Shalawat
Makna shalawat
Makna shalawat kepada Nabi shallallahu álaihi wasallam :
Ibnu Ábbas berkata :
يُصَلُّونَ: يُبَرِّكُونَ
“Allah dan malaikat bershalawat kepada Nabi maksudnya adalah mendoakan keberkahan kepada Nabi shallallahu álaihi wasallam” ([1])
Abul Áaliyah berkata :
صَلاَةُ اللَّهِ: ثَنَاؤُهُ عَلَيْهِ عِنْدَ المَلاَئِكَةِ، وَصَلاَةُ المَلاَئِكَةِ الدُّعَاءُ
“Shalawatnya Allah yaitu pujian Allah kepada Nabi shallallahu álaihi wasallam di sisi para malaikat, dan shalawat malaikat adalah doá untuk Nabi shallallahu álaihi wasallam” ([2])
Keutamaan Salawat
Keutamaan shalawat sangatlah banyak di antaranya:
- Sebagai bentuk mengamalkan perintah Allah subhanahu wa ta’ala. ([3])
- Shalawat sebab mendapatkan sepuluh kali lipat shalawat dari Allah subhanahu wa ta’ala. ([4])
- Diangkat derajatnya
- Ditulis baginya sepuluh kebaikan
- Dihapuskannya sepuluh keburukannya. ([5])
- Salah satu sebab mendapatkan syafa’at Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. ([6])
- Sebab dihapuskannya dosa
- Sebab diberikan kecukupan oleh Allah subhanahu wa ta’ala terhadap apa yang diinginkan. ([7])
- Menunjukkan akan kedermawanan seorang muslim. ([8])
Waktu Yang Dianjurkan
Pada dasarnya bershalawat boleh diucapkan di waktu kapan saja, namun ada beberapa waktu secara khusus yang dianjurkan untuk seseorang untuk mengucapkannya, di antaranya:
- Ketika disebutkan nama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
Hal ini berdasarkan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah
رَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ، وَرَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ دَخَلَ عَلَيْهِ رَمَضَانُ فَانْسَلَخَ قَبْلَ أَنْ يُغْفَرَ لَهُ، وَرَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ أَدْرَكَ عِنْدَهُ أَبَوَاهُ الْكِبَرَ فَلَمْ يُدْخِلَاهُ الْجَنَّةَ ” قَالَ رِبْعِيٌّ: وَلَا أَعْلَمُهُ إِلَّا قَدْ قَالَ: ” أَوْ أَحَدُهُمَا ”
“Celakalah seseorang, aku disebut-sebut di sisinya dan ia tidak mengucapkan shalawat kepadaku. dan celakalah seseorang, Bulan Ramadhan menemuinya kemudian keluar sebelum ia mendapatkan ampunan, dan celakalah seseorang yang mendapati kedua orang tuanya berusia lanjut namun kedua orang tuanya tidak dapat memasukkannya ke dalam Surga (karena kebaktiannya).” Rib’i berkata; dan aku tidak mengetahu kecuali beliau berkata; atau salah seorang dari keduanya.” HR. Ahmad no. 7451
- Ketika memulai akan berdoa dan setelahnya
Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dalam Sunannya,
سَمِعَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلًا يَدْعُو فِي صَلَاتِهِ لَمْ يُمَجِّدِ اللَّهَ تَعَالَى، وَلَمْ يُصَلِّ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «عَجِلَ هَذَا»، ثُمَّ دَعَاهُ فَقَالَ لَهُ: – أَوْ لِغَيْرِهِ – «إِذَا صَلَّى أَحَدُكُمْ، فَلْيَبْدَأْ بِتَمْجِيدِ رَبِّهِ جَلَّ وَعَزَّ، وَالثَّنَاءِ عَلَيْهِ، ثُمَّ يُصَلِّي عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، ثُمَّ يَدْعُو بَعْدُ بِمَا شَاءَ»
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mendengar seseorang berdoa dalam shalatnya, namun tidak mengagungkan Allah Ta’ala dan tidak bershalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka Rasululullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Orang ini terburu-buru.” Kemudian Beliau memanggilnya dan bersabda kepadanya atau kepada yang lain, “Apabila salah seorang di antara kamu shalat, maka hendaklah ia memulai dengan mengagungkan Tuhannya ‘Azza wa Jalla dan memuji-Nya, kemudian bershalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu berdoa dengan apa yang dia inginkan.” HR. Abu Dawud no. 1481 dan dikatakan oleh Al-Albani hadis ini shohih
