أَعْهَدْ إِلَيْكُمْ يَابَنِي آدَمَ أَن لَّا تَعْبُدُوا الشَّيْطَانَ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ﴾
“Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu hai Bani Adam supaya kamu tidak menyembah setan? Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu’.” (QS. Yasin: 60)
Allah ﷻ juga berfirman,
﴿يَابَنِي آدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطَانُ كَمَا أَخْرَجَ أَبَوَيْكُم مِّنَ الْجَنَّةِ يَنزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْآتِهِمَا إِنَّهُ يَرَاكُمْ هُوَ وَقَبِيلُهُ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْ إِنَّا جَعَلْنَا الشَّيَاطِينَ أَوْلِيَاءَ لِلَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ﴾
“Wahai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh setan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dan suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin-pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.” (QS. Al-A’raf: 27)
Di sini, Allah ﷻ mengingatkan kita agar jangan sampai terfitnah dengan godaan setan, karena dahulu Iblis telah berhasil menjerumuskan kedua orang tua kita dalam bermaksiat kepada Allah ﷻ.
Allah ﷻ juga berfirman dalam ayat yang lain,
﴿إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا إِنَّمَا يَدْعُو حِزْبَهُ لِيَكُونُوا مِنْ أَصْحَابِ السَّعِيرِ﴾
“Sesungguhnya setan itu adalah musuh bagi kalian, maka jadikanlah ia musuh kalian, karena sesungguhnya setan-setan itu hanya mengajak orang-orang supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.” (QS. Fathir: 6)
Ingatlah bahwasanya Iblis baru akan puas dengan godaan dan tipuan yang merupakan lakukan ketika kita sudah masuk bersama mereka ke dalam neraka jahanam.
Inilah beberapa peringatan Allah ﷻ kepada Nabi Adam ‘alaihissalam dan kepada kita semua untuk berhati-hati terhadap jerat setan. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui tentang setan dan bagaimana tipu dayanya terhadap manusia.
Hakikat Iblis dan Setan
Pertanyaan yang sering timbul dalam benak banyak orang di antara kita adalah apa perbedaan antara Iblis, setan, dan jin? Sebelumnya, kita perlu tahu bahwasanya manusia dan jin itu memiliki kesamaan dari sisi memiliki akal dan hawa nafsu, sehingga dari kalangan manusia maupun jin, ada yang baik dan ada yang tidak baik, ada yang saleh dan ada yang tidak saleh. Allah ﷻ berfirman tentang para jin,
﴿وَأَنَّا مِنَّا الصَّالِحُونَ وَمِنَّا دُونَ ذَٰلِكَ كُنَّا طَرَائِقَ قِدَدًا﴾
“Dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang saleh dan di antara kami ada (pula) yang tidak demikian halnya. Adalah kami (para jin) menempuh jalan yang berbeda-beda.” (QS. Al-Jin: 11)
Iblis asalnya termasuk golongan jin, hanya saja perbedaannya adalah Iblis adalah golongan jin yang ditangguhkan umurnya oleh Allah ﷻ, sedangkan jin secara umum tidak ditangguhkan umurnya sehingga mereka juga mati sebagaimana manusia. Dari sini, Iblis asalnya masuk dalam golongan jin yang jahat, hanya saja mereka termasuk jin yang ditangguhkan umurnya dibandingkan jin jahat lainnya.
Adapun setan, yang harus kita ketahui bahwa setan adalah sebutan untuk sifat yang buruk. Sehingga, dari sini kita bisa klasifikasikan bahwa Iblis adalah pemimpin para setan, jin jahat yang tidak ditangguhkan umurnya juga setan yang merupakan anak buah Iblis. Oleh karena setan adalah sifat, maka manusia yang jahat juga disifati sebagai setan (anak buah Iblis), sebagaimana firman Allah ﷻ,
﴿وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ الْإِنسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَىٰ بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا﴾
“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia).” (QS. Al-An’am: 112)
Manusia jahat yang juga disebut sebagai setan (anak buah Iblis) asalnya tidak sadar bahwa ia diperintah oleh Iblis untuk menjerumuskan manusia. Oleh karena itu, betapa banyak kita dapati bersifat buruk dan ingin agar orang-orang terjatuh dalam keburukan seperti kesyirikan dan berbagai macam maksiat. Maka sesungguhnya mereka adalah setan dari kalangan manusia, di mana mereka juga adalah anak buah Iblis.
Setelah mengetahui perbedaan antara Iblis, jin, dan setan, maka kita sampai pada kesimpulan bahwasanya yang menggoda nenek moyang kita, Nabi Adam ‘alaihissalam adalah Iblis, yang di mana ia adalah golongan Jin yang ditangguhkan usianya hingga hari kiamat.
Dari sini, kita menyadari bahwa usia Iblis hingga saat ini tentunya sudah ribuan tahun atau bahkan lebih lama daripada itu, karena kita tidak tahu berapa masa dari Nabi Adam ‘alaihissalam hingga saat ini. Kemudian, hal ini menunjukkan bahwasanya Iblis sudah sangat pakar dalam menggoda manusia karena banyaknya pengalaman yang ia lalui hingga saat ini.
