Tahlil
Makna tahlil
Makna tahlil adalah dari kata لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله yang artinya tidak ada yang berhak disembah (diibadahi) melainkan Allah semata. Maka tidak boleh berdoa kecuali hanya kepada Allah, tidak boleh menyembelih, tidak boleh bernadzar, dan tidak boleh sujud kecuali hanya kepada Allah, karena semua itu adalah ibadah, dan hanya Allah yang berhak untuk diibadahi.
Keutamaan tahlil
Kalimat tahlil adalah kalimat tauhid yang banyak keutamaannya
- Orang yang mengucapkannya mendapatkan pahala seperti membebaskan sepuluh orang budak.
- Orang yang mengucapkannya mendapatkan pahala berupa seratus kebaikan.
- Dijauhkan dari seratus keburukan.
- Mendapatkan perlindungan di hari itu hingga sore hari. ([1])
- Kalimat ini adalah kunci surga ([2])
- Kalimat yang jika diucapkan seseorang pada akhirnya maka ini bisa menjadi sebab dimasukkannya seseorang ke dalam surga ([3])
- Sebab diampuni dosa
- Sebab dikabulkannya doa
- Sebab diterima ibadah sholatnya ([4])
- Termasuk bentuk sedekah yang paling mudah dilakukan oleh seorang muslim. ([5])
- Bertahlil sepuluh kali seperti memerdekakan empat budak dari keturunan Isma’il. ([6])
- Pohon di surga adalah tasbih, tahmid, tahlil, dan takbir. ([7])
Waktu-Waktu Bertahlil:
- Ketika dzikir pagi dan petang. ([8])
- Ketika adzan
- Ketika berpapasan di hajar aswad (ketika thawaf)
- Ketika melempar jamaaraat (saat haji)
- Ketika di atas bukit shafa dan marwa saat saí ([9])
- Ketika kembali dari haji, umrah, atau perang ([10])
- Ketika dzikir setelah shalat([11])
- Ketika sakaratul maut
- Ketika masuk islam ([12])
- Ketika terbangun di tengah malam ([13])
Bacaan Tahlil
Pertama:
لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ
“laa ilaaha illaallah.” ([14])
Kedua:
لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، لَهُ المُلْكُ وَلَهُ الحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
laa ilaaha illallahu wahdahuu laa syariika lahuu, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ‘alaa kulli syai’in qodir.
________________________________________________________
Footnote:
([1]) Hal ini berdasarkan hadits Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ قَالَ: لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، لَهُ المُلْكُ وَلَهُ الحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، فِي يَوْمٍ مِائَةَ مَرَّةٍ، كَانَتْ لَهُ عَدْلَ عَشْرِ رِقَابٍ، وَكُتِبَتْ لَهُ مِائَةُ حَسَنَةٍ، وَمُحِيَتْ عَنْهُ مِائَةُ سَيِّئَةٍ، وَكَانَتْ لَهُ حِرْزًا مِنَ الشَّيْطَانِ يَوْمَهُ ذَلِكَ حَتَّى يُمْسِيَ، وَلَمْ يَأْتِ أَحَدٌ بِأَفْضَلَ مِمَّا جَاءَ بِهِ، إِلَّا أَحَدٌ عَمِلَ أَكْثَرَ مِنْ ذَلِكَ ”
“Barang siapa yang membaca laa ilaaha illallahu wahdahuu laa syariika lahuu, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ‘alaa kulli syai’in qodir (Tidak ada ilah (yang berhaq disembah) selain Allah Yang Maha Tunggal tidak ada sekutu bagi-Nya. Milik-Nya kerajaan dan bagi-Nya segala puji dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu) sebanyak seratus kali dalam sehari, maka baginya mendapatkan pahala seperti membebaskan sepuluh orang budak, ditetapkan baginya seratus hasanah (kebaikan) dan dijauhkan darinya seratus keburukan dan baginya ada perlindungan dari (godaan) setan pada hari itu hingga petang dan tidak ada orang yang lebih baik amalnya dari orang yang membaca doa ini kecuali seseorang yang dapat lebih banyak mengamalkan (membaca) dzikir ini”. HR. Bukhori no. 3293 dan Muslim no. 2691
([2]) Sebagaimana yang diriwayatkan dalam shohih Bukhori
وَقِيلَ لِوَهْبِ بْنِ مُنَبِّهٍ: أَلَيْسَ لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ مِفْتَاحُ الجَنَّةِ؟ قَالَ: «بَلَى، وَلَكِنْ لَيْسَ مِفْتَاحٌ إِلَّا لَهُ أَسْنَانٌ، فَإِنْ جِئْتَ بِمِفْتَاحٍ لَهُ أَسْنَانٌ فُتِحَ لَكَ، وَإِلَّا لَمْ يُفْتَحْ لَكَ»
“Wahb bin Munabbih ditanya: bukankan kalimat laa ilaaha illallaah adalah kunci surga? Beliau menjawab: betul, akan tetapi bukankah setiap kunci memiliki gerigi, jika engkau membawa kunci yang bergerigi maka akan dibukakan untukmu, jika tidak tidak akan dibuka untukmu.” Dan Musthofa Al-Bagho memberikan penjelasan tentang gerigi di sini adalah melaksanakan apa yang Allah subhanahu wa ta’ala perintahkan dan menjauhi apa yang dilarang. HR. Bukhori 2/71