An-Nawawi berkata tentang ini:
أجمع العلماءُ على استحباب ابتداء الدعاء بالحمد لله تعالى والثناء عليه، ثم الصلاة على رسول الله صلى الله عليه وسلم، وكذلك تختم الدعاء بهما
“Para ulama sepakat akan mustahabnya memulai doa dengan memuji Allah subhanahu wa ta’ala dan menyanjung-Nya kemudian bershalawat kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam begitu juga menutup doa dengan keduanya.” (Al-Adzkar lin Nawawi hal: 117)
- Dianjurkan memperbanyak bershalawat pada hari Jum’at
Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Aus bin Aus, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
«إِنَّ مِنْ أَفْضَلِ أَيَّامِكُمْ يَوْمَ الْجُمُعَةِ، فِيهِ خُلِقَ آدَمُ، وَفِيهِ النَّفْخَةُ، وَفِيهِ الصَّعْقَةُ، فَأَكْثِرُوا عَلَيَّ مِنَ الصَّلَاةِ فِيهِ، فَإِنَّ صَلَاتَكُمْ مَعْرُوضَةٌ عَلَيَّ» فَقَالَ رَجُلٌ: يَا رَسُولَ اللَّهِ كَيْفَ تُعْرَضُ صَلَاتُنَا عَلَيْكَ وَقَدْ أَرَمْتَ؟ – يَعْنِي بَلِيتَ – فَقَالَ: «إِنَّ اللَّهَ قَدْ حَرَّمَ عَلَى الْأَرْضِ أَنْ تَأْكُلَ أَجْسَادَ الْأَنْبِيَاءِ»
“Sesungguhnya seutama-utama hari kalian adalah hari Jum’at padanya Adam diciptakan, pada hari Jumat juga sangkakala ditiup dan padanya juga mereka dibangkitkan, maka perbanyaklah shalawat kepadaku pada hari ini, karena shalawat kalian akan disampaikan kepadaku. Seorang lelaki bertanya: ”Wahai, Rasulullah. Bagaimana shalawat kami akan disampaikan kepadamu, padahal engkau telah menjadi tanah?” Rasulullah menjawab: ”Sesungguhnya Allah mengharamkan bumi (memakan) jasad para nabi.” HR. Ibnu Majah no. 1085
Dan banyak keutamaan lainnya, bahkan Ibnul Qoyyim menyebutkan ada puluhan faedah dari shalawat ini. ([11])
Bacaan Shalawat
Sebaiknya shalawat digabungkan dengan bersalam kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasalam sebagai bentuk menjalankan perintah Allah dalam firmanNya
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (Al-Ahzab: 56)
Karenanya minimal mengucapkan lafal yang menggabungkan antara shalawat dan salam kepada Nabi, misalnya dengan lafal-lafal berikut :
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Shollollahu álaihi wasallam
Atau
اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَيْهِ
Allahumma sholli wa sallim álaihi
Atau
الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَيْهِ
Assholaatu wassalaamu álaihi
Adapun bacaan khusus shalawat (tanpa salam([12])) maka sebagai berikut :
Pertama:
اللهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
Allahumma sholli ‘ala Muhammad wa ‘ala aali Muhammad kamaa shollaita ‘ala Ibroohim wa ‘ala aali Ibrohim, innaka hamidun majiid. Allahumma baarik ‘ala Muhammad wa ‘ala aali Muhammad kamaa baarokta ‘ala Ibrohim wa ‘ala aali Ibrohimm innaka hamidun majiid
“Ya Allah, semoga shalawat tercurah kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana tercurah pada Ibrahim dan keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia. Ya Allah, semoga berkah tercurah kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana tercurah pada Ibrahim dan keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia.” ([13])
Kedua:
اللهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ، وَعَلَى أَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ، وَعَلَى أَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
Allahumma shalli ‘ala muhammad wa ‘ala ahli baitihii, wa ‘ala azwaajihii wa dzurriyatihii, kamaa shallaita ‘ala aali ibrahim innaka hamiidum majiid. Wa baarik ‘ala muhammad wa ‘ala ahli baitihii, wa ‘ala azwaajihii wa dzurriyatihii, kamaa baarakta ‘ala aali ibrahim innaka hamiidum majiid.