Iblis dengan segala pengalamannya tersebut, tentu ia sudah tahu dan paham bagaimana cara menggoda para dai, ulama, orang saleh, pejabat, orang miskin, para suami, para istri, para anak muda, dan yang lainnya, dan ia telah berhasil menyesatkan banyak orang sejak dahulu. Oleh karenanya Allah ﷻ berfirman,
﴿وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِّنَ الْجِنِّ وَالْإِنسِ﴾
“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka jahanam) kebanyakan dari jin dan manusia.” (QS. Al-A’raf: 179)
Di antara keberhasilan Iblis yang bisa kita lihat adalah Fir’aun. Sampai-sampai para ulama mengatakan bahwa Iblis pun kalah dengan manusia, karena Fir’aun berani mengatakan dirinya sebagai Tuhan, adapun Iblis tidak berani mengatakan dirinya sebagai Tuhan, karena ia tahu bahwa Tuhannya adalah Allah.
Setan dari golongan jin adalah musuh yang berat
Ada beberapa hal yang menunjukkan bahwa setan dari golongan jin merupakan musuh yang berat, di antaranya:
- Setan dan pasukannya melihat kita namun kita tidak melihatnya
Allah ﷻ berfirman,
﴿إِنَّهُ يَرَاكُمْ هُوَ وَقَبِيلُهُ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْ﴾
“Sesungguhnya ia setan dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dan suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka.” (QS. Al-A’raf: 27)
Kita tentu sepakat bahwasanya musuh yang tidak terlihat adalah musuh yang berat. Kita mungkin terkadang merasa aman ketika di suatu tempat, tapi ternyata ada musuh yang mengintai kita, sementara kita tidak sadari. Demikianlah setan, karena mereka ada musuh yang tidak terlihat, sehingga kita tidak tahu rencana jahat apa yang sedang ia rencanakan, maka ia termasuk kategori musuh yang berat.
- Setan dan pasukannya sangat dekat kepada manusia
Hal ini sebagaimana yang Nabi Muhammad ﷺ sabdakan,
إِنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِي مِنَ ابْنِ آدَمَ مَجْرَى الدَّمِ
“Sesungguhnya setan mengalir dalam tubuh anak adam sebagaimana aliran darahnya.”([1])
Hal ini didukung oleh hadits yang lain di mana Nabi Muhammad ﷺ menjelaskan bahwasanya setiap manusia ada qorinnya([2]). Nabi Muhammad ﷺ bersabda,
مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ، إِلَّا وَقَدْ وُكِّلَ بِهِ قَرِينُهُ مِنَ الْجِنِّ
“Setiap orang di antara kalian telah diutus untuknya seorang qorin (pendamping) dari golongan jin.”([3])
Jadi, setan itu tidak hanya berada di sudut rumah kita, atau di lantai dua rumah kita, atau di dapur kita, tidak! Bahkan setan itu lebih dekat daripada itu, ia ada di dalam tubuh kita yang kapan saja siap untuk menggoda kita. Tentunya, ini menunjukkan bahwa setan adalah musuh yang sangat berat, karena ia tidak terlihat dan bahkan masuk ke dalam tubuh kita. Oleh karena itu, setiap harus membentengi diri dengan keimanan dan ketakwaan.
- Yang digoda oleh setan adalah qalbu kita
Qalbu atau yang biasa kita artikan dengan hati adalah alat yang sangat vital di dalam diri kita masing-masing. Namun, di sinilah beratnya setan, karena ia langsung menggoda ke qalbu kita. Allah ﷻ berfirman,
﴿الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ﴾
“Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia.” (QS. An-Nas: 5)
Setan ketika menggoda manusia, ia tidak menggoda melalui telinga kita, ia langsung ke qalbu kita di mana itu adalah tempat pemberi keputusan antara “Ya” atau “Tidak”. Berbeda dengan akal, akal hanyalah tempat untuk menganalisis dan mengolah data, ia tidak mampu untuk mengambil keputusan. Maka, wajar saja setan merupakan musuh yang sangat berat.
- Setan tidak pernah lelah dalam menggoda
Hal ini sebagaimana yang Nabi Muhammad ﷺ telah sabdakan,
إِنَّ الشَّيْطَانَ قَعَدَ لِابْنِ آدَمَ بِأَطْرُقِهِ
“Sesungguhnya setan menghalang-halangi di seluruh jalan kebaikan anak Adam.”([4])
Segala bentuk kebaikan yang anak Adam akan lakukan, maka setan pasti akan menggodanya. Ketika anak Adam yang akan masuk Islam, maka setan akan menggodanya untuk tidak masuk Islam. Ketiak anak Adam ingin berhijrah, maka setan akan menghalanginya dengan membisikkannya tentang kebaikan-kebaikan yang dia akan tinggalkan jika berhijrah, agar ia tidak jadi berhijrah. Ketika anak Adam ingin berjihad, maka setan pun akan menghalanginya dengan membisikinya tentang istri dan anak yang akan dia tinggalkan, agar ia tidak jadi untuk berjihad. Demikianlah seterusnya, setan akan senantiasa menggoda anak Adam dari seluruh jalan kebaikan yang akan ia lakukan, dan ia sabar dalam menggoda manusia.
