Sabar Terhadap Ujian Bukti Keimanan
Oleh DR. Firanda Andirja, Lc. MA.
Ayat-Ayat Yang Menjelaskan Manusia Akan Diuji
Dunia ini adalah medan ujian. Allah ﷻ berfirman,
أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ . وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS. Al-Ankabut: 2-3)
Allah ﷻ berfirman,
أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَثَلُ الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاءُ وَالضَّرَّاءُ وَزُلْزِلُوا حَتَّى يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ مَتَى نَصْرُ اللَّهِ أَلَا إِنَّ نَصْرَ اللَّهِ قَرِيبٌ
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta diguncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” (QS. Al-Baqarah: 214)
Para ulama mengatakan bahwa bukan maksudnya para rasul serta orang yang beriman meragukan pertolongan Allah ﷻ. Namun, mereka ingin segera pertolongan Allah ﷻ datang. Hal ini dikarenakan saking beratnya ujian yang mereka hadapi. ([1])
Sebagaimana yang pernah dialami oleh Rasulullah ﷺ dalam perang Badar beliau berdoa,
اللهُمَّ أَنْجِزْ لِي مَا وَعَدْتَنِي، اللهُمَّ آتِ مَا وَعَدْتَنِي، اللهُمَّ إِنْ تُهْلِكْ هَذِهِ الْعِصَابَةَ مِنْ أَهْلِ الْإِسْلَامِ لَا تُعْبَدْ فِي الْأَرْضِ
“Ya Allah tunaikanlah apa yang telah engkau janjikan, Ya Allah berikanlah apa yang telah engkau janjikan, Ya Allah jika engkau kalahkan golongan ahli Islam ini, Maka engkau tak akan disembah di muka bumi.” ([2])
Beliau berdoa mengangkat kedua tangannya hingga selendangnya jatuh. Nabi Muhammad ﷺ ingin agar ditolong oleh Allah ﷻ. Allah ﷻ berfirman,
إِذْ تَسْتَغِيثُونَ رَبَّكُمْ فَاسْتَجَابَ لَكُمْ أَنِّي مُمِدُّكُمْ بِأَلْفٍ مِنَ الْمَلَائِكَةِ مُرْدِفِينَ
“(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu: “Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepada kamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut”.” (QS. Al-Anfal: 9)
أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَعْلَمِ اللَّهُ الَّذِينَ جَاهَدُوا مِنْكُمْ وَيَعْلَمَ الصَّابِرِينَ
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antaramu dan belum nyata orang-orang yang sabar.” (QS. Ali Imran: 142)
Nabi Muhammad ﷺ bersabda,
مَنْ خَافَ أَدْلَجَ، وَمَنْ أَدْلَجَ بَلَغَ المَنْزِلَ، أَلَا إِنَّ سِلْعَةَ اللَّهِ غَالِيَةٌ، أَلَا إِنَّ سِلْعَةَ اللَّهِ الجَنَّةُ
“Barang siapa khawatir disergap musuh di waktu sahur, dia akan menghindarkan diri sejak awal malam. Barang siapa yang berusaha menyelamatkan dirinya sejak awal, ia akan sampai kepada tempat tinggalnya. Ketahuilah, sesungguhnya barang dagangan Allah itu mahal. Ketahuilah, barang dagangan Allah itu adalah surga.” ([3])
Allah ﷻ berfirman,
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ حَتَّى نَعْلَمَ الْمُجَاهِدِينَ مِنْكُمْ وَالصَّابِرِينَ وَنَبْلُوَ أَخْبَارَكُمْ
“Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu, dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu.” (QS. Muhammad: 31)
Sebagian ulama mengatakan maksud dari ayat ini yaitu agar Allah ﷻ mengetahui siapa yang imannya benar di antara kalian dan siapa yang imannya dusta. Dengan ujian ini akan tampak siapa yang imannya jujur, bersabar, menjaga lisannya, menjaga tulisannya, menjaga imannya, dan ibadahnya.
