Khutbah Jumat – Rahasia Hujan
Khutbah Pertama
إِنَّ الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوبُ اِلَيْه، وَنَعُوْذُ بلله مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ
وأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدَه
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّـهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ وَأَحْسَنَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمَّدٍ وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ
معاشر المسلمين.. أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى الله فَقَدْ فَازَ الْـمُتَّقُون
Sesungguhnya di antara tanda-tanda kekuasaan Allah Subhanahu wa ta’ala adalah Allah menurunkan hujan yang menghujani bumi dan manusia. Adapun ayat-ayat yang berbicara tentang hujan sangatlah banyak di dalam Al-Qur’an. Terkadang Allah menyebutkan hujan sebagai air untuk bersuci, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa ta’ala,
وَأَنزَلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً طَهُورًا
“Dan Kami turunkan dari langit air untuk bersuci.” (QS. Al-Furqan : 48)
Kemudian terkadang Allah sebutkan hujan sebagai rezeki. Kata Allah Subhanahu wa ta’ala:
وَنَزَّلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً مُبَارَكًا فَأَنْبَتْنَا بِهِ جَنَّاتٍ وَحَبَّ الْحَصِيدِ، وَالنَّخْلَ بَاسِقَاتٍ لَهَا طَلْعٌ نَضِيدٌ، رِزْقًا لِلْعِبَادِ وَأَحْيَيْنَا بِهِ بَلْدَةً مَيْتًا كَذَلِكَ الْخُرُوجُ
“Dan dari langit Kami turunkan air yang memberi berkah lalu Kami tumbuhkan dengan (air) itu pepohonan yang rindang dan biji-bijian yang dapat dipanen. Dan pohon kurma yang tinggi-tinggi yang mempunyai mayang yang bersusun-susun, sebagai rezeki bagi hamba-hamba (Kami), dan Kami hidupkan dengan (air) itu negeri yang mati (tandus). Seperti itulah terjadinya kebangkitan (dari kubur).” (QS. Qaf : 9-11)
Dan juga dalam firman Allah Subhanahu wa ta’ala,
هُوَ الَّذِي أَنزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً ۖ لَّكُم مِّنْهُ شَرَابٌ وَمِنْهُ شَجَرٌ فِيهِ تُسِيمُونَ، يُنبِتُ لَكُم بِهِ الزَّرْعَ وَالزَّيْتُونَ وَالنَّخِيلَ وَالْأَعْنَابَ وَمِن كُلِّ الثَّمَرَاتِ ۗ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَةً لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
“Dialah (Allah) yang telah menurunkan air (hujan) dari langit untuk kamu, sebagiannya menjadi minuman dan sebagiannya (menyuburkan) tumbuhan, padanya kamu menggembalakan ternakmu. Dengan (air hujan) itu Dia menumbuhkan untuk kamu tanam-tanaman, zaitun, kurma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berpikir.” (QS. An-Nahl : 10-11)
Sesungguhnya manfaat dari hujan sangatlah banyak. Dan Allah Subhanahu wa ta’ala menyuruh kita sebagai hamba-hamba-Nya untuk merenungkan tentang hikmah dari diturunkannya hujan. Oleh karena itu Allah mengatakan:
إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَةً لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
“Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berpikir.” (QS. An-Nahl : 11)
Dalam ayat yang lain Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَالْفُلْكِ الَّتِي تَجْرِي فِي الْبَحْرِ بِمَا يَنْفَعُ النَّاسَ وَمَا أَنْزَلَ اللَّهُ مِنَ السَّمَاءِ مِنْ مَاءٍ فَأَحْيَا بِهِ الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَبَثَّ فِيهَا مِنْ كُلِّ دَابَّةٍ وَتَصْرِيفِ الرِّيَاحِ وَالسَّحَابِ الْمُسَخَّرِ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ
“Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, pergantian malam dan siang, kapal yang berlayar di laut dengan (muatan) yang bermanfaat bagi manusia, apa yang diturunkan Allah dari langit berupa air, lalu dengan itu dihidupkan-Nya bumi setelah mati (kering), dan Dia tebarkan di dalamnya bermacam-macam binatang, dan perkisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi, (semua itu) sungguh, merupakan tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berakal.” (QS. Al-Baqarah : 164)
Oleh karena itu jika seseorang ingin mendapat pujian dari Allah Subhanahu wa ta’ala, maka hendaknya ia merenungkan tentang agungnya Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam satu ciptaan-Nya, yaitu tentang hujan.