Hal ini juga telah ditegaskan oleh firman Allah ﷻ yang telah kita sebutkan,
﴿قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ، ثُمَّ لَآتِيَنَّهُم مِّن بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَن شَمَائِلِهِمْ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ﴾
“Iblis menjawab, ‘Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).” (QS. Al-A’raf: 16-17)
Di dalam ayat ini, para ulama menyebutkan sebuah faedah bahwasanya Iblis tidak berkata لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ عَلَى صِرَاطِكَ الْمُسْتَقِيمَ yang memberikan makna bahwa Iblis akan berdiri di jalan kebaikan-Nya untuk menghalangi manusia. Namun, ketika kata عَلَى dihilangkan, maka memberi faedah bahwa seakan-akan antara Iblis dan jalan kebaikan tersebut adalah sesuatu yang saling melazimi dan tidak akan terpisah, sehingga Iblis benar-benar tidak akan meninggalkan jalan tersebut. Ini tentunya menunjukkan bagaimana gigihnya Iblis dan anak buahnya dalam menggoda anak Adam.
Dari ayat ini juga secara jelas menunjukkan bahwa setan itu tidak pernah kenal lelah dalam menggoda anak Adam. Ketika setan tidak berhasil menggoda dari arah depan, maka ia akan menggoda dari arah kanan. Jika tidak berhasil dari kanan, maka setan akan mencoba dari arah kiri, belakang, atas, hingga bawah agar anak Adam benar-benar tergoda oleh tipu daya setan.
Oleh karenanya, bagaimana pun salehnya seseorang maka pasti akan ada setan yang menggodanya. Seorang yang membaca Al-Qur’an pasti akan ada setan yang menggodanya. Seorang suami maupun istri juga pasti akan ada setan yang menggodanya. Seseorang yang sabar ketika masa sulit pun pasti akan ada setan yang menggodanya. Maka, setan adalah musuh yang berat bagi kita semuanya.
- Setan memiliki anak buah yang terstruktur
Telah kita sebutkan bahwasanya jin terbagi menjadi dua, yaitu Iblis dan jin pada umumnya. Jin pada umumnya ini terbagi menjadi dua, yaitu jin yang baik dan jin yang jahat. Jin yang jahat inilah yang kemudian menjadi anak buah Iblis, yang juga kita sebut sebagai anak buah setan.
Tentunya, ini di antara perkara yang berat bagi kita semua, di mana Iblis memiliki anak buah. Dalam sebuah hadits disebutkan,
إِنَّ إِبْلِيْسَ يَضَعُ عَرْشَهُ عَلَى الْمَاءِ ثُمَّ يَبْعَثُ سَرَايَاهُ فَأَدْنَاهُمْ مِنْهُ مَنْزِلَةً أَعْظَمُهُمْ فِتْنَةً يَجِيْءُ أَحَدُهُمْ فَيَقُوْلُ فَعَلْتُ كَذَا وَكَذَا فَيَقُوْلُ مَا صَنَعْتَ شَيْئًا قَالَ ثُمَّ يَجِيْءُ أَحَدُهُمْ فَيَقُوْلُ مَا تَرَكْتُهُ حَتَّى فَرَّقْتُ بَيْنَهُ وَبَيْنَ امْرَأَتِهِ قَالَ فَيُدْنِيْهِ مِنْهُ وَيَقُوْلُ نِعْمَ أَنْتَ
“Sesungguhnya Iblis meletakkan singgasananya di atas air (laut) kemudian ia mengutus bala tentaranya. Maka yang paling dekat dengannya adalah yang paling besar fitnahnya. Datanglah salah seorang dari bala tentaranya dan berkata, ‘Aku telah melakukan begini dan begitu’. Iblis berkata, ‘Engkau sama sekali tidak melakukan sesuatu pun’. Kemudian datang yang lain lagi dan berkata, ‘Aku tidak meninggalkannya (orang yang ia goda) hingga aku berhasil memisahkan antara dia dan istrinya’. Maka Iblis pun mendekatinya dan berkata, ‘Sungguh hebat engkau’.”([5])
Jadi, Iblis sebagai pemimpin para setan tidak memerintahkan anak buahnya dengan asal-asalan. Dia mengatur anak buahnya sedemikian rupa, hingga setiap anak buahnya melapor kepadanya setiap kali ia telah berhasil menggoda manusia. Tidak hanya itu, Iblis bahkan memotivasi para jin yang berhasil menggoda pada perkara yang hebat dengan pujian dan dekatnya kedudukan jin tersebut dengan Iblis. Adapun bagi setan yang hanya menggoda pada perkara yang sepele maka akan diremehkan, sehingga mereka pun termotivasi terus untuk menggoda manusia agar bisa berbangga-bangga antara yang satu dengan yang lainnya.
Inilah lima poin yang menunjukkan hakikat beratnya musuh nyata yang setiap harinya kita hadapi, sehingga kita seharusnya tidak berpikir bahwa setan adalah musuh yang mudah. Jika sekiranya Allah ﷻ tidak menolong kita, maka tentu kita tidak akan mampu untuk menghadapi segala godaan dan tipu daya Iblis beserta anak buahnya.
