Istighfar
Makna Istighfar
Al-istighfaar artinya permohonan untuk menutup dosa sekaligus menjaga dari akibat buruk dosa. Ibnu Rojab al-Hanbali berkata :
وَالِاسْتِغْفَارُ: طَلَبُ الْمَغْفِرَةِ، وَالْمَغْفِرَةُ: هِيَ وِقَايَةُ شَرِّ الذُّنُوبِ مَعَ سِتْرِهَا
“Istighfar adalah memohon maghfiroh, dan maghfiroh adalah menjaga dari akibat buruknya dosa disertai dengan tertutupnya dosa” ([1])
Jadi istighfar bukan hanya meminta agar dosa kita tertutup saja. Ibnul Qoyyim berkata tentang istighfar:
طَلَبَ الْمَغْفِرَةِ مِنَ اللَّهِ، وَهُوَ مَحْوُ الذَّنْبِ، وَإِزَالَةُ أَثَرِهِ، وَوِقَايَةُ شَرِّهِ، لَا كَمَا ظَنَّهُ بَعْضُ النَّاسِ أَنَّهَا السَّتْرُ، فَإِنَّ اللَّهَ يَسْتُرُ عَلَى مَنْ يَغْفِرُ لَهُ وَمَنْ لَا يَغْفِرُ لَهُ … وَحَقِيقَتُهَا وِقَايَةُ شَرِّ الذَّنْبِ، وَمِنْهُ الْمِغْفَرُ، لِمَا يَقِي الرَّأْسَ مِنَ الْأَذَى، وَالسَّتْرُ لَازِمٌ لِهَذَا الْمَعْنَى، وَإِلَّا فَالْعِمَامَةُ لَا تُسَمَّى مِغْفَرًا، وَلَا الْقُبَّعُ وَنَحْوُهُ مَعَ سَتْرِهِ، فَلَا بُدَّ فِي لَفْظِ الْمِغْفَرِ مِنَ الْوِقَايَةِ
“Yakni memohon maghfiroh dari Allah, yaitu terhapusnya dosa dan menghilangkan dampak/bekas dosa tersebut, serta perlindungan dari (akibat) buruk dosa tersebut. Tidak sebagaimana persangkaan sebagian orang bahwasanya maghfiroh maknanya hanyalah as-sitr (terutupnya dosa). Karena Allah menutup dosa (tidak membongkarnya) bagi orang yang meminta maghfiroh dan orang yang tidak meminta maghfiroh… dan hakikat maghfiroh adalah perlindungan dari keburukan dosa, diantara makna ini adalah al-mighfar (yaitu penutup kepala yang digunakan oleh prajurit perang-pen) karena fungsinya melindungi kepala dari gangguan. Adapun tertutupnya kepala maka itu merupakan kelaziman dari pelindung. Karenanya sorban dan songkok tidak dinamakan mighfar meskipun menutup, maka maghfiroh harus mengandung makna perlindungan/penjagaan” ([2])
Keutamaan Istighfar
Keutamaan istighfar sangatlah banyak, diantaranya :
- Ia adalah doa yang terbaik([3])
- Istighfar mendatangkan banyak kebaikan, diantaranya mendatangkan hujan rahmat, menambah harta dan menambah anak ([4])
- Istighfar menjauhkan adzab Allah([5])
- Istighfar mendatangkan rahmat Allah([6])
- Istighfar menambah kekuatan untuk kebaikan([7])
Waktu beristighfar
Seorang hamba dianjurkan untuk beristighfar setiap saat karena begitu banyaknya faidah dari istighfar .
Nabi bersabda :
طُوْبَى لِمَنْ وَجَدَ فِي صَحِيْفَتِهِ اِسْتِغْفَاراً كَثِيْراً
“Sungguh beruntung orang yang mendapati istighfar yang banyak pada catatan amalnya (pada hari kiamat kelak)” ([8])
Maka seorang hamba berusaha untuk membasahi lisannya dengan istighfar sebanyak mungkin dalam kondisi apapun.
Ibnu Taimiyyah berkata :
فَهُوَ يَحْتَاجُ إلَى الِاسْتِغْفَارِ آنَاءَ اللَّيْلِ وَأَطْرَافَ النَّهَارِ؛ بَلْ هُوَ مُضْطَرٌّ إلَيْهِ دَائِمًا فِي الْأَقْوَالِ وَالْأَحْوَالِ فِي الغوائب وَالْمَشَاهِدِ لِمَا فِيهِ مِنْ الْمَصَالِحِ وَجَلْبِ الْخَيْرَاتِ وَدَفْعِ الْمَضَرَّاتِ وَطَلَبِ الزِّيَادَةِ فِي الْقُوَّةِ فِي الْأَعْمَالِ الْقَلْبِيَّةِ وَالْبَدَنِيَّةِ الْيَقِينِيَّةِ الْإِيمَانِيَّةِ
“Maka seorang hamba perlu untuk beristighfar di tengah malam dan di siang hari, bahkan ia selalu dalam kondisi darurat butuh kepada istighfar baik dalam seluruh perkataan dan seluruh kondisi, dalam kesendiriannya atau yang nampaknya. Karena pada istighfar banyak sekali kemaslahatan yang ia peroleh, banyak kebaikan yang ia raih, banyak keburukan yang tertolak darinya, serta pada istighfat permohonan untuk menambah kekuatan dalam amalan hati dan badan, serta menambah keyakinan yang penuh keimanan” ([9])
Ada waktu-waktu yang lebih ditekankan untuk beristighfar, diantaranya :
- Ketika berbuat dosa
- Ketiga pagi dan petang([10]).