Pada kesempatan yang berbahagia ini, saya ingin menyebutkan tiga perkara hikmah dibalik diturunkannya hujan, yang dengan hujan tersebut Allah menyuruh kita untuk merenungkan tentang tiga perkara ini dari sekian banyak perkara tentang hujan. Tiga perkara tersebut Allah sebutkan dalam surat Al-Hajj. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:
وَتَرَى الْأَرْضَ هَامِدَةً فَإِذَا أَنزَلْنَا عَلَيْهَا الْمَاءَ اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ وَأَنبَتَتْ مِن كُلِّ زَوْجٍ بَهِيجٍ، ذَٰلِكَ بِأَنَّ اللَّـهَ هُوَ الْحَقُّ وَأَنَّهُ يُحْيِي الْمَوْتَىٰ وَأَنَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، وَأَنَّ السَّاعَةَ آتِيَةٌ لَا رَيْبَ فِيهَا وَأَنَّ اللَّهَ يَبْعَثُ مَنْ فِي الْقُبُورِ
“Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air (hujan) di atasnya, hiduplah bumi itu dan menjadi subur dan menumbuhkan berbagai jenis pasangan (tetumbuhan) yang indah. Yang demikian itu karena sungguh Allah Dialah yang hak, dan sungguh Dialah yang menghidupkan segala yang telah mati, dan sungguh, Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Dan sungguh, (hari) Kiamat itu pasti datang, tidak ada keraguan padanya; dan sungguh, Allah akan membangkitkan siapa pun yang di dalam kubur.” (QS. Al-Hajj : 5-7)
Dalam ayat-ayat ini Allah menyebutkan tiga fungsi hujan untuk kita renungkan. Di antaranya:
Fungsi pertama, Allah mengatakan:
وَأَنَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
“Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.“
Lihatlah hujan, dia adalah makhluk yang menakjubkan. Lihatlah bagaimana Allah menciptakan hujan. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:
أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يُزْجِي سَحَابًا ثُمَّ يُؤَلِّفُ بَيْنَهُ ثُمَّ يَجْعَلُهُ رُكَامًا فَتَرَى الْوَدْقَ يَخْرُجُ مِنْ خِلَالِهِ وَيُنَزِّلُ مِنَ السَّمَاءِ مِنْ جِبَالٍ فِيهَا مِنْ بَرَدٍ فَيُصِيبُ بِهِ مَنْ يَشَاءُ وَيَصْرِفُهُ عَنْ مَنْ يَشَاءُ يَكَادُ سَنَا بَرْقِهِ يَذْهَبُ بِالْأَبْصَارِ
“Tidakkah engkau melihat bahwa Allah menjadikan awan bergerak perlahan, kemudian mengumpulkannya, lalu Dia menjadikannya bertumpuk-tumpuk, lalu engkau lihat hujan keluar dari celah-celahnya dan Dia (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran es) itu kepada siapa yang Dia kehendaki dan dihindarkan-Nya dari siapa yang Dia kehendaki. Kilauan kilatnya hampir-hampir menghilangkan penglihatan.” (QS. An-Nur : 43)
Selain itu, Allah Subhanahu wa ta’ala juga menurunkan hujan tersebut dengan rasa yang tawar (tidak asin). Kata Allah Subhanahu wa Ta’ala:
أَفَرَأَيْتُمُ الْمَاءَ الَّذِي تَشْرَبُونَ، أَأَنتُمْ أَنزَلْتُمُوهُ مِنَ الْمُزْنِ أَمْ نَحْنُ الْمُنزِلُونَ، لَوْ نَشَاءُ جَعَلْنَاهُ أُجَاجًا فَلَوْلَا تَشْكُرُونَ
“Pernahkah kamu memperhatikan air yang kamu minum? Kamukah yang menurunkannya dari awan ataukah Kami yang menurunkan? Sekiranya Kami menghendaki, niscaya Kami menjadikannya asin, mengapa kamu tidak bersyukur?” (QS. Al-Waqi’ah : 68-70)
Lihatlah, hujan tersebut rasanya tawar. Kalau sekiranya rasanya asin, maka binasalah kita. Selain itu, hujan tersebut turun dalam bentuk butiran-butiran, tidak turun langsung dalam bentuk kumpulan air seperti danau yang turun ke atas muka bumi, karena jika demikian maka akan binasalah manusia.
Artinya, proses hujan menunjukkan akan kekuasaan Allah Subhanahu wa ta’ala, dan tentu hanya Dia yang bisa melakukan itu semua, karena Allah Subhanahu wa ta’ala mengatakan,
وَأَنَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
“Dia (Allah) Mahakuasa atas segala sesuatu.“
Fungsi kedua, yaitu hujan mengingatkan kita bahwasannya akan ada hari kebangkitan. Kata Allah Subhanahu wa ta’ala:
وَأَنَّهُ يُحْيِي الْمَوْتَىٰ
“Dan sungguh Dialah yang menghidupkan segala yang telah mati.”