Demikian juga Allah ﷻ berfirman untuk memuji orang-orang yang bersabar dalam banyak ayat. Di antaranya firman Allah ﷻ,
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ. الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ. أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ
“Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata “Inna lillahi wa inna ilaihi raji‘un” (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali). Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-Baqarah : 155-157)
Allah ﷻ akan menguatkan dan memberikan pertolongan kepada orang yang bersabar. Oleh karenanya tatkala Nabi Muhammad ﷺ bersama Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiallahu ‘anhu berada di dalam gua Jabal Tsur, dan orang-orang musyrikin mengejar mereka dan telah sampai pada mulut gua, Abu Bakar radhiallahu ‘anhu ketakutan dan berkata,
يَا رَسُولَ اللهِ لَوْ أَنَّ أَحَدَهُمْ نَظَرَ إِلَى قَدَمَيْهِ أَبْصَرَنَا تَحْتَ قَدَمَيْهِ، فَقَالَ: يَا أَبَا بَكْرٍ مَا ظَنُّكَ بِاثْنَيْنِ اللهُ ثَالِثُهُمَا
“Ya Rasulullah ﷺ, seandainya salah seorang dari mereka melihat ke bawah, niscaya ia akan melihat kita di dalam gua ini. Maka Beliau berkata: “Wahai Abu Bakar, tidakkah engkau sadar jika ada dua orang, sesungguhnya Allah adalah yang ketiganya.”
Di dalam Al-Qur’an Allah ﷻ berfirman,
إِلَّا تَنْصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللَّهُ إِذْ أَخْرَجَهُ الَّذِينَ كَفَرُوا ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا فَأَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَيْهِ وَأَيَّدَهُ بِجُنُودٍ لَمْ تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ الَّذِينَ كَفَرُوا السُّفْلَى وَكَلِمَةُ اللَّهِ هِيَ الْعُلْيَا وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
“Jika kamu tidak menolongnya (Muhammad), sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir mengusirnya (dari Makkah), sedang salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, ketika itu dia berkata kepada sahabatnya, “Jangan engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.” Maka Allah menurunkan ketenangan kepadanya (Muhammad) dan membantu dengan bala tentara (malaikat-malaikat) yang tidak terlihat olehmu, dan Dia menjadikan seruan orang-orang kafir itu rendah. Dan firman Allah itulah yang tinggi. Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.” (QS. At-Taubah : 40)
Ketika Allah ﷻ telah bersama kita dengan kebersamaan yang khusus dan yang disertai dengan pertolongan, maka janganlah kita khawatir. Oleh karenanya ketika Allah ﷻ mengutus Musa ‘alaihissalam kepada Firaun, Allah ﷻ berfirman,
اذْهَبَا إِلَى فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَى. فَقُولَا لَهُ قَوْلًا لَيِّنًا لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى. قَالَا رَبَّنَا إِنَّنَا نَخَافُ أَنْ يَفْرُطَ عَلَيْنَا أَوْ أَنْ يَطْغَى. قَالَ لَا تَخَافَا إِنَّنِي مَعَكُمَا أَسْمَعُ وَأَرَى.
“Pergilah kamu berdua (Musa dan Harun) kepada Fir‘aun, karena dia benar-benar telah melampaui batas, maka berbicaralah kamu berdua kepadanya (Fir‘aun) dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan dia sadar atau takut. Keduanya berkata, “Ya Tuhan kami, sungguh, kami khawatir dia akan segera menyiksa kami atau akan bertambah melampaui batas,” Dia (Allah) berfirman, “Janganlah kamu berdua khawatir, sesungguhnya Aku bersama kamu berdua, Aku mendengar dan melihat.” (QS. Thaha : 43-46)
Oleh karenanya kita harus sadar bahwa hidup kita di dunia ini adalah untuk diuji. Sebagaimana firman Allah ﷻ,
الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۚ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ
“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS. Al-Mulk: 2)
Jadi Allah ﷻ menciptakan kehidupan, kematian dan menciptakan manusia untuk diuji. Allah ﷻ menciptakan alam semesta untuk menguji manusia Dia berfirman,
وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ وَكَانَ عَرْشُهُ عَلَى الْمَاءِ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا
“Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan adalah singgasana-Nya (sebelum itu) di atas air, agar Dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya.” (QS. Hud: 7)
Allah ﷻ menghiasi muka bumi ini juga untuk menguji manusia, Allah ﷻ berfirman,
إِنَّا جَعَلْنَا مَا عَلَى الْأَرْضِ زِينَةً لَهَا لِنَبْلُوَهُمْ أَيُّهُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا
“Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya.” (QS. Al-Kahfi: 7)
Maka kita harus sadar bahwasanya selama hidup di muka bumi ini kita sedang diuji oleh Allah ﷻ.