Jerat-jerat Setan
Jerat-jerat setan tentu sangat banyak, karena kita sudah paham bahwasanya iblis telah memiliki banyak pengalaman dalam menggoda dan menipu manusia, dan ia pun senantiasa melatih anak buahnya. Namun, ada beberapa poin yang disebutkan oleh para ulama tentang bagaimana teknik iblis dalam menggoda anak Adam. Di antara yang menyebutkannya adalah Ibnul Qayyim ﷺ. Di antara jerat-jerat setan yang beliau sebutkan antara lain:
- Iblis melihat kecenderungan seseorang
Ini merupakan lantah utama setan dalam menggoda manusia. Jika seorang manusia cenderung kepada kebaikan, seperti senantiasa ibadah, maka setan akan berusaha menjerumuskannya pada sikap ekstrem (ghuluw) dalam beribadah.
Nabi Muhammad ﷺ telah bersabda,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِيَّاكُمْ وَالْغُلُوَّ فِي الدِّينِ، فَإِنَّهُ أَهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمُ الْغُلُوُّ فِي الدِّينِ
“Wahai manusia, berhati-hatilah kalian berlebih-lebihan dalam agama, karena orang-orang sebelum kalian telah binasa sebab mereka berlebih-lebihan dalam agama.”([6])
Nabi Muhammad ﷺ mengungkapkan hal ini ketika hendak melempar jamrah. Ketika hendak melempar jamrah, Nabi Muhammad ﷺ meminta untuk diambilkan beberapa batu kerikil berukuran kecil. Setelah itu, Nabi Muhammad ﷺ pun memperlihatkan batu-batu kepada para sahabat seraya berkata bahwa demikianlah ukuran batu yang digunakan untuk melempar jamrah. Lalu, Nabi Muhammad ﷺ memperingatkan para sahabat untuk tidak bersikap ghuluw. Artinya, Nabi Muhammad ﷺ khawatir apabila ada orang yang melempar jamrah dengan batu yang besar atau yang lainnya, dan memang terjadi, dan bahkan ada yang melempar bukan dengan batu.
Jadi, potensi bagi seseorang yang rajin beribadah untuk berlebih-lebihan dalam beribadah itu ada. Maka, setan akan menggodanya dari sisi tersebut. Oleh karenanya, dalam sejarah telah menyebutkan bagaimana munculnya orang-orang Khawarij, di mana mereka sangat mudah mengafirkan orang lain, dan yang lainnya. Demikianlah, setan akan menjerat seseorang ke dalam satu bid’ah ke bid’ah yang lain, hingga akhirnya ia bisa sampai seperti orang-orang Khawarij.
Berlebih-lebihan dalam beragama ini sangatlah berbahaya. Tidakkah kita melihat bagaimana berlebih-lebihannya kaum Nasrani dalam beragama sehingga akhirnya menjadikan Nabi Isa ‘alaihissalam sebagai Tuhan? Atau seperti orang-orang Yahudi yang menjadikan Uzair sebagai putra Allah? Atau seperti orang-orang musyrikin Arab yang menjadikan Lata sebagai sembahan mereka? Atau bahkan seperti sebagian orang-orang Islam yang memuji Nabi Muhammad ﷺ secara berlebih-lebihan yang tidak ada pada diri beliau? Padahal Nabi Muhammad ﷺ telah bersabda,
لاَ تُطْرُونِي، كَمَا أَطْرَتْ النَّصَارَى ابْنَ مَرْيَمَ، فَإِنَّمَا أَنَا عَبْدُهُ، فَقُولُوا عَبْدُ اللَّهِ، وَرَسُولُهُ
“Janganlah kalian melampaui batas dalam memujiku (mengkultuskan) sebagaimana orang Nasrani telah melampaui batas dalam memuji Isa putra Maryam. Sesungguhnya aku hanyalah hamba-Nya, maka katakanlah, ‘Hamba Allah dan Rasul-Nya’.”([7])
Dalam kesempatan yang lain Nabi Muhammad ﷺ juga bersabda,
قُولُوا بِقَوْلِكُمْ، أَوْ بَعْضِ قَوْلِكُمْ، وَلَا يَسْتَجْرِيَنَّكُمُ الشَّيْطَانُ
“Berkatalah kalian dengan perkataan kalian, atau sebagian dari perkataan kalian (tidak perlu banyak pujian), dan jangan sekali-kali kalian terpengaruh oleh setan.”([8])
Kalau kepada Nabi Muhammad ﷺ saja kita dilarang untuk berlebih-lebihan, maka bagaimana dengan orang yang berlebih-lebihan terhadap gurunya? Sampai-sampai ia sujud kepada gurunya? Atau seperti sebagian orang yang meminta kepada gurunya yang telah meninggal dunia? Ini semua adalah sikap berlebih-lebihan dalam beragama yang menjadi jerat setan untuk menjerumuskan manusia.