Pada ayat yang telah disebutkan juga Allah Subhanahu wa ta’ala menyebutkan:
وَنَزَّلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً مُبَارَكًا فَأَنْبَتْنَا بِهِ جَنَّاتٍ وَحَبَّ الْحَصِيدِ، وَالنَّخْلَ بَاسِقَاتٍ لَهَا طَلْعٌ نَضِيدٌ، رِزْقًا لِلْعِبَادِ وَأَحْيَيْنَا بِهِ بَلْدَةً مَيْتًا كَذَلِكَ الْخُرُوجُ
“Dan dari langit Kami turunkan air yang memberi berkah lalu Kami tumbuhkan dengan (air) itu pepohonan yang rindang dan biji-bijian yang dapat dipanen. Dan pohon kurma yang tinggi-tinggi yang mempunyai mayang yang bersusun-susun, sebagai rezeki bagi hamba-hamba (Kami), dan Kami hidupkan dengan (air) itu negeri yang mati (tandus). Seperti itulah terjadinya kebangkitan (dari kubur).” (QS. Qaf : 9-11)
Demikian juga Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:
وَهُوَ الَّذِي يُرْسِلُ الرِّيَاحَ بُشْرًا بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهِ ۖ حَتَّىٰ إِذَا أَقَلَّتْ سَحَابًا ثِقَالًا سُقْنَاهُ لِبَلَدٍ مَّيِّتٍ فَأَنزَلْنَا بِهِ الْمَاءَ فَأَخْرَجْنَا بِهِ مِن كُلِّ الثَّمَرَاتِ ۚ كَذَٰلِكَ نُخْرِجُ الْمَوْتَىٰ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
“Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa kabar gembira, mendahului kedatangan rahmat-Nya (hujan), sehingga apabila angin itu membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu. Kemudian Kami tumbuhkan dengan hujan itu berbagai macam buah-buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan orang yang telah mati, mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran.” (QS. Al-A’raf : 57)
Dengan turunnya hujan, kita melihat bumi yang tadinya kering (tandus) tiba-tiba bisa hidup kembali (subur). Hal ini untuk mengingatkan kita bahwasannya kita yang saat ini masih hidup, suatu saat akan meninggal dunia dan pasti akan dibangkitkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:
وَأَنَّ السَّاعَةَ آتِيَةٌ لَّا رَيْبَ فِيهَا وَأَنَّ اللَّـهَ يَبْعَثُ مَن فِي الْقُبُورِ
“Dan sungguh, (hari) Kiamat itu pasti datang, tidak ada keraguan padanya; dan sungguh, Allah akan membangkitkan siapa pun yang di dalam kubur.” (QS. Al-Hajj : 7)
Manusia akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang mereka lakukan selama hidup di dunia. Manusia akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang mereka lihat, atas apa yang mereka dengar, atas apa yang mereka ucapkan, dan bahkan atas apa yang mereka komentari. Semuanya akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah Subhanahu wa ta’ala.
اقول قولي هذا واستغفر الله لي ولكم ولسائر المسلمين من كل ذنب وخطيئه فاستغفروه انه هو الغفور الرحيم
Khutbah Kedua
الحمد لله على احسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، واشهد ان لا إله الا الله وحده لا شريك له تعظيما لشانه، واشهد ان محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، اللهم صلي عليه وعلى أله واصحابه واخوانه
Fungsi ketiga, fungsi hujan yang terpenting bagi kita tatkala kita merenungkan tentang turunnya hujan adalah kita sadar bahwasanya:
ذَٰلِكَ بِأَنَّ اللَّـهَ هُوَ الْحَقُّ
“Yang demikian itu karena sungguh Allah Dialah yang haq.”
Dialah Allah satu-satunya yang berhak untuk disembah. Adapun selain Allah tidak bisa disembah. Yang bisa disembah hanyalah yang bisa mengatur hujan, yang menurunkan hujan, yang menghentikan hujan. Dialah satu-satunya yang bisa melakukan itu seluruhnya. Maka dari itu, setelah menyebut tentang hujan, Allah Subhanahu wa ta’ala mengatakan:
ذَٰلِكَ بِأَنَّ اللَّـهَ هُوَ الْحَقُّ
“Yang demikian itu karena sungguh Allah Dialah yang haq.”