Allah ﷻ berfirman,
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً ۖ وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” (QS. Al-Anbiya: 35)
Oleh karenanya orang yang hidup di atas muka bumi ini harus siap untuk diuji. Kalaulah seseorang tidak ingin diuji di dunia ini, maka hendaknya dia memilih untuk mati. Akan tetapi ketahuilah, bahwa di alam barzakh (alam kubur) pun seseorang akan diuji.
Siapa pun manusia di atas muka bumi ini pasti diuji. Ada sebagian wanita yang diuji dengan suaminya yang kasar, tidak sayang kepadanya. Sebaliknya ada seorang suami yang diuji dengan istrinya yang tidak bisa melakukan kewajibannya sebagai istri dan hanya bisa menuntut kepada sang suami. Ada juga orang yang diuji dengan orang tuanya yang tidak sabar dan banyak menuntut kepada anaknya, serta perbuatannya tidak di hargai. Ada pula orang yang diuji dengan anak-anaknya yang nakal dan terjerumus dalam pergaulan bebas. Masih banyak lagi ujian-ujian yang menimpa setiap orang.
Ujian akan menimpa siapa saja. Ujian tidak hanya menerpa orang-orang miskin semata, akan tetapi orang kaya pun juga diuji. Seorang terkenal dan tidak terkenal juga diuji, seorang ustaz dan bukan ustaz pun juga akan diuji, laki-laki dan perempuan semuanya akan diuji. Oleh karenanya jangan kita mengira bahwa yang diuji hanyalah orang-orang miskin. Ketahuilah bahwa para raja dan pemimpin juga diuji. Mungkin terkadang kita melihat wajah-wajah mereka penuh kenikmatan, tetapi kenyataannya dibalik itu mereka juga merasakan yang namanya ketakutan, khawatir, dan ujian-ujian dalam bentuk yang lain.
Ini adalah peringatan dari Allah ﷻ. Selama Anda masih hidup maka Anda pasti akan diuji, entah diuji dengan keburukan atau diuji dengan kemewahan, kemiskinan, kesusahan, harta, kesehatan, kepintaran dan yang lainnya, namun Allah ﷻ peringatkan di akhir ayat “dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan” untuk dimintai pertanggungjawaban. Jadi intinya selama kita di atas muka bumi ini kita pasti akan diuji.
Lihatlah kenyataan manusia yang ada, semua orang pasti diuji, siapa pun strata ekonominya, apa pun jabatannya semuanya pasti diuji oleh Allah ﷻ. Sebagian orang diuji dengan suaminya, sebagian yang lain diuji dengan orang tuanya, ada juga yang diuji dengan mertuanya seperti itulah kehidupan. Ada seorang wanita yang diuji dengan kesendirian, tidak ada yang melamarnya, wanita yang lain diuji dengan pernikahan, sudah menikah lama tidak kunjung juga diberi anak. Jangan disangka bahwa tidak ada orang yang diuji.
Inilah tabiat kehidupan, sesungguhnya tidak ada orang yang tidak diuji dalam kehidupan ini. Allah menekankan
لَآ أُقْسِمُ بِهٰذَا الْبَلَدِ . وَأَنْتَ حِلٌّۢ بِهٰذَا الْبَلَدِ . وَوَالِدٍ وَمَا وَلَدَ . لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسٰنَ فِى كَبَدٍ
“Aku bersumpah dengan negeri ini (Mekah), dan engkau (Muhammad), bertempat di negeri (Mekah) ini, dan demi (pertalian) bapak dan anaknya. Sungguh, Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah.” (QS. Al-Balad: 1-4)
Manusia diciptakan dalam kesusah payahan, tidak ada yang selalu senang, karena Allah sudah bersumpah “Kami telah ciptakan manusia berada dalam susah payah”. Dalam perut ibunya manusia membuat ibu dan bapaknya dalam keadaan susah. Begitu pun ketika lahir, dia lahir dengan tangisan kepayahan dan seterusnya sampai dia mati. Sesudah mati pun akan ditanya oleh malaikat Munkar dan Nakir, mengalami kehidupan di alam barzah, lalu dibangkitkan juga dalam keadaan kepayahan, demikianlah manusia.