([3]) Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Mu’adz, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ كَانَ آخِرُ كَلَامِهِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَجَبَتْ لَهُ الْجَنَّةُ
“barang siapa yang akhir ucapannya adalah “laa ilaaha illallaah” maka dia akan masuk surga.” HR. Ahmad no. 22034
([4]) Keutamaan nomor 3, 4, dan 5 ini berdasarkan hadits Ubadah bin Ash-Shomit, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda:
مَنْ تَعَارَّ مِنَ اللَّيْلِ، فَقَالَ: لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، لَهُ المُلْكُ وَلَهُ الحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، الحَمْدُ لِلَّهِ، وَسُبْحَانَ اللَّهِ، وَلاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَاللَّهُ أَكْبَرُ، وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ، ثُمَّ قَالَ: اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي، أَوْ دَعَا، اسْتُجِيبَ لَهُ، فَإِنْ تَوَضَّأَ وَصَلَّى قُبِلَتْ صَلاَتُهُ
“Barang siapa yang terbangun dari tidurnya pada malam hari, kemudian dia mengucapkan, ‘La ilaha illallah wahdahu la syarika lahu, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ‘ala kulli syay-in qadri, alhamdulillah wa subhanallah wa la ilaha illallah wallahu akbar, wa la hawla wa la quwwata illa billah‘ kemudian dia berkata ‘Ya Allah, ampunilah aku’ atau dia memanjatkan doa, maka akan dikabulkan. Kemudian jika dia berwudhu lalu shalat, maka shalatnya akan diterima (oleh Allah).” HR. Bukhori no. 1154
([5]) Berdasarkan riwayat Abu Dzar:
«يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلَامَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ، فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ، وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ، وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ، وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ، وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ، وَنَهْيٌ عَنِ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ، وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنَ الضُّحَى»
“Setiap pagi dari persendian masing-masing kalian ada sedekahnya, setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, dan setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir sedekah, setiap amar ma’ruf nahyi mungkar sedekah, dan semuanya itu tercukupi dengan dua rakaat dhuha.” HR. Muslim no. 720
([6]) Hal ini berdasarkan hadits ‘Amr bin Maimun,
مَنْ قَالَ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، عَشْرَ مِرَّارٍ، كَانَ كَمَنْ أَعْتَقَ أَرْبَعَ رِقَابٍ مِنْ وَلَدِ إِسْمَاعِيلَ ”
“barang siapa yang membaca LAA ILAAHA ILLALLAAHU WAHDAHU LAA SYARIKA LAH LAHUL MULKU WA LAHUL HAMDU WA HUWA ‘ALAA KULLI SYAI’IN QADIIR sebanyak sepuluh kali, maka sama seperti orang yang membebaskan empat orang budak dari keturunan Isma’il.” HR. Ahmad no. 23582. Dan dikatakan oleh Syu’aib Al-Arnauth hadits ini shohih
([7]) Hal ini berdasarkan hadits Abdullah bin Mas’ud, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَقِيتُ إِبْرَاهِيمَ لَيْلَةَ أُسْرِيَ بِي فَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ، أَقْرِئْ أُمَّتَكَ مِنِّي السَّلَامَ وَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ الجَنَّةَ طَيِّبَةُ التُّرْبَةِ عَذْبَةُ المَاءِ، وَأَنَّهَا قِيعَانٌ، وَأَنَّ غِرَاسَهَا سُبْحَانَ اللَّهِ وَالحَمْدُ لِلَّهِ وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ ”
“Aku bertemu dengan Ibrahim pada malam ketika aku diisra`kan, kemudian ia berkata; wahai Muhammad, sampaikan salam dariku kepada Umatmu, dan beritahukan kepada mereka bahwa Surga debunya harum, airnya segar, dan Surga tersebut adalah datar, tanamannya adalah kalimat; SUBHAANALLAAHI WAL HAMDU LILLAAHI WA LAA ILAAHA ILLAAHU WALLAAHU AKBAR (Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah, dan Allah Maha Besar). HR. At-Tirmidzi no. 3462, dan beliau berkata hadits ini hasan ghorib. Al-Albani juga mengatakan hadits ini hasan.