Namun, jika seseorang kecenderungannya kepada maksiat, maka setan akan menjeratnya agar ia sampai tenggelam ke dalam kemaksiatan. Allah ﷻ telah berfirman,
﴿وَإِخْوَانُهُمْ يَمُدُّونَهُمْ فِي الْغَيِّ ثُمَّ لَا يُقْصِرُونَ﴾
“Dan teman-teman mereka (orang-orang kafir dan fasik) membantu setan-setan dalam menyesatkan dan mereka tidak henti-hentinya (menyesatkan).” (QS. Al-A’raf: 202)
Yaitu, setan senantiasa mendorong pelaku maksiat untuk terus berada di kubangan maksiatnya, dan setan tidak pernah lelah dalam menyesatkan mereka. Oleh karenanya Allah ﷻ juga berfirman,
﴿أَلَمْ تَرَ أَنَّا أَرْسَلْنَا الشَّيَاطِينَ عَلَى الْكَافِرِينَ تَؤُزُّهُمْ أَزًّا﴾
“Tidakkah kamu lihat, bahwasanya Kami telah mengirim setan-setan kepada orang-orang kafir untuk menghasut mereka berbuat maksiat dengan sungguh-sungguh?” (QS. Maryam: 83)
Yaitu pelaku maksiat akan dibuat tidak nyaman dan gelisah ketika tidak berbuat maksiat, hingga akhirnya ia pun berbuat maksiat.([9])
Oleh karena itu, hendaknya kita selalu waspada. Jangan kita menyangka bahwasanya godaan setan hanya pada ketika seseorang bermaksiat, bahkan ketika seseorang rajin beribadah pun bisa menjadi salah satu dari jerat setan.
- التَّزْيِيْنُ – Menghiasi kemaksiatan
Di antara bentuk jerat setan adalah dengan menghiasi kemaksiatan. Allah ﷻ telah mengabarkan tentang sumpah setan,
﴿قَالَ رَبِّ بِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِي الْأَرْضِ وَلَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ﴾
“Iblis berkata, ‘Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya.” (QS. Al-Hijr: 39)
Sungguh, betapa banyak orang yang terjerumus dalam maksiat dan kekufuran karena memandang indah maksiat dan kekufuran tersebut. Oleh karenanya Allah ﷻ berfirman,
﴿وَإِذْ زَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ أَعْمَالَهُمْ وَقَالَ لَا غَالِبَ لَكُمُ الْيَوْمَ مِنَ النَّاسِ وَإِنِّي جَارٌ لَّكُمْ فَلَمَّا تَرَاءَتِ الْفِئَتَانِ نَكَصَ عَلَىٰ عَقِبَيْهِ وَقَالَ إِنِّي بَرِيءٌ مِّنكُمْ إِنِّي أَرَىٰ مَا لَا تَرَوْنَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ وَاللَّهُ شَدِيدُ الْعِقَابِ﴾
“Dan ketika setan menjadikan mereka memandang baik pekerjaan mereka dan mengatakan, ‘Tidak ada seorang manusia pun yang dapat menang terhadapmu pada hari ini, dan sesungguhnya saya ini adalah pelindungmu’. Maka tatkala kedua pasukan itu telah dapat saling lihat melihat (berhadapan), setan itu balik ke belakang seraya berkata, ‘Sesungguhnya saya berlepas diri daripada kamu, sesungguhnya saya dapat melihat apa yang kamu sekalian tidak dapat melihat; sesungguhnya saya takut kepada Allah’. Dan Allah sangat keras siksa-Nya.” (QS. Al-Anfal: 48)
Ayat ini bercerita tentang perang Badar, di mana ketika orang-orang musyrikin ragu-ragu, maka setan pun datang membisiki mereka dengan bisikan-bisikan yang menggoda, namun akhirnya mereka pun kalah. Demikianlah bentuk setan menghiasi kemaksiatan.
Lihatlah Nabi Adam ‘alaihissalam, ketika itu ia berada di surga dengan berbagai macam kenikmatan. Terlalu banyak buah yang bisa ia makan, terlalu banyak pohon yang indah, dan hanya satu pohon saja yang diharamkan baginya. Namun, setan datang kepadanya dan menghiasi pohon yang diharamkan atasnya, sehingga akhirnya Nabi Adam ‘alaihissalam pun kemudian lebih condong kepada pohon yang haram tersebut.
Para pembaca sekalian, di dunia ini banyak sekali hal-hal yang halal. Namun, ketika kita terjerumus pada perkara yang haram, itu karena setan yang menghiasi perkara tersebut. Demikianlah setan, ia menghiasi kemaksiatan agar terlihat indah di mata manusia, bahkan sampai pada kondisi di mana seseorang akan gelisah ketika tidak melakukan kemaksiatan tersebut.
- Skala prioritas setan dalam menggoda manusia
Ada beberapa urutan atau skala prioritas setan dalam menggoda manusia([10]), antara lain:
- Akan menjerumuskan seseorang dalam kekufuran, syirik, dan kemunafikan
Ketika setan telah berhasil menjerumuskan seseorang ke dalam kekufuran, maka selesailah tugas utama setan, yaitu mencari teman baginya di neraka. Oleh karenanya, kita tentu takjub ketika melihat setan berhasil menghiasi kekufuran miliaran orang Nasrani, sehingga mereka menyembah Nabi Isa ‘alaihissalam, padahal mereka sendiri mendapati di dalam kitab mereka bahwa orang yang mereka sembah itu lapar, ketakutan, tidur, berdoa, sujud, dan sifat-sifat manusiawi lainnya.
Demikian pula orang yang menyembah berhala, kita sedih melihat bagaimana mereka memahat dan membuat patung tersebut, lalu setelahnya mereka sembah sendiri. Kita mungkin bertanya, di manakah akal mereka? Namun demikian, setan telah menghiasi kesyirikan yang telah mereka lakukan.