Ibnul Qayyim rahimahullah memiliki perkataan yang sangat indah, beliau mengatakan,
فَلَيْسَ الشَّأْنُ فِي أَنْ تُحِبَّ اللَّهَ، بَلِ الشَّأْنُ فِي أَنْ يُحِبَّكَ اللَّهُ
“Perkaranya bukan pada apakah engkau mencintai Allah ﷻ, akan tetapi perkaranya ada pada apakah engkau dicintai oleh Allah ﷻ.”([4])
Di antara cara agar Allah ﷻ mencintai kita adalah dengan cara bersabar. Ketika Allah ﷻ telah mencintai seorang hamba, maka Dia tidak akan mengazabnya. Oleh karenanya raihlah kecintaan Allah ﷻ dengan bersabar karena-Nya.
Masih banyak ayat-ayat yang menjelaskan tentang ini. ini adalah sebagian contoh tentang ayat-ayat yang menjelaskan bahwasanya seorang yang beriman pasti diuji. Ini adalah kenyataan yang ada yang menunjukkan semua manusia diuji terlebih lagi di masa pandemi seperti ini. Allah ﷻ tinggal melihat bagaimana sikap kita, kesabaran kita, iman kita menghadapi ujian ini? masihkah kita beribadah di musim seperti ini ataukah kita bermaksiat kepada Allah ﷻ? Apakah kita terbiasa dengan pandemi ini sehingga berani berbuat maksiat? Allah ﷻ maha mengetahui semuanya.
Di Antara Sebab Utama Masuk Surga Adalah Sabar Dalam Ujian
Ayat-ayat yang menunjukkan bahwasanya sabar merupakan sebab masuk surga sangat banyak. Allah ﷻ berfirman,
أُولَٰئِكَ يُجْزَوْنَ الْغُرْفَةَ بِمَا صَبَرُوا وَيُلَقَّوْنَ فِيهَا تَحِيَّةً وَسَلَامًا
“Mereka itulah orang yang dibalas dengan martabat yang tinggi (dalam surga) karena kesabaran mereka dan mereka disambut dengan penghormatan dan ucapan selamat di dalamnya.” (QS. Al-Furqan: 75)
Ini merupakan ayat yang menunjukkan bahwasanya sabar sebab masuk surga.
Allah ﷻ berfirman,
وَجَزَاهُمْ بِمَا صَبَرُوا جَنَّةً وَحَرِيرًا
“Dan Dia memberi balasan kepada mereka karena kesabaran mereka (dengan) surga dan (pakaian) sutera,” (QS. Al-Insan: 12)
Allah berfirman,
وَالَّذِينَ صَبَرُوا ابْتِغَاءَ وَجْهِ رَبِّهِمْ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَأَنْفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلَانِيَةً وَيَدْرَءُونَ بِالْحَسَنَةِ السَّيِّئَةَ أُولَئِكَ لَهُمْ عُقْبَى الدَّارِ . جَنَّاتُ عَدْنٍ يَدْخُلُونَهَا وَمَنْ صَلَحَ مِنْ آبَائِهِمْ وَأَزْوَاجِهِمْ وَذُرِّيَّاتِهِمْ وَالْمَلَائِكَةُ يَدْخُلُونَ عَلَيْهِمْ مِنْ كُلِّ بَابٍ . سَلَامٌ عَلَيْكُمْ بِمَا صَبَرْتُمْ فَنِعْمَ عُقْبَى الدَّارِ
“Dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan, dan mereka takut kepada Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk. Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridaan Tuhannya, mendirikan salat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik), (yaitu) surga ‘Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, istri-istrinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu. (sambil mengucapkan): “Keselamatan bagi kalian atas kesabaran kalian“. Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu.” (QS. Ar-Ra’d: 21-24)
Allah ﷻ berfirman,
إِنِّي جَزَيْتُهُمُ الْيَوْمَ بِمَا صَبَرُوا أَنَّهُمْ هُمُ الْفَائِزُونَ
“Sesungguhnya Aku memberi balasan kepada mereka di hari ini, karena kesabaran mereka; sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang menang”.” (QS. Al-Mukminun: 111)
Allah berfirman ﷻ
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah Yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS. Az-Zumar: 10)
Semua ini memberikan motivasi kepada kita agar kita bersabar. Juga agar kita jangan menyangka bahwa ibadah hanya membaca Al-Qur’an, berhaji, umrah, sedekah, atau ibadah jasmani lainnya. Akan tetapi, jika kita bersabar maka ini juga termasuk ibadah yang pahalanya luar biasa. Masih ada ayat-ayat yang lain yang menunjukkan bahwasanya sabar adalah sebab masuk surga
