Hukum Memukul Tangan ke tanah Dua kali atau Lebih Saat Tayammum
Terdapat di dalam shohih Muslim bahwa jumlah menepukkan tangan cukup satu kali untuk mengusap wajah dan kedua tangan:
إِنَّمَا كَانَ يَكْفِيكَ أَنْ تَقُولَ بِيَدَيْكَ هَكَذَا» ثُمَّ ضَرَبَ بِيَدَيْهِ الْأَرْضَ ضَرْبَةً وَاحِدَةً، ثُمَّ مَسَحَ الشِّمَالَ عَلَى الْيَمِينِ، وَظَاهِرَ كَفَّيْهِ، وَوَجْهَهُ
“Sebenarnya cukup buatmu untuk melakukan begini dengan kedua tanganmu.” Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian memukulkan telapak tangannya ke permukaan tanah dengan satu kali pukulan, kemudian beliau menyapu tangan kiri beliau pada tangan kanan dan belakang kedua tapak tangan serta wajah beliau.” ([1])
Dan juga terdapat Hadits yang menunjukkan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan dua kali pukulan, berdasarkan hadits Ibnu ‘Umar:
عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ فِي التَّيَمُّمِ: ” ضَرْبَتَانِ: ضَرْبَةٌ لِلْوَجْهِ، وَضَرْبَةٌ لِلْيَدَيْنِ إِلَى الْمِرْفَقَيْنِ
“dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bahwasanya beliau berkata tentang tayammum: tayammum dua kali pukulan: stu pukulan untuk wajah dan satu pukulan untuk kedua tangan hingga kedua siku.” ([2])
Kedua hadits ini menunjukkan akan bolehnya untuk memukulkan kedua tangan ke tanah satu kali dan dua kali, lalu apakah boleh jika memukulkan kedua tangannya lebih dari dua kali? Dikatakan oleh Ibnu Hajar akan bolehnya memukulkan kedua tangan lebih dari dua kali beliau berkata:
وَعَلَى أَنَّ مَنْ غَسَلَ رَأْسَهُ بَدَلَ الْمَسْحِ فِي الْوُضُوءِ أَجْزَأَهُ أَخْذًا مِنْ كَوْنِ عَمَّارٍ تَمَرَّغَ فِي التُّرَابِ لِلتَّيَمُّمِ وَأَجْزَأَهُ ذَلِكَ وَمِنْ هُنَا يُؤْخَذُ جَوَازُ الزِّيَادَةِ عَلَى الضَّرْبَتَيْنِ فِي التَّيَمُّمِ وَسُقُوطُ إِيجَابِ التَّرْتِيب فِي التَّيَمُّم
“dan terhadap orang yang membasuh kepalanya sevagai pengganti dari mengusap ketika berwudhu maka ini mencukupkannya, ini diambil dari kisah Ammar yang berguling-guling di tanah untuk bertayammum dan hal tersebut mencukupkannya, dan dari sini diambil akan bolehnya menambah dari dua pukulan ketika bertayammum, dan gugurnya kewajiban untuk berurutan dalam bertayammum.” ([3])
Dapatkan Informasi Seputar Shalat di Daftar Isi Panduan Tata Cara Sholat Lengkap Karya Ustadz DR. Firanda Andirja, Lc. MA.
_______________________
([2]) HR. Hakim dengan sanad yang shohih dalam kitabnya al-Mustadrok ‘Alaa ash-Shohihain no. 636