- Ketika selelai shalat fardu([11]), dan juga ketika selesai shalat malam di waktu sahur([12])
- Setelah selesai shalat dhuha([13])
- Ketika meninggalkan padang Arofah([14])
Bacaan Istighfar
Pertama
أسْتَغْفِرُ اللهَ
Astaghfirullah
Artinya : “Aku memohon ampun kepada Allah.”
Ini adalah lafal yang paling singkat dalam beristghfar
Kedua
أَسْتَغْفِرُ اللهَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ
Astaghfirullah wa atuubu ilaihi
Artinya : Aku memohon maghiroh Allah dan aku bertaubat kepadaNya([15])
Ketiga
أَسْتَغْفِرُ اللهَ الَّذِي لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الحَيُّ الْقَيُّوْمُ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ
Astaghfirullah alladzii laa ilaaha illaa huwal hayyuul qoyyuum wa atuubu ilaiih
“Aku memohon ampunan kepada Allah yang tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Dia, yang maha hidup dan maha tegak dan aku bertaubat kepadaNya” ([16])
Keempat
رَبِّ اغْفِرْ لي وتُبْ عليَّ إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ
Robbighfirli watub ‘alaiyya innak antat tawwaburrahiim
Artinya : Ya Rabbku ampunilah aku dan bimbinglah aku untuk bertaubat (atau terimalah taubatku) sesungguhnya Engkau adalah Maha penerima taubat dan Maha Rahmat([17])
_______________________________________________
Footnote:
([1]) Jaami al-‘Uluum wa al-Hikam 2/407
([2]) Madaarijus Saalikiin 1/314-315
([3]) Ibnu Taimiyyah berkata :
فشهادةُ أن لا إله إلاَّ الله بصِدق ويقين تُذهبُ الشركَ كلَّه، دقَّه وجلَّه خطأه وعمده، أوَّلَه وآخرَه، سِرَّه وعلانيتَه، وتأتي على جميع صفاتِه وخفاياه ودقائِقه، والاستغفار يمحو ما بقي من عثراته، ويَمحو الذنبَ الذي هو من شُعب الشرك، فإنَّ الذنوبَ كلَّها من شعب الشرك، فالتوحيد يُذهبُ أصلَ الشرك، والاستغفار يمحو فروعَه، فأبلغ الثناء قولُ لا إله إلاَّ الله، وأبلغُ الدعاء قول أستغفر الله
“Maka mengucapkan syahadah Laa ilaaha illallaah dengan ketulusan dan keyakinan akan menghilangkan kesyirikan secara keseluruhan, yang kecil maupun yang besar, baik yang sengaja maupun yang tidak sengaja, dari pertama sampai yang terakhir, yang tersembunyi maupun yang nampak. Maka Laa ilaaha illallahu akan mengenai seluruh sifat-sifat kesyirikan baik yang tersembunyi maupun yang halusnya. Dan istighfar menghapuskan apa yang tersisa, dan menghapus dosa-dosa yang merupakan cabang-cabang kesyirikan. Karena seluruh doa termasuk cabang kesyirikan. Maka tauhid akan menghilangkan pangkal kesyirikan dan istighfar menghapus cabang-cabang kesyirikan. Maka sanjungan kepada Allah yang paling mengena adalah ucapan Laa ilaaha illallah, dan doa yang paling sampai/mengena adalah ucapan “Astaghfirullah” (Majmuu’ al-Fataawaa 11/696-697)
([4]) Berdasarkan firman Allah :
فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا، يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا، وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا
Maka aku (Nuuh álaihis salam) katakan kepada mereka: ´Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, -sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun-. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai” (QS Nuuh 10-12)
([5]) Berdasarkan firman Allah :
وَما كانَ اللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ
“Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun” (QS Al-Anfaal 33)
([6]) Berdasarkan firman Allah :
لَوْلا تَسْتَغْفِرُونَ اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
“Hendaklah kamu meminta ampun kepada Allah, agar kamu mendapat rahmat” (QS An-Naml 46)
([7]) Berdasarkan firman Allah :
وَيَا قَوْمِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَاراً وَيَزِدْكُمْ قُوَّةً إِلَى قُوَّتِكُمْ
Dan (Huud álaihis salam berkata): “Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu” (QS Huud : 52)
([8]) HR Ibnu Majah no 3818 dan dishahihkan oleh Al-Albani di Shahih al-Jaami’ no 3930
([9]) Majmuu al-Fataawaa 11/696
([10]) Sebagaimana akan datang penjelasannya dalam dzikir pagi petang bahwa dianjurkan untuk beristighfar di pagi hari 100 kali dan juga di petang hari 100 kali
([11]) Yaitu dengan beristighar 3 kali sebagaimana akan datang penjelasannya di dzikir setelah shalat
([12]) Berdasarkan firman Allah
كَانُوا قَلِيلًا مِنَ اللَّيْلِ مَا يَهْجَعُونَ، وَبِالأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ
“Mereka (para penghuni surga ketika di dunia) sedikit sekali tidur diwaktu malam (karena shalat malam), dan selalu memohonkan ampunan diwaktu pagi sebelum fajar” (QS Adz-Dzaariyaat : 17-18)
([13]) Sebagaimana akan datang penjelasannya dalam dizkir setelah shalat sunnah
([14]) Berdasarkan firman Allah :
ثُمَّ أَفِيضُوا مِنْ حَيْثُ أَفَاضَ النَّاسُ وَاسْتَغْفِرُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ
“Kemudian bertolaklah kamu dari tempat bertolaknya orang-orang banyak (´Arafah) dan mohonlah ampun kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS Al-Baqoroh : 199)
([16] ) HR Abu Daud no 1517 dan at-Tirmidzi no 3577, dan dishahihkan oleh Al-Albani di As-Shahihah no 2727