Orang Yang Sabar Ditolong Oleh Allah ﷻ Di Dunia Sebelum Di Akhirat
Allah ﷻ berfirman,
وَاصْبِرُوا إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
“bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Anfal: 46)
Dalam ayat yang lain Allah ﷻ berfirman,
وَاللَّهُ مَعَ الصَّابِرِينَ
“Dan Allah bersama dengan orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah : 249)
Kebersamaan yang disebutkan pada ayat-ayat di atas adalah ma’iyah khosshoh ‘kebersamaan Allah ﷻ dengan hamba-Nya secara khusus’. Kebersamaan ini melazimkan Allah ﷻ akan menolong hamba-Nya. Dalam ayat yang lain,
Allah ﷻ berfirman,
وَاللَّهُ يُحِبُّ الصَّابِرِينَ
“Dan Allah mencintai orang-orang yang bersabar.” (QS. Ali-‘Imran : 146)
Ini semakin menunjukkan bahwa Allah ﷻ akan menolong hamba-Nya karena tidak mungkin yang mencintai membiarkan yang dicintai. Memang Allah ﷻ memberinya ujian akan tetapi Allah ﷻ akan mencintai orang-orang yang sabar. Oleh karenanya jika kita membaca tentang ayat-ayat yang menjelaskan pertolongan Allah ﷻ dalam Al-Qur’an sangat banyak. contohnya firman Allah ﷻ,
إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
“sesungguhnya bersama kesulitan terdapat kemudahan.” (QS. Al-Insyirah: 6)
Yang bisa meraih kemudahan bersamaan dengan adanya kesulitan hanyalah orang-orang yang sabar. Asy-Syaikh Al-Utsaimin berkata, ‘di antara bukti adanya kemudahan bersama dengan kesulitan adalah Allah ﷻ membuat ujian terasa ringan di dalam dada seseorang’ ([5]) . Allah ﷻ memberikan kepadanya kemudahan secara abstrak sebelum kemudahan secara konkret. Kemudahan secara abstrak adalah berupa hilangnya beban di dalam hatinya, dan ini dirasakan oleh orang yang beriman. Namun, bagi orang yang tidak beriman dan tidak bersabar maka dia akan merasa berat dan tidak menerima atas musibah yang menimpanya.
Faedah-Faedah Ujian:
Pertama: meraih surga yang tinggi
Allah ﷻ berfirman,
أُولَٰئِكَ يُجْزَوْنَ الْغُرْفَةَ بِمَا صَبَرُوا وَيُلَقَّوْنَ فِيهَا تَحِيَّةً وَسَلَامًا
“Mereka itulah orang yang dibalas dengan martabat yang tinggi (dalam surga) karena kesabaran mereka dan mereka disambut dengan penghormatan dan ucapan selamat di dalamnya.” (QS. Al-Furqan: 75)
Nabi ﷺ bersabda,
إِنَّ الرَّجُلَ لِتَكُونَ لَهُ عِنْدَ اللَّهِ الْمَنْزِلَةُ، فَمَا يَبْلُغُهَا بِعَمَلٍ، فَلَا يَزَالُ اللَّهُ يَبْتَلِيهِ بِمَا يَكْرَهُ حَتَّى يُبَلِّغَهُ إِيَّاهَا
“sesungguhnya seseorang dia memiliki kedudukan di sisi Allah ﷻ yang ia tidak dapat sampai kepadanya dengan suatu amal, Allah ﷻ senantiasa akan mengujinya dengan sesuatu yang tidak ia sukai hingga ia mencapai kedudukan tersebut.” ([6])
Dalam riwayat yang lain disebutkan,
لَمْ يَبْلُغْهَا بِعَمَلِهِ ابْتَلَاهُ اللَّهُ فِي جَسَدِهِ، أَوْ فِي مَالِهِ، أَوْ فِي وَلَدِهِ
“maka Allah mengujinya pada jasadnya, harta, atau pada anaknya.” ([7])
Musibah ini jika kita sabar menghadapinya maka bisa mendatangkan pahala berupa kedudukan tinggi di sisi Allah ﷻ yang kedudukan ini tidak bisa kita dapatkan dengan ibadah-ibadah badan. Allah ﷻ memiliki cara agar bisa mengangkat seorang hamba kepada derajat yang tinggi yaitu dengan ujian. Ini menguatkan bahwasanya pahala sabar sangat besar. Sabar juga memudahkan seseorang hamba untuk diangkat tinggi derajatnya di dalam surga yang tidak bisa diraih dengan amalan biasa.