“Ya Allah, semoga shalawat tercurah kepada Muhammad dan keluarganya,istri-istrinys, serta keturunannya, sebagaimana tercurah pada Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia. Ya Allah, semoga berkah tercurah kepada Muhammad dan keluarganya, istri-istrinya, serta keturunannya, sebagaimana tercurah pada Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia.” ([14])
Ketiga:
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَرَسُولِكَ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ
Allaahumma sholli ‘alaa Muhammadin ‘abdika wa rosuulika kamaa shol laita ‘alaa aali ibroohiim, wa baarik ‘alaa Muhammad wa ‘alaa aali Muhammad kamaa baarokta ‘alaa ibroohiim.
“Ya Allah berilah shalawat kepada Muhammad hambaMu dan RasulMu, sebagaimana Engkau telah bershalawat kepada Ibrahim. Dan berkahilah Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberkahi Ibrahim.” ([15])
Keempat:
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى أَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى أَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
Allaahumma sholli ‘alaa Muhammadin wa ‘alaa azwaajihi wa dzurriyyatihi kamaa shol laita ‘alaa ibroohiim, wa baarik ‘alaa Muhammadin wa ‘alaa azwaajihi wa dzurriyyatihi kamaa baarokta ‘alaa ibroohiim innaka hamiidum majiid.
“Ya Allah,berilah shalawat kepada Muhammad dan kepada isteri-isteri beliau dan keturunannya, sebagaimana Engkau telah bershalawat kepada Ibrahim. Ya Allah, Berkahilah Muhammad dan isteri-isteri dan keturunannya, sebagaimana Engkau telah memberkahi.” ([16])
Kelima:
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ الْأُمِّيِّ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَآلِ إِبْرَاهِيمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ الْأُمِّيِّ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
Allahumma shalli ‘ala muhammad an-nabiyyil ummiyi wa ‘ala aali muhammad, kamaa shallaita ‘ala aali ibrahim. Wa baarik ‘ala muhammad an-nabiyyil ummiyi wa ‘ala aali muhammad, kamaa baarakta ‘ala aali ibrahim, fil ‘aalamiina innaka hamiidum majiid.
“Ya Allah berilah shalawat kepada Muhammad yang ummi dan kepada keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberi bershalawat kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim.Dan berkahilah Muhammad Nabi yang ummi dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberkahi keluarga Ibrahim dan keluarga Ibrahim, Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji (lagi) Maha Mulia” ([17])
Keenam:
اللهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ فِي الْعَالَمِينَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
“Allahumma sholli ‘ala Muhammad wa ‘ala aali, wa baarik ‘ala Muhammad wa ‘ala aali, kamaa baarokta ‘ala Ibrohim wa ‘ala aali Ibrohimm fil ‘aalamiina innaka hamidun majiid”
“ya Allah, semoga shalawat tercurah kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, dan semoga berkah tercurah kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana tercurah pada Ibrahim dan keluarga Ibrahim di alam semesta, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia.” ([18])
________________________________________________________
Footnote:
([1]) Shahih al-Bukhari 6/120, lihat penjelasan Ibnu Hajar di Fathul Baari 8/533
([2]) Shahih al-Bukhari 6/120, lihat penjelasan Asy-Syaikh al-Útsaimin di asy-Syarh al-Mumti’ 3/163-164
([3]) Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (Al-Ahzab: 56)
As-Sa’dy dalam tafsirnya mengatakan:
اقتداء بالله وملائكته، وجزاء له على بعض حقوقه عليكم، وتكميلا لإيمانكم، وتعظيمًا له صلى الله عليه وسلم، ومحبة وإكرامًا، وزيادة في حسناتكم، وتكفيرًا من سيئاتكم
“(bershalawat kepada Nabi) adalah bentuk mengikuti Allah dan para malaikat-Nya, sebagai balasan untuk beliau atas hak-hak beliau yang wajib kita penuhi, sebagai penyempurnaan atas keimanan kalian, pengagungan kepadanya shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagai bentuk kecintaan dan pemuliaan, sebagai penambah kebaikan kalian, dan sebagai penghapus keburukan-keburukan kalian.” (Tafsir As-Sa’dy hal: 671)