- Kemudian akan diajak pada perbuatan bid’ah
Ketika setan tidak berhasil menjerumuskan seseorang kepada kekufuran, maka setan akan berusaha menjerumuskannya dalam perkara bid’ah dengan berbagai macam modelnya.
Ketahuilah bahwasanya bid’ah lebih disukai oleh setan daripada maksiat. Sufyan ast-Tsauri ﷺ pernah berkata,
الْبِدْعَةُ أَحَبُّ إِلَى إِبْلِيسَ مِنَ الْمَعْصِيَةِ، الْمَعْصِيَةُ يُتَابُ مِنْهَا، وَالْبِدْعَةُ لَا يُتَابُ مِنْهَا
“Bid’ah lebih dicintai Iblis daripada maksiat, karena seseorang yang bermaksiat masih bisa bertaubat, adapun bid’ah seseorang tidak bertaubat darinya.”([11])
Seseorang yang terjerumus dalam maksiat masih mungkin untuk bertaubat, karena ia tahu bahwa maksiat yang ia lakukan ada dosa. Adapun pelaku bid’ah, maka ia akan susah bertaubat karena menganggap bahwa itu adalah ibadah yang disyariatkan, padahal sejatinya tidak.
Oleh karena itu, jika tidak berhasil menjerumuskan seseorang dalam kekufuran, maka setan akan menjerumuskan seseorang dalam perkara bid’ah agar terus dalam kebid’ahannya, sehingga ia tidak bertaubat kepada Allah ﷻ.
- Kemudian akan dijerumuskan dalam dosa-dosa besar
Jika setan tidak berhasil menjerumuskan seseorang dalam bid’ah, maka akan dijerumuskan dalam dosa-dosa besar. Bagaimana caranya? Setan akan membisiki seseorang bahwasanya Allah ﷻ Maha Pengampun, sehingga sebesar apa pun dosa yang ia lakukan, pasti akan diampuni oleh Allah ﷻ. Atau setan akan membisiki bahwa tauhid seseorang akan menyelamatkannya, sehingga dosa-dosanya seluruhnya akan diampuni.
Demikianlah yang terjadi pada sebagian orang yang telah mengenal tauhid, karena menganggap dirinya telah bertauhid maka ia pun mudah untuk melakukan dosa-dosa besar seperti zina, memakan riba, dan yang lainnya. Ia merasa aman dengan tauhidnya kepada Allah ﷻ, sehingga dia pun berani melakukan dosa-dosa besar. Ketahuilah, bahwa ini juga merupakan bentuk jerat setan.
Lihatlah para sahabat yang ahli tauhid, apakah dengan tauhid mereka sehingga mereka menggampangkan maksiat? Tentu tidak! Justru tauhid mereka mencegah mereka dari berbuat kemaksiatan dan dosa-dosa besar.
- Kemudian akan menggampangkan dosa-dosa kecil
Jika setan tidak berhasil menjerumuskan seseorang dalam dosa-dosa besar, maka setan akan berusaha menjerumuskan seseorang dalam menggampangkan dosa-dosa kecil. Setan akan menggoda seseorang untuk mengumbar pandangannya, berdusta, dan dosa kecil lainnya, dengan alasan bahwa dosa-dosa kecil sangat mudah untuk diampuni. Padahal, Nabi Muhammad ﷺ telah bersabda,
إِيَّاكُمْ وَمُحَقَّرَاتِ الذُّنُوبِ، فَإِنَّهُنَّ يَجْتَمِعْنَ عَلَى الرَّجُلِ حَتَّى يُهْلِكْنَهُ
“Janganlah kalian meremehkan dosa-dosa kecil karena hal itu dapat terkumpul pada diri seseorang hingga membinasakannya.”([12])
Ketahuilah bahwasanya dosa-dosa kecil jika terkumpul terus-menerus, maka akan menjadi dosa besar. Seorang penyair pernah berkata,
لا تَحْقِرَنَّ صغيرةً … إنَّ الجِبَالَ مِنَ الحَصَ
“Janganlah kalian meremehkan dosa-dosa kecil, sesungguhnya gunung tersusun dari batu-batu kecil.”([13])
Maka dari itu, hendaknya kita tetap selalu waspada terhadap godaan setan.
- Kemudian akan dijadikan sibuk pada perkara yang mubah
Jika setan tidak berhasil menjerumuskan seseorang pada perkara menggampangkan dosa-dosa kecil, maka setan akan membuatnya sibuk dengan perkara yang mubah.
Seseorang akan digoda oleh setan untuk berlibur, untuk jalan-jalan, untuk nongkrong di warung kopi, dan perkara mubah lainnya. Kita tidak mengatakan bahwa yang demikian dilarang, tidak! Namun, kita katakan bahwa jangan terlalu sering melakukan hal-hal tersebut. Ketahuilah bahwa ketika Anda telah sibuk jalan-jalan, nongkrong sana-sini, maka itu adalah jerat setan agar Anda menghabiskan waktu. Dampaknya, amal yang akan kita bawa menghadap Allah ﷻ menjadi sangat sedikit, karena waktu kita habis pada perkara yang mubah. Anda pun akhirnya tidak sempat untuk shalat malam, tidak sempat untuk berbakti kepada orang tua, tidak sempat untuk berdzikir, tidak sempat baca Al-Qur’an, dan amalan-amalan lainnya pun akan tertinggal.