Kedua: dengan ujian seseorang bisa beribadah dengan ikhlas dan kosong dari riya’
Orang yang terkena musibah maka dia akan beribadah dengan benar-benar mencari rida Allah ﷻ dan ikhlas. Ibadah yang ikhlas nilainya sangat luar biasa, Allah ﷻ berfirman,
إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ
“Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa”. (QS. Al-Maidah: 27)
Sebagian salaf berkata, ‘seandainya aku tahu bahwa Allah ﷻ menerima 1 sujudku maka aku akan mengharapkan kematian (mengharapkan meninggal di atas ketakwaan -pen-)([8]). Kita tidak bisa memastikan apakah kita telah ikhlas ketika beribadah? Ini merupakan perkara yang sulit. Namun, ketika seseorang tertimpa musibah maka dia akan lebih fokus dalam beribadah. Seseorang yang ibadahnya terbiasa tercampur dengan ujub atau riya’ maka ketika terkena musibah akan hilang ujub dan riya’nya.
Ketiga: orang yang terkena musibah banyak melakukan ibadah hati seperti sabar, rodja’ ‘berharap’, tawakal yang kuat, dan takut kepada Allah ﷻ.
Ibadah-ibadah hati ini akan muncul ketika seseorang tertimpa musibah. Ibadah hati ini bisa jadi tidak akan muncul di kala lapang karena dia merasa tidak perlu sabar atau takut. Oleh karenanya terkadang Allah ﷻ membuat seseorang terkena musibah agar dia bertawakal hanya kepada Allah ﷻ. Penulis pernah bertemu dengan orang yang terkena penyakit kanker yang hartanya habis untuk operasi penyakitnya tersebut. Dokter pun telah memvonis bahwa usianya tersisa beberapa bulan lagi. Ketika itu dia pun pasrah sehingga sisa harta yang ia miliki ia sedekahkan, salat malam, dan berpuasa Senin dan Kamis. Mengapa dia sembuh datang belakangan? Mungkin dikarenakan dia berada di puncak tawakal di mana tidak ada manusia yang bisa menolongnya. Yang dia tahu bahwa saat itu hanya Allah ﷻ yang bisa menyembuhkannya dan hanya Allah ﷻ yang bisa menghilangkan penderitaannya. Allah ﷻ berfirman,
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا
“Barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar.” (QS. Ath-Thalaq: 2)
Hendaknya tawakal tetap kita bawa meskipun musibah telah hilang, jangan sampai kita bertawakal kepada Allah ﷻ hanya ketika tertimpa musibah.
Intinya di balik ujian akan muncul-ibadah-ibadah yang tidak akan muncul di kala lapang. Allah ﷻ memiliki hikmah-hikmah di balik apa yang Allah ﷻ kehendaki.
Keempat: dengan ujian kita bisa benar-benar beribadah syukur kepada Allah ﷻ.
Terlebih lagi seseorang ketika bisa melewati ujian tersebut dia bisa lebih bersyukur. Seseorang benar-benar tahu nikmatnya sehat setelah diuji dengan penyakit. Oleh karenanya seseorang tidak akan pandai bersyukur kecuali setelah kehilangan nikmatnya baru kemudian dikembalikan. Pada saat itulah seseorang bisa bersyukur dengan benar atas nikmat yang dia rasakan.
Terkadang kita lupa untuk bersyukur kepada Allah ﷻ. Hal ini dikarenakan terlalu banyak nikmat yang Allah ﷻ berikan kepada kita seakan-akan sudah menjadikan kewajiban Allah ﷻ untuk memberikan nikmat kepada kita setiap saat. Setiap detak jantung kita adalah kenikmatan nikmat baru yang kita dapat. Setiap hari jantung kita berdetak, setiap hari kita masih bernafas, dan lainnya. Semua itu adalah nikmat yang diperbaharui oleh Allah ﷻ untuk kita. Karena terlalu sering Allah ﷻ memberikan nikmat kepada kita sehingga sebagian kita menganggap bahwa ini adalah kewajiban Allah ﷻ. Akan tetapi, dengan sesekali Allah ﷻ memberikan kita ujian maka saat itu kita akan ingat kepada Allah ﷻ dan bersyukur kepada-Nya.