([4]) Hal ini berdasarkan hadits Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ صَلَّى عَلَيَّ وَاحِدَةً صَلَّى الله عَلَيْهِ عَشْرًا
“barang siapa bershalwat kepadaku satu kali maka Allah subhanahu wa ta’ala akan bershalawat kepdanya sepuluh kali.” HR. Muslim no. 408
([5]) Semua ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh An-Nasai dalam kitabnya As-Sunan Al-Kubro,
مَنْ صَلَّى عَلَيَّ مِنْ أُمَّتِي صَلَاةً مُخْلِصًا مِنْ قَلْبِهِ، صَلَّى الله عَلَيْهِ بِهَا عَشْرَ صَلَوَاتٍ، وَرَفَعَهُ بِهَا عَشْرَ دَرَجَاتٍ، وَكَتَبَ لَهُ بِهَا عَشْرَ حَسَنَاتٍ، وَمَحَا عَنْهُ عَشْرَ سَيِّئَاتٍ
“barang siapa yang bershalawat kepadaku dari umatku satu kali shalawat dengan ikhlas dari hatinya maka Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh kali shalawat, akan mengangkat derajatnya, menuliskan untuknya sepuluh kebaikan, dan akan dihapuskan darinya sepuluh keburukan. HR. An-Nasai no. 9809, dan Ibnu Hajar mengatakan bahwa hadits ini terangkat derajatnya menjadi hasan lighoirih. (lihat: Al-Matholib Al-‘Aliyyah 13/772)
([6]) Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا سَمِعْتُمُ الْمُؤَذِّنَ، فَقُولُوا مِثْلَ مَا يَقُولُ ثُمَّ صَلُّوا عَلَيَّ، فَإِنَّهُ مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلَاةً صَلَّى الله عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا، ثُمَّ سَلُوا اللهَ لِيَ الْوَسِيلَةَ، فَإِنَّهَا مَنْزِلَةٌ فِي الْجَنَّةِ، لَا تَنْبَغِي إِلَّا لِعَبْدٍ مِنْ عِبَادِ اللهِ، وَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ أَنَا هُوَ، فَمَنْ سَأَلَ لِي الْوَسِيلَةَ حَلَّتْ لَهُ الشَّفَاعَةُ
“Jika kalian mendengarkan seorang muadzin (adzan), maka ucapkanlah seperti apa yang ia ucapkan, kemudian bershalawatlah kalian kepadaku, karena sungguh siapa yang membaca shalawat untukku satu kali shalawat, maka Allah akan bershalawat untuknya (merahmatinya) sepuluh kali. Kemudian, mintalah kalian kepada Allah untukku sebuah wasilah (perantara), maka sungguh hal itu adalah tempat di surga yang tidak diperkenankan (menempatinya) kecuali untuk seorang hamba dari hamba-hamba Allah. Dan aku berharap aku lah yang mendapatkannya. Maka siapa yang memintakan wasilah untukku, ia halal mendapatkan syafaat.” HR. Muslim no. 348
([7]) Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Ubay bin Ka’ab, ia berkata:
كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا ذَهَبَ ثُلُثَا اللَّيْلِ قَامَ فَقَالَ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ اذْكُرُوا اللَّهَ اذْكُرُوا اللَّهَ جَاءَتِ الرَّاجِفَةُ تَتْبَعُهَا الرَّادِفَةُ جَاءَ الْمَوْتُ بِمَا فِيهِ جَاءَ الْمَوْتُ بِمَا فِيهِ، قَالَ أُبَيٌّ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ إِنِّي أُكْثِرُ الصَّلاَةَ عَلَيْكَ فَكَمْ أَجْعَلُ لَكَ مِنْ صَلاَتِي؟ فَقَالَ: مَا شِئْتَ. قَالَ: قُلْتُ: الرُّبُعَ، قَالَ: مَا شِئْتَ فَإِنْ زِدْتَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكَ، قُلْتُ: النِّصْفَ، قَالَ: مَا شِئْتَ، فَإِنْ زِدْتَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكَ، قَالَ: قُلْتُ: فَالثُّلُثَيْنِ، قَالَ: مَا شِئْتَ، فَإِنْ زِدْتَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكَ، قُلْتُ: أَجْعَلُ لَكَ صَلاَتِي كُلَّهَا قَالَ: إِذًا تُكْفَى هَمَّكَ، وَيُغْفَرُ لَكَ ذَنْبُكَ.