Maka dari itu, hendaknya kita mewaspadai diri kita. Ketika kita telah disibukkan oleh perkara mubah, sehingga kurang dari amalan-amalan sunnah, maka bisa jadi kita terkena jerat setan. Terlebih lagi bagi kita yang usianya telah di atas 40 tahun. Bagi yang telah mencapai usia 40 tahun maka sudah seharusnya kita kembali kepada Allah ﷻ dengan banyak beramal untuk mempersiapkan diri. Meskipun begitu, kita tidak menyangkal bahwa yang muda pun bisa meninggal lebih dulu dan juga harus menyiapkan bekal yang terbaik.
- Kemudian akan disibukkan dengan amalan yang kurang utama
Jika setan tidak berhasil menjerumuskan seseorang untuk sibuk dengan perkara yang mubah, maka setan akan membuatnya sibuk dengan amalan yang kurang afdhal (utama) sehingga meninggalkan amalan yang jauh lebih utama.
Contoh sederhana, ada orang yang masih memiliki orang tua, namun ia tidak sibuk untuk menyenangkan orang tuanya, ia justru sibuk untuk mengurus anak yatim dan kaum duafa. Kita tidak mengatakan bahwa menyantuni anak yatim dan kaum duafa tidak boleh, tapi seharusnya kita memiliki skala prioritas dalam beramal saleh. Jika dibandingkan antara anak yatim dan orang tua, maka tentu orang tua lebih utama untuk kita berbuat baik kepadanya dan menyenangkannya. Lihatlah para sahabat, mereka selalu bertanya kepada Nabi Muhammad ﷺ tentang amalan yang paling utama. Para sahabat tahu bahwasanya kesempatan dan umur mereka terbatas, sehingga mereka ingin agar bisa beramal dengan amalan yang utama. Oleh karenanya, ketika kita diberi kesempatan oleh Allah ﷻ untuk beramal saleh yang besar (utama), maka jangan kita lalaikan kesempatan tersebut, jangan sampai kita melalaikan amalan yang prioritas bagi kita.
Di antara yang perlu penulis ingatkan dalam hal ini adalah para wanita. Anda boleh saja belajar menuntut ilmu agama, namun ingat bahwa melayani suami Anda adalah yang lebih utama untuk Anda lakukan. Ingatlah bahwasanya pahala terbesar Anda ada pada suami Anda. Bukankah Nabi Muhammad ﷺ telah mengatakan,
إِذَا صَلَّتِ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا، وَصَامَتْ شَهْرَهَا، وَحَفِظَتْ فَرْجَهَا، وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا قِيلَ لَهَا: ادْخُلِي الْجَنَّةَ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شِئْتِ
“Apabila seorang istri melaksanakan shalat lima waktu, berpuasa di bulan Ramadan, menjaga kemaluannya dan taat kepada suaminya, niscaya akan dikatakan kepadanya, ‘Masuklah kamu ke dalam surga dari pintu mana saja yang kamu inginkan’.”([14])
Oleh karena itu, jangan sampai Anda salah prioritas, karena di antara jerat setan adalah Anda akan dibuat sibuk pada amalan yang nilainya kurang sehingga meninggalkan amalan yang justru pahalanya lebih besar.
- Membuat ragu
Di antara jerat setan adalah membuat seseorang ragu terhadap agamanya. Dalam sebuah hadits, Nabi Muhammad ﷺ bersabda,
يَأْتِي الشَّيْطَانُ أَحَدَكُمْ فَيَقُولُ: مَنْ خَلَقَ كَذَا، مَنْ خَلَقَ كَذَا، حَتَّى يَقُولَ: مَنْ خَلَقَ رَبَّكَ؟ فَإِذَا بَلَغَهُ فَلْيَسْتَعِذْ بِاللَّهِ وَلْيَنْتَهِ
“Setan senantiasa mendatangi salah seorang dari kalian seraya berkata, ‘Siapa yang menciptakan ini dan siapa yang menciptakan itu?’ Hingga akhirnya dia bertanya, ‘Lantas siapa yang menciptakan Tuhanmu?’ Bila sudah sampai seperti itu maka hendaklah dia meminta perlindungan kepada Allah dan menghentikannya.”([15])
Sesungguhnya banyak orang terjerat dalam hal ini. Lihatlah orang-orang Liberal yang mereka ragu dengan agamanya, sehingga mereka mengatakan bahwa semua agama benar, semua bisa masuk surga yang penting berakhlak baik. Ini adalah contoh orang-orang yang ragu, dan ini adalah di antara jebakan setan.
- Menakut-nakuti
Allah ﷻ berfirman,
﴿الشَّيْطَانُ يَعِدُكُمُ الْفَقْرَ وَيَأْمُرُكُم بِالْفَحْشَاءِ وَاللَّهُ يَعِدُكُم مَّغْفِرَةً مِّنْهُ وَفَضْلًا وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ﴾
“Setan menakut-nakuti kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjadikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 268)
Di antara bentuk setan menakut-nakuti kita adalah setan menakut-nakuti kita untuk bersedekah dengan kefakiran. Setan membuat kita ragu-ragu untuk bersedekah dengan dalih bahwa dengan bersedekah harta akan berkurang, atau karena kita masih ada kebutuhan yang pada asalnya bukan kebutuhan mendesak, sehingga akhirnya kita menjadi pelit karena termakan jerat setan.
