Doa Sebelum Tidur
Pertama :
Membaca surah Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Nas (Al-Mu’awwidzaat).
Caranya: Mengumpulkan dua telapak tangan. Lalu ditiup dan dibacakan surat al-Ikhlas,
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَـٰنِ الرَّحِيمِ
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ ﴿١﴾ اللَّهُ الصَّمَدُ ﴿٢﴾ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ ﴿٣﴾ وَلَمْ يَكُن لَّهُۥ كُفُوًا أَحَدٌۢ ﴿٤﴾
“Bismillahirrahmaanirrahiim, Qul huwallahu ahad, Allahus somad, Lam yalid walam yuulad, walam yakul lahu kufuwwan ahad”
“Katakanlah: Dialah Allah Yang Maha Esa. Allah adalah Ilah yang bergantung kepada-Nya segala urusan. Dia tidak beranak dan tiada pula diperanakkan. Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia.” (QS. Al-Ikhlas: 1-4)
Membaca surah al-Falaq,
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَـٰنِ الرَّحِيمِ
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ ﴿١﴾ مِن شَرِّ مَا خَلَقَ ﴿٢﴾ وَمِن شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ ﴿٣﴾ وَمِن شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِى الْعُقَدِ ﴿٤﴾ وَمِن شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ ﴿٥﴾
“Bismillahirrahmaanirrahiim, Qul A’uudzu birabbil falaq, miny syarri maa kholaq, wa miny syarri ghoosiqin idzaa waqob, wa miny syarrin naffaatsaatifil ‘uqod, wa miny syarri haasidin idzaa hasad”
“Katakanlah: Aku berlindung kepada Rabb yang menguasai Subuh. Dari kejahatan makhluk-Nya. Dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita. Dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul. Dan dari kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki. (QS. Al-Falaq: 1-5)
Kemudian membaca surah An-Naas.
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَـٰنِ الرَّحِيمِ
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ ﴿١﴾ مَلِكِ النَّاسِ ﴿٢﴾ إِلَـٰهِ النَّاسِ ﴿٣﴾ مِن شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ ﴿٤﴾ الَّذِى يُوَسْوِسُ فِى صُدُورِ النَّاسِ ﴿٥﴾ مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ ﴿٦﴾
“Bismillaahirrahmaanirrahiim, Qul a’uudzu birobbin naas, Malikinnaas, ilaahinnaas, miny syarril was waasil khonnaas, alladzi yuwas wisu fii shuduurinnaas, minal jinnaati wannaas”
“Katakanlah: Aku berlindung kepada Rabb manusia. Raja manusia. Sembahan manusia. Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi. Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia. Dari jin dan manusia.” (QS: An-Nas : 1-6)
Kemudian mengusap dengan dua telapak tangan tersebut seluruh tubuh yang dapat dijangkau dengannya. Dimulai dari kepala, wajah dan tubuh bagian depan sebanyak 3x. ([1])
Kedua:
اللَّهُ لَآ إِلَـٰهَ إِلَّا هُوَ الْحَىُّ الْقَيُّومُ ۚ لَا تَأْخُذُهُۥ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ ۚ لَّهُۥ مَا فِى السَّمَاوَاتِ وَمَا فِى الْأَرْضِ ۗ مَن ذَا الَّذِى يَشْفَعُ عِندَهُۥٓ إِلَّا بِإِذْنِهِۦ ۚ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ ۖ وَلَا يُحِيطُونَ بِشَىْءٍ مِّنْ عِلْمِهِۦٓ إِلَّا بِمَا شَآءَ ۚ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ ۖ وَلَا يَئُودُهُۥ حِفْظُهُمَا ۚ وَهُوَ الْعَلِىُّ الْعَظِيمُ ﴿٢٥٥﴾
Allaahu laa ilaaha illaa huwal hayyul qoyyuum, laa ta’khudzuhu sinatuwwalaa nauum, lahuu maa fis samaawaati wamaa fil ardh, mannd dzalladzi yasy fa’u illaa bi idznih, ya’lamu maa baina aidiihim wamaa kholfahum, walaa yuhiithuuna bi syai in min ‘ilmihi illaa bimaa syaa’, wasi’a kursiyyuhus samaawaati wal ardh, walaa ya uuu duhuu hifdzuhumaa wa huwal ‘aliyyul ‘adziim
“Allah, tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Dia Yang Hidup Kekal lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya). Tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Siapakah yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi, dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya. Dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.“ (Al-Baqarah: 255) ([2])
Ketiga:
Sebelum tidur berwudu terlebih dahulu, kemudian ketika sudah berbaring baca doa berikut ini,
اَللَّهُمَّ أَسْلَمْتُ نَفْسِي إِلَيْكَ، وَوَجَّهْتُ وَجْهِي إِلَيْكَ، وَفَوَّضْتُ أَمْرِي إِلَيْكَ، وَأَلْجَأْتُ ظَهْرِي إِلَيْكَ، رَغْبَةً وَرَهْبَةً إِلَيْكَ، لاَ مَلْجَأَ وَلاَ مَنْجَا مِنْكَ إِلَّا إِلَيْكَ، آمَنْتُ بِكِتَابِكَ الَّذِي أَنْزَلْتَ، وَبِنَبِيِّكَ الَّذِي أَرْسَلْتَ
Allaahumma aslamtu nafsii ilaika, wa wajjahtu wajhii ilaika, wa fawwadhtu amrii ilaika, wa alja’tu zhohrii ilaika, roghbatan wa rohbatan ilaika, laa malja-a wa laa manjaa minka illaa ilaika, aamantu bikitaabika-lladzii anzalta, wa binabiyyika-lladzi arsalta.