([8]) Hal ini berdasarkan hadits ‘Amr bin Syu’aib,
وَمَنْ قَالَ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ مِائَةَ مَرَّةٍ قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ غُرُوبِهَا، لَمْ يَجِئْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَحَدٌ بِعَمَلٍ أَفْضَلَ مِنْ عَمَلِهِ إِلَّا مَنْ قَالَ قَوْلَهُ أَوْ زَادَ
“dan barang siapa yang mengucapkan: laa ilaaha illallaahu wahdahuu laa syariika alah, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ‘alaa kulli syain qodiir seratus kali sebelum terbitnya matahari dan sebelum terbenamnya, maka tidak ada satu orang pun yang datang membawa amalan yang paling baik dari amalannya kecuali orang yang mengucapkan semisal ucapannya atau dia menambahnya.” HR. An-Nasai no. 10588 dalam kitabnya As-Sunan Al-Kubro. Dan Al-Albani mengatakan hadits ini hasan. (lihat: Shohih At-Targhib wa At-Tarhib no. 658)
([9]) Lihat lebih detail pada “dzikir haji dan umroh”
([10]) Hal ini berdasarkan hadits Ibnu Umar, beliau berkata
كَانَ إِذَا قَفَلَ مِنْ غَزْوٍ أَوْ حَجٍّ أَوْ عُمْرَةٍ، يُكَبِّرُ عَلَى كُلِّ شَرَفٍ مِنَ الأَرْضِ ثَلاَثَ تَكْبِيرَاتٍ، ثُمَّ يَقُولُ: «لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، لَهُ المُلْكُ وَلَهُ الحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، آيِبُونَ تَائِبُونَ عَابِدُونَ سَاجِدُونَ لِرَبِّنَا حَامِدُونَ، صَدَقَ اللَّهُ وَعْدَهُ، وَنَصَرَ عَبْدَهُ، وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ»
Adalah Nabi shallallahu álaihi wasallam jika pulang dari perang atau haji atau umroh maka beliau bertakbir setiap kali di tempat yang tinggi di bumi 3 kali takbir, lalu beliau berkata :
Laaa ilaaha illaallahu wahdahu laa syariika lahu, lahul mulku walahul hamdu wa huwa álaa kulli syaiín qodiir, Aaayibuun, taaibuun, saajiduun, lirobbinaa haamiduun, shodaqoallahu wa’dahu wa nashoro ábdahu wa hazamal ahzaaba wahdahu
(HR. Al-Bukhari no. 1797)
([11]) Dengan lafal-lafal tahlil berikut :
لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرُ، اَللَّهُمَّ لاَ مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ، وَلاَ مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ، وَلاَ يَنْفَعُ ذَا الْجَدِّ مِنْكَ الْجَدُّ
Laa ilaha illallah wahdahu laa syarika lah, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ‘ala kulli syai-in qodiir, Allahumma laa maani’a limaa a’thoyta wa laa mu’thiya limaa mana’ta wa laa yanfa’u dzal jaddi minkal jaddu.
لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرُ. لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ، لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ، وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ، لَهُ النِّعْمَةُ وَلَهُ الْفَضْلُ وَلَهُ الثَّنَاءُ الْحَسَنُ، لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ
Laa ilaha illallah wahdahu laa syarika lah. Lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ‘ala kulli syai-in qodiir.
Laa hawla wa laa quwwata illa billah. Laa ilaha illallah wa laa na’budu illa iyyaah. Lahun ni’mah wa lahul fadhlu wa lahuts tsanaaul hasan.
Laa ilaha illallah mukhlishiina lahud diin wa law karihal kaafiruun
(Silahkan lihat detailnya di “Dzikir setelah shalat fardu”)
([12]) Dijelaskan oleh imam An-Nawawi bahwa bagi orang yang ingin masuk Islam dan dia mampu untuk mengucapkan dua kalimat syahadat maka wajibnya untuk mengucapkannya