- Wanita
Nabi Muhammad ﷺ telah bersabda,
المَرْأَةُ عَوْرَةٌ، فَإِذَا خَرَجَتْ اسْتَشْرَفَهَا الشَّيْطَانُ
“Wanita itu adalah aurat. Jika dia keluar maka setan akan memperindahnya di mata laki-laki.”([16])
Wanita dijadikan umpan untuk menjerat para laki-laki. Setan-setan menjadikan para wanita seperti barang jualan yang bisa dilihat oleh banyak para laki-laki. Sungguh hal ini sudah bisa kita saksikan saat ini, di mana iklan-iklan didominasi oleh para wanita. Demikianlah, karena para wanita memang dijadikan indah oleh setan sehingga menarik untuk dipandang hingga akhirnya dijadikan sebagai pemeran iklan-iklan.
- Mengadu domba
Di antara jerat setan adalah mengadu domba manusia. Allah ﷻ berfirman,
﴿وَقُل لِّعِبَادِي يَقُولُوا الَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنزَغُ بَيْنَهُمْ إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلْإِنسَانِ عَدُوًّا مُّبِينًا﴾
“Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku, ‘Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya setan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.” (QS. Al-Isra’: 53)
Hendaknya kita untuk senantiasa menjaga perkataan kita. Menegur seorang mukmin yang bersalah bukanlah sesuatu yang harus ditinggalkan, bahkan kita dianjurkan untuk beramar ma’ruf dan nahi munkar. Akan tetapi, hendaknya kita menjaga kata-kata kita kepada sesama mukmin, tidak menuduh sembarangan, tidak menghasut, dan lain-lain.
Allah ﷻ berfirman tentang Nabi Yusuf ‘alaihissalam,
﴿إِذْ قَالَ يُوسُفُ لِأَبِيهِ يَاأَبَتِ إِنِّي رَأَيْتُ أَحَدَ عَشَرَ كَوْكَبًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ رَأَيْتُهُمْ لِي سَاجِدِينَ، قَالَ يَابُنَيَّ لَا تَقْصُصْ رُؤْيَاكَ عَلَىٰ إِخْوَتِكَ فَيَكِيدُوا لَكَ كَيْدًا إِنَّ الشَّيْطَانَ لِلْإِنسَانِ عَدُوٌّ مُّبِينٌ﴾
“(Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya, ‘Wahai ayahku, sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku’. Ayahnya berkata, Wahai anakku, janganlah kamu ceritakan mimpimu itu kepada saudara-saudaramu, maka mereka membuat makar untuk membinasakanmu. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia’.” (QS. Yusuf: 4-5)
Nabi Muhammad ﷺ juga telah bersabda,
إنَّ الشَّيْطانَ قدْ أيِسَ أنْ يَعْبُدَهُ المُصَلُّونَ في جَزِيرَةِ العَرَبِ، ولَكِنْ في التَّحْرِيشِ بيْنَهُمْ
“Sesungguhnya setan telah putus asa untuk disembah orang-orang yang shalat di Jazirah Arab, tapi ia (tidak putus asa) mengadu domba di antara mereka.”([17])
Oleh karena itu, hendaknya kita tidak terjebak dengan sikap adu domba, karena itu adalah gerakan setan. Sungguh menyedihkan di saat ini kita melihat antara satu ormas dengan ormas saling bermusuhan, DKM masjid tertentu saling benci dengan DKM masjid yang lain, dan seterusnya. Hati-hati, sesungguhnya yang demikian datangnya setan. Kesalahan yang kita ketahui kepastiannya hendaknya kita luruskan dengan cara yang baik, tidak perlu ada kejengkelan dan benci.
Inilah sedikit pembahasan yang kita bisa sampaikan terkait dengan jerat-jerat setan. Semoga dengan mengenalinya, kita pun bisa untuk menghindari jerat-jerat setan, agar kita tidak termasuk dari golongan orang-orang yang akan menemani mereka kelak di neraka jahanam.
Footnote:
____________
([2]) Qorin adalah jin yang ditugaskan untuk mendampingi setiap manusia dengan tugas menggoda dan menyesatkan manusia tersebut.
([4]) HR. An-Nasai No. 3134, dinyatakan shahih oleh Syekh al-Albani dalam Shahih al-Jami’ No. 1465.
([6]) HR. Ibnu Majah No. 3029, dinyatakan shahih oleh Syekh al-Albani dalam ash-Shahihah No. 1283.
([9]) Lihat: Tafsir al-Qurthubi (11/150).
([10]) Lihat: Badai’ al-Fawaid, karya Ibnul Qayyim (2/260-261).
([11]) Hilyah al-Auliya’ (7/26).
([12]) HR. Ahmad No. 3818, Syu’aib al-Arnauth menyatakan bahwa sanad hadits ini hasan lighairih.
([13]) Jami’ al-‘Ulum Wa al-Hikam, tahqiq al-Arnauth (1/402).
([14]) HR. Ahmad No. 1661, dinyatakan sahih oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih al-Jami’ No. 660.