“Ya Allah, aku serahkan jiwaku kepada-Mu, aku hadapkan wajahku kepada-Mu([3]), aku serahkan urusanku kepada-Mu([4]), aku sandarkan punggungku kepada-Mu([5]), karena mengharapkan (pahala-Mu) dan takut (adzab-Mu)([6]). Tiada tempat bersandar dan menyelamatkan diri dari (hukuman)-Mu kecuali kepada-Mu. Aku beriman kepada Kitab-Mu yang Engkau turunkan, dan kepada Nabi-Mu yang Engkau utus.” ([7])
Keempat:
بِاسْمِكَ رَبِّ وَضَعْتُ جَنْبِي وَبِكَ أَرْفَعُهُ، إِنْ أَمْسَكْتَ نَفْسِي فَارْحَمْهَا، وَإِنْ أَرْسَلْتَهَا فَاحْفَظْهَا بِمَا تَحْفَظُ بِهِ عِبَادَكَ الصَّالِحِينَ
Bismika robbii wa dho’tu janbii, wa bika arfa’uhu, in amsakta nafsii farhamhaa, wa in arsaltahaa fahfazhhaa bimaa tahfazhu bihi ‘ibaadakash-sholihiin.
“Dengan nama Engkau, wahai Tuhanku, aku meletakkan lambungku. Dan dengan nama-Mu pula aku bangun dari padanya([8]). Apabila Engkau menahan rohku maka berilah rahmat padanya([9]). Tapi apabila Engkau melepaskannya maka peliharalah([10]), sebagaimana Engkau memelihara hamba-hambaMu yang shalih.” ([11])
Kelima :
اَللَّهُمَّ خَلَقْتَ نَفْسِيْ وَأَنْتَ تَوَفَّاهَا، لَكَ مَمَاتُهَا وَمَحْيَاهَا، إِنْ أَحْيَيْتَهَا فَاحْفَظْهَا، وَإِنْ أَمَتَّهَا فَاغْفِرْ لَهَا. اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْعَافِيَةَ
Allaahumma kholaqta nafsii wa anta tawaffaahaa, laka mamaatuhaa wa mah-yaahaa, in ah-yaytahaa fah-fazh-haa, wa in amattahaa fagh-fir lahaa, allaahumma innii as-alukal ‘aafiyah.
“Ya Allah, sesungguhnya Engkau menciptakan diriku, dan Engkaulah yang akan mematikannya. Mati dan hidupnya hanya milik-Mu([12]). Apabila Engkau menghidupkannya, maka peliharalah. Apabila Engkau mematikannya, maka ampunilah. Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu keselamatan([13]).” ([14])
Keenam;
اَللَّهُمَّ قِنِيْ عَذَابَكَ يَوْمَ تَبْعَثُ عِبَادَكَ
Allaahumma qinii ‘adzaabaka yauma tab’atsu ‘ibaadak.
“Ya Allah, jauhkanlah aku dari siksaanMu pada hari Engkau membangkitkan hamba-hambaMu.” ([15])
Ketujuh:
بِاسْمِكَ اللَّهُمَّ أَمُوْتُ وَأَحْيَا
Bismika-llaahumma amuutu wa ahyaa.