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila telah berlalu dua per tiga malam bangun dan berkata: “Hai manusia, berdzikirlah kalian kepada Allah, berdzikirlah kalian kepada Allah. Pasti datang tiupan pertama yang menghancurkan alam. Lalu mengikutinya tiupan kedua yang membangkitkan. Kematian dan semua yang ada padanya pasti datang. Kematian dan semua yang ada padanya pasti datang.” Ubay bertanya: “Wahai Rasulullah, saya akan memperbanyak shalawat untukmu, berapa banyak aku harus bershalawat untukmu dari do’aku?” Beliau menjawab: “Terserah kamu.” Ubay bertanya: “seperempat?” Beliau menjawab: “Terserah kamu. Jika kamu tambah, itu baik untukmu.” Ubay bertanya: “Kalau setengah?” Beliau menjawab: “Terserah kamu. Jika kamu tambah, itu baik untukmu.” Ubay bertanya lagi: “Kalau dua per tiga?” Beliau menjawab: “Terserah kamu. Jika kamu tambah, itu baik untukmu.” Ubay bertanya: “Kalau begitu aku jadikan do’aku semuanya untuk (bershalawat atas)-mu.” Beliau menjawab: “Jika demikian, pasti dicukupkan kebutuhanmu dan diampuni dosamu.” HR. At-Tirmidzi no. 2457 dan beliau mengatakan bahwa hadits ini hasan
([8]) Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh ‘Alin bin Husain dari ayahnya dari kakeknya, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ الْبَخِيلَ مَنْ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ
“sesungguhnya orang yang pelit adalah orang yang aku disebut di sisinya namun tidak bershalawat kepadaku.” HR. Ibnu Abi Syaibah dalam musnadnya no. 791. Dan Al-Albani mengatakan hadits ini shohih. (lihat: Fadhlu As-Sholaati ‘Alaa An-Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam no. 32 1/40)
([9]) Ini adalah doa yang diajarkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika seseorang hendak memasuki masjid dan ketika keluar darinya, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik,
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ الْمَسْجِدَ قَالَ: «بِسْمِ اللَّهِ، اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ» . وَإِذَا خَرَجَ قَالَ: «بِسْمِ اللَّهِ، اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ»
“bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam jika memasuki masjid mengucapkan: “bismillah, Allahumma sholli ‘alaa muhammad” dan jika keluar beliau mengucapkan: “bismillah, Allahumma sholli ‘alaa muhammad”.” HR. An-Nasai dalam kitabnya ‘amalul yaum wal lailah no. 88 dan dikatakan oleh Al-Albani dalam kitabnya Takhriij Al-Kalim Ath-Thoyyib hadits ini hasan hal: 91
([10]) Sebagaimana yang diriwayatkan oleh ‘Abdullah bin ‘Amr:
أَنَّهُ سَمِعَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِذَا سَمِعْتُمْ الْمُؤَذِّنَ فَقُولُوا مِثْلَ مَا يَقُولُ ثُمَّ صَلُّوا عَلَيَّ فَإِنَّهُ مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلَاةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا ثُمَّ سَلُوا اللَّهَ لِي الْوَسِيلَةَ فَإِنَّهَا مَنْزِلَةٌ فِي الْجَنَّةِ لَا تَنْبَغِي إِلَّا لِعَبْدٍ مِنْ عِبَادِ اللَّهِ وَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ أَنَا هُوَ فَمَنْ سَأَلَ لِي الْوَسِيلَةَ حَلَّتْ لَهُ الشَّفَاعَةُ
“bahwa dia mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Apabila kalian mendengar mu’adzdzin (mengumandangkan adzan) maka ucapkanlah seperti yang dia ucapkan, kemudian bershalawatlah atasku, karena orang yang bershalawat atasku dengan satu shalawat, niscaya Allah akan bershalawat atasnya dengannya sepuluh kali, kemudian mintalah kepada Allah wasilah untukku, karena ia adalah suatu tempat di surga, tidaklah layak tempat tersebut kecuali untuk seorang hamba dari hamba-hamba Allah, dan saya berharap agar saya menjadi hamba tersebut. Dan barangsiapa memintakan wasilah untukku, maka syafa’at halal untuknya.” HR. Muslim no. 384
([11]) Lihat: Jalaa-ul Afhaam 1/445
([12]) Dan setiap dalam shalat kita mengucapkan salam kepada Nabi shallallahu álaihi wasallam ketika tasyahhud (baik tasyahhud awal maupun tasyahhud akhir) dengan lafal :
السَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ، السَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِيْنَ
Atau dengan lafal
السَّلاَمُ عَلَى النَّبِيِّ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ، السَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِيْنَ
([16]) HR. Malik dalam kitab Muwattho dengan riwayat Muhammad Ibn Al-Hasan Asy-Syaibani 1/104 292