Kelima: dengan ujian akan banyak penyakit hati yang hilang
Di antara penyakit hati tersebut adalah:
- Sombong
- Riya’
- Ujub
- Tawakal kepada makhluk
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,
لَوْلَا مِحَنُ الدُّنْيَا وَمَصَائِبُهَا لَأَصَابَ الْعَبْدَ – مِنْ أَدْوَاءِ الْكِبْرِ وَالْعُجْبِ وَالْفَرْعَنَةِ وَقَسْوَةِ الْقَلْبِ – مَا هُوَ سَبَبُ هَلَاكِهِ عَاجِلًا وَآجِلًا فَمِنْ رَحْمَةِ أَرْحَمِ الرَّاحِمِينَ أَنْ يَتَفَقَّدَهُ فِي الْأَحْيَانِ بِأَنْوَاعٍ مِنْ أَدْوِيَةِ الْمَصَائِبِ، تَكُونُ حَمِيَّةً لَهُ مِنْ هَذِهِ الْأَدْوَاءِ، وَحِفْظًا لِصِحَّةِ عُبُودِيَّتِهِ، وَاسْتِفْرَاغًا لِلْمَوَادِّ الْفَاسِدَةِ الرَّدِيئَةِ الْمُهْلِكَةِ مِنْهُ، فَسُبْحَانَ مَنْ يَرْحَمُ بِبَلَائِهِ، وَيَبْتَلِي بِنَعْمَائِهِ
“jika bukan karena ujian-ujian dunia dan musibah-musibahnya sungguh hamba akan ditimpa berupa penyakit kesombongan, ujub, far’anah (angkuh dan zalim), dan kerasnya hati. Penyakit-penyakit ini merupakan sebab kebinasaannya cepat atau lambat. Dan dari rahmat Allah yang maha pengasih terkadang Allah memperhatikannya dalam beberapa kondisi dengan memberikan obat-obat berapa musibah-musibah. Sehingga musibah-musibah tersebut menjadi benteng baginya dari penyakit-penyakit ini, menjadi penjaga bagi sehat ibadahnya, dan dalam rangka untuk menghilangkan hal-hal buruk yang merusak dirinya dan membinasakannya. Maha suci Allah ﷻ yang sayang kepada hamba-Nya dengan memberikan ujian dan terkadang Allah ﷻ menguji hamba-Nya dengan memberikannya nikmat-Nya ” ([9])
Kebanyakan orang menyangka bahwa musibah adalah keburukan, akan tetapi Ibnul Qayyim ingin menjelaskan beberapa faedah dari musibah yaitu:
- حَمِيَّةً ’pencegahan’.
Contohnya Allah ﷻ memberikan hamba-Nya penyakit atau kegagalan yang seandainya dia selalu berhasil maka akan membuatnya menjadi sombong.
- حِفْظًا ‘penjagaan’.
Yaitu menjaga agar dia terus beribadah dengan benar, tulus, sabar, dan tawakal.
- اسْتِفْرَاغًا ‘membuang penyakit’.
Yaitu menghilangkan penyakit-penyakit yang bercokol dalam dirinya. Seperti menghilangkan penyakit sombong. Betapa banyak sebagian orang yang hartanya melimpah ruah akan tetapi hartanya tidak bisa menolongnya sama sekali dari musibah ini. oleh karenanya musibah dan penyakit ini membuat kita sadar bahwasanya ada Tuhan yang mengatur alam semesta ini.
Footnote:
___________
([1]) Lihat: Tafsir Ibnu ‘Athiyyah (1/273).
([3]) HR. At-Tirmidzi No. 2450.
([4]) Madarij As-Salikin (3/39).
([5]) Lihat: Tafsir Al-‘Utsaimin 1/250
([6]) HR. Ibnu Hibban dalam Shahihnya No. 2908, sanadnya dinyatakan hasan oleh Al-Arnaut dan dinyatakan sahih oleh Al-Albani.
([7]) HR. Ahmad No. 22338, sanadnya dinyatakan hasan oleh Al-Arnaut.