“Dengan Nama-Mu ya Allah, aku mati([16]) dan aku hidup.” ([17])
Kedelapan:
Membaca surah As-Sajdah dan Al-Mulk ([18])
Kesembilan:
Membaca takbir 34 kali, membaca tahmid 33 kali, dan membaca tasbih 33 kali
اَللَّهُ أَكْبَرُ (34×) اَلْحَمْدُ لِلَّهِ (33×) سُبْحَانَ اللَّهِ (33×)
Allaahu akbar (34x). Alhamdulillaah (33x). Subhaanallaah (33x).
“Maha suci Allah (33x). Segala puji bagi Allah (33x). Allah Maha Besar (34x).” ([19])
Kesepuluh:
اللهُمَّ رَبَّ السَّمَاوَاتِ وَرَبَّ الْأَرْضِ وَرَبَّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ، رَبَّنَا وَرَبَّ كُلِّ شَيْءٍ، فَالِقَ الْحَبِّ وَالنَّوَى، وَمُنْزِلَ التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيلِ وَالْفُرْقَانِ، أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ كُلِّ شَيْءٍ أَنْتَ آخِذٌ بِنَاصِيَتِهِ، اللهُمَّ أَنْتَ الْأَوَّلُ فَلَيْسَ قَبْلَكَ شَيْءٌ، وَأَنْتَ الْآخِرُ فَلَيْسَ بَعْدَكَ شَيْءٌ، وَأَنْتَ الظَّاهِرُ فَلَيْسَ فَوْقَكَ شَيْءٌ، وَأَنْتَ الْبَاطِنُ فَلَيْسَ دُونَكَ شَيْءٌ، اقْضِ عَنَّا الدَّيْنَ، وَأَغْنِنَا مِنَ الْفَقْرِ
Allaahumma robbas-samaawaatis wa robbal ardhi wa robbal ‘arsyil ‘azhiim, robbanaa wa robba kulli syai-in, faaliqol habbi wan-nawaa, wa munzilat-taurooti wal injiili wal furqoon, a’uudzu bika min syarri kulli syai-in anta aakhidzun binaashiyatih. Allaahumma antal awwalu falaisa qoblaka syai-un, wa antal aakhiru falaisa ba’daka syai-un, wa antazh-zhoohiru falaisa fauqoka syai-un, wa antal baathinu falaisa duunaka syai-un, iqdhi ‘annad-daina wa aghninaa minal faqr.
“Ya Allah, Tuhan yang menguasai langit dan tuhan penguasa bumi, Tuhan yang menguasai arsy yang agung, Tuhan kami dan Tuhan segala sesuatu. Tuhan yang membelah butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah, Tuhan yang menurunkan kitab Taurat, Injil dan Furqan (Al-Qur’an). Aku berlindung kepadaMu dari kejahatan segala sesuatu yang Engkau memegang ubun-ubunnya([20]). Ya Allah, Engkau-lah yang pertama, sebelum-Mu tidak ada sesuatu. Engkau-lah yang terakhir, setelah-Mu tidak ada sesuatu. Engkau-lah yang dzahir, tidak ada sesuatu di atas-Mu([21]). Engkau-lah yang Batin, tidak ada sesuatu yang menghalangi-Mu([22]), lunasilah hutang kami dan berilah kami kekayaan hingga terlepas dari kefakiran.” ([23])
Kesebelas:
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَطْعَمَنَا، وَسَقَانَا، وَكَفَانَا، وَآوَانَا، فَكَمْ مِمَّنْ لاَ كَافِيَ لَهُ وَلاَ مُؤْوِيَ
Alhamdulillaahil-ladzii ath’amanaa, wa saqoonaa, wa kafaanaa, wa aawaanaa, fakam mimman laa kaafiya lahu wa laa mu’wiya.
“Segala puji bagi Allah yang memberi kami makan, memberi kami minum, mencukupi kam([24])i, dan memberi kami tempat berteduh. Betapa banyak orang yang tidak mendapatkan yang bisa memberi kecukupan dan tempat berteduh([25]).” ([26])
Kedua belas:
اَللَّهُمَّ عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ، فَاطِرَ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ، رَبَّ كُلِّ شَيْءٍ وَمَلِيْكَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـٰهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ نَفْسِيْ، وَمِنْ شَرِّ الشَّيْطَانِ وَشِرْكِهِ
Allaahumma ‘aalimal ghoibi wasy-syahaadati, faathiros-samaawaati wal ardh, robba kulli syai-in wa maliikahu, asyhadu al-laa ilaaha illaa anta, a’uudzu bika min syarri nafsii, wa min syarrisy-syaithooni wa syirkih
“Ya Allah, yang Maha Mengetahui yang ghaib dan yang nyata([27]), wahai Tuhan pencipta langit dan bumi, Tuhan segala sesuatu dan yang merajainya. Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Engkau. Aku berlindung kepadaMu dari kejahatan diriku([28]), setan([29]) dan balatentaranya.” ([30])
____________________________
Footnote:
Dan disebutkan dalam kelanjutan hadits tersebut bahwa orang yang membacanya ketika akan tidur maka Allah subhanahu wa ta’ala akan senantiasa menjaganya hingga waktu pagi.