Dalam ayat yang lain pada surah Al-Baqarah Allah Subhanahu wa ta’ala juga berfirman:
وَإِلَـٰهُكُمْ إِلَـٰهٌ وَاحِدٌ ۖ لَّا إِلَـٰهَ إِلَّا هُوَ الرَّحْمَـٰنُ الرَّحِيمُ، إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَالْفُلْكِ الَّتِي تَجْرِي فِي الْبَحْرِ بِمَا يَنْفَعُ النَّاسَ وَمَا أَنْزَلَ اللَّهُ مِنَ السَّمَاءِ مِنْ مَاءٍ فَأَحْيَا بِهِ الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَبَثَّ فِيهَا مِنْ كُلِّ دَابَّةٍ وَتَصْرِيفِ الرِّيَاحِ وَالسَّحَابِ الْمُسَخَّرِ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ
“Dan Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada Tuhan selain Dia, Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, pergantian malam dan siang, kapal yang berlayar di laut dengan (muatan) yang bermanfaat bagi manusia, dan apa yang diturunkan Allah dari langit berupa air, lalu dengan itu dihidupkan-Nya bumi setelah mati (kering), dan Dia tebarkan di dalamnya bermacam-macam binatang, dan perkisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi, (semua itu) sungguh, merupakan tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berakal.” (QS. Al-Baqarah : -163-164)
Dalam ayat ini Allah Subhanahu wa ta’ala menyebutkan bahwa dia menurunkan dari langit berupa hujan, sebagai bukti bahwasanya Dia adalah satu-satunya yang berhak untuk disembah.
Kemudian di akhir ayat, kata Allah Subhanahu wa Ta’ala:
لَآيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَعْقِلُونَ
“(semua itu) sungguh, merupakan tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berakal” (QS. Al-Baqarah : 164)
Oleh karena itu, jika Allah berkehendak, maka Allah bisa menjadikan hujan yang Allah namakan sebagai rahmat menjadi hujan azab. Hal ini sebagaimana Allah jadikan hujan yang asalnya adalah rahmat, namun menjadi hujan azab bagi kaum Nabi Nuh ‘alaihissalam. Kata Allah Subhanahu wa ta’ala:
فَفَتَحْنَا أَبْوَابَ السَّمَاءِ بِمَاءٍ مُّنْهَمِرٍ
“Lalu Kami bukakan pintu-pintu langit dengan (menurunkan) air yang tercurah.” (QS. Al-Qamar : 11)
Untuk apa Allah menurunkan hujan dengan sangat derasnya? Tidak lain adalah untuk membinasakan kaum Nabi Nuh ‘alaihissalam karena mereka kufur kepada Allah Subhanahu wa ta’ala.
Bahkan kalau Allah berkehendak untuk tidak menurunkan hujan air dari langit, melainkan Allah turunkan hujan batu kepada orang-orang yang bermaksiat kepada Allah Subhanahu wa ta’ala, maka tentu Allah sangat mampu. Sebagaimana Allah telah turunkan hujan batu kepada kaum Nabi Luth ‘alaihissalam. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:
وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهِم مَّطَرًا ۖ فَانظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُجْرِمِينَ
“Dan Kami hujani mereka dengan hujan (batu). Maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang yang berbuat dosa itu.” (QS. Al-A’raf : 84)
Sungguh buruk kesudahan bagi orang-orang yang diberi peringatan seperti itu oleh Allah Subhanahu wa ta’ala.
Maka dari itu, tatkala kita melihat hujan turun dengan begitu derasnya, hendaknya kita ingat bahwa yang berhak untuk disembah adalah yang menurunkan hujan tersebut. Dan tatkala tidak turun hujan, maka kita minta kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Sebagaimana yang dilakukan oleh saudara-saudara kita tatkala musim kemarau di Pekanbaru-Riau kemarin. Ketika hujan lama tidak turun, sementara asap masih terus mengganggu mereka, maka mereka pun melakukan shalat istisqa, setelah itu dengan izin Allah di waktu sore hujan pun turun dan tidak berhenti-berhenti. Ketahuilah bahwa yang menurunkan hujan tersebut hanyalah Allah Subhanahu wa ta’ala.
إِنَّ اللَّـهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
اللهم اغفر للمسلمين والمؤمنين والمؤمنات الاحياء منهم والاموات إنك سميع قريب مجيب الدعوات ويا قاضي الحاجات
اللهم ات نفوسنا تقواها وزكها انت خير من زكاها انت وليها ومولاها
اللهم انا نسألك الهدى والسداد، اللهم انا نسألك الهدى والسداد
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وأقم الصلاة