([3]) Yang dimaksud dengan jiwa dan wajah di sini adalah dzat secara keseluruhan, artinya aku menjadikan jasadku untuk taat terhadap hukum-Mu dan tunduk kepada-Mu. (lihat: Syarhul Mashobiih Libnil Malak 3/168)
([4]) Yaitu: aku kembalikan seluruh perkaraku kepada hukum-hukum-Mu (lihat: At-Taisiir bi Syarhi Al-Jami’ Ash-Shoghir 1/214)
([5]) Maksudnya menyandarkan dirinya kepada penjagaan Allah subhanahu wa ta’ala, karena tidak ada tempat bersandar yang lebih kuat dari penjagaan Allah subhanahu wa ta’ala. (lihat: Dalil Al-Falihin liThuruq Riyadhus Shalihin 2/279)
Dan dikhususkan penyebutan punggung karena biasanya seseorang bersandar kepada sesuatu dengan punggungnya. (lihat: At-Taisiir bi Syarhi Al-Jami’ Ash-Shoghir 1/214)
([6]) Artinya: mengharapkan pemberian-Mu dan mengharapkan pahala-Mu dan juga takut dari amarah-Mu dan hukuman-Mu. (lihat: Fathul Bary libni Hajar 11/111)
([7]) HR. Bukhory no. 6315 dan Muslim no. 2710
Dan disebutkan dalam hadits ini bahwa orang yang membaca doa ini lalu meninggal maka dia meninggal di atas fitrah Islam yaitu meninggal di atas keimanan yang Allah subhanahu wa ta’ala fitrahkan kepada hamba-hambanya (lihat: : Dalil Al-Falihin liThuruq Riyadhus Shalihin 2/280
([8]) Yaitu dengan meminta pertolongan Allah subhanahu wa ta’ala dengan nama-nama-Nya dan dengan kemampuan yang Dia berikan aku meletakkan dan mengangkat lambungku. (lihat: Umdatul Qory Syarhu Shohih Al-Bukhory 22/289 dan Syarh Shohih Al-Bukhori Libni Batthol 10/423)
Ibnu Bathool menjelasakan : Dalam doa ini terdapat penyandaran meletakan lambung kepada nama Allah subhanahu wa ta’ala sedangkan ketika mengangkat disandarkan kepada dzat Allah subhanahu wa ta’ala, ini menunjukkan bahwa yang dimaksud dengan nama Allah subhanahu wa ta’ala adalah dzat Allah subhanahu wa ta’ala, dan yang dimaksud dengan dzat Allah subhanahu wa ta’ala adalah yang dengan pertolongan-Nya kita meletakkan dan mengangkat lambung kita, bukan hanya sekedar lafal “Allah” nya. (Lihat: Fathul Bary Libni Hajar 13/380)
([9]) Ini adalah ungkapan dari kematian. Oleh karenanya ini sesuai dengan doa setelahnya yaitu permintaan untuk dirahmati. (lihat: ‘Umdatul Qory Syarhu Shohih Al-Bukhori 22/290)
([10]) Dan ini adalah ungkapan dari tetap hidup di dunia oleh karenanya ini sesuai dengan doa setelahnya yaitu meminta agar dijaga. (lihat: ‘Umdatul Qory Syarhu Shohih Al-Bukhori 22/290)
([11]) HR. Bukhari no. 6320 dan Muslim no. 2714
([12]) Maksudnya tidak ada yang memiliki kemampuan untuk menghidupkan jiwa atau mematikan jiwa kecuali hanya Allah subhanahu wa ta’ala.(lihat: Kasyfu Al-Musykil min Hadiitsi Ash-Shohihain 2/604)
([13]) Maksudnya keselamatan di dunia dan di akhirat. (Lihat: Al-Kaukabul Wahhaj Syarhu Shohih Muslim 25/104)
([15]) HR. Ahmad no. 4226. Hadits ini dishohihkan oleh Syu’aib Al-Arnauth
Al-Mubarokfury berkata: dalam doa ini menunjukkan bahwa orang yang berakal hendaknya menjadikan tidurnya sebagai wasilah untuk mengingat kematian dan hari kebangkitan yang terjadi setelah kematian. (lihat: Mir’atul Mafaatiih Syarhu Misykaatil Mashoobiih 8/143)
([16]) Yang dimaksud dengan kematian di sini adalah tidur, karena tidur disebut juga dengan kematian kecil. (lihat: Syarhu Riyaadhus Sholihiin 4/339
([18]) Ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Jabir,
«كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ» لَا يَنَامُ حَتَّى يَقْرَأَ بِتَنْزِيلُ السَّجْدَةِ، وَبِتَبَارَكَ ”
“bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah tidur hingga membaca surah As-Sajdah dan surah Tabaarok (Al-Mulk)” HR. At-Tirmidzy no. 3404.
Hadits ini asalnya adalah dhoíf, akan tetapi karena ada muta’baáh maka dishahihkan oleh sebagian ulama, diantaranya para pentahqiq Musnad al-Imam Ahmad (23/26 no 14659) dan juga al-Albani (lihat As-Shahihah no 585). Sementara sebagian ahli hadits tetap mendoifkan hadits ini, diantaranya Al- Ádawi (https://www.youtube.com/watch?v=B_s3MD0rpeU) dan juga Abdul Aziz At-Thuraifi (https://www.youtube.com/watch?v=e4e9UWNhFv4).
([19]) HR. Bukhori no. 3113 dan Muslim no. 2727
Dan hadits ini menceritakan tentang Fatimah putri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang dia mengeluh karena menumbuk/menggiling tepung hingga beliau mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang saat itu baru saja mendapatkan tawanan perang agar ia diberikan seorang budak lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan doa tersebut ketika hendak berdoa dengan doa di atas dan beliau menjelaskan bahwa doa tersebut lebih baik dari budak.
([20]) Maksudnya: aku berlindung kepada-Mu dari segala sesuatu keburukan dari makhluk-makhluk-Mu, karena semuanya berada di bawah kekuasaan-Mu. Dan maksud dari “Engkau yang memegang ubun-ubunnya ini adalah kinayah dari kekuasaannya, bahwasanya semuanya berada di bawah kekuasaannya sebagaimana seorang pemilik hewan tunggangan yang dia menguasainya dengan memegang ubun-ubunnya. (lihat: Al-Kaukabul Wahhaj Syarhu Shohih Muslim 25/105)
([21]) Maksudnya: Engkau lah yang menguasai segala sesuatu dan tidak ada satu pun yang meenguasai-Mu. (lihat: Al-Kaukabul Wahhaj Syarhu Shohih Muslim 25/105)
([22]) Maksudnya: terhalang dari pandangan-pandangan makhluk dan persangkaan mereka, sehingga tidak ada sat pandangan yang bisa meliputi Dzat Allah subhanahu wa ta’ala. (Lihat: Hasyiyatu As-Sindy ‘Alaa Sunani Ibni Majah 2/430)
([24]) Yaitu mencegah kami dari segala bentuk keburukan yang menggangu. (lihat: Lama’aat At-Tanqiih Fii Syarhi Misykaatul Mashoobiih 5/192)
([25]) Dan dikatakan juga maksudnya adalah betapa banyak orang yang diberi kenikmatan namun tidak mengetahui betapa banyak kenikmatan yang Allah subhanahu wa ta’ala berikan kepadanya. (lihat: At-Tanwir Syarhu Al-Jami’ Ash-Shoghir 8/353)
([27]) Yaitu yang tampak dan yang tidak tampak oleh hamba-hamba-Nya. Karena semuanya menurut Allah subhanahu wa ta’ala tidak ada yang tidak terlihat. (lihat: Mirqootul Mafaatiih Syarhu Misykaatul Mashoobiih 4/1658)
([28]) Karena jiwa asal tempat keluarnya keburukan. (lihat: Mirqootul Mafaatiih Syarhu Misykaatul Mashoobiih 4/1658)
([29]) Yaitu dari was-wasnya dan kesesatannya.
([30]) HR. Ahmad no. 51, dan Syu’aib Al-Arnauth mengatakan sanadnya shohih. Doa ini dibaca untuk dzikir pagi dan petang serta ketika hendak tidur. Karena Nabi shallallahu álaihi wasallam berkata kepada Abu Bakar radhiallahu ánhu tentang doa ini :
قُلْهُ إِذَا أَصْبَحْتَ، وَإِذَا أَمْسَيْتَ، وَإِذَا أَخَذْتَ مَضْجَعَكَ
“Ucapkanlah ketika engkau di pagi hari, di petang hari, dan ketika engkau hendak tidur” (HR At-Tirmidzi no 3392)