96. ءَاتُونِى زُبَرَ ٱلْحَدِيدِ ۖ حَتَّىٰٓ إِذَا سَاوَىٰ بَيْنَ ٱلصَّدَفَيْنِ قَالَ ٱنفُخُوا۟ ۖ حَتَّىٰٓ إِذَا جَعَلَهُۥ نَارًا قَالَ ءَاتُونِىٓ أُفْرِغْ عَلَيْهِ قِطْرًا
ātụnī zubaral-ḥadīd, ḥattā iżā sāwā bainaṣ-ṣadafaini qālanfukhụ, ḥattā iżā ja’alahụ nārang qāla ātụnī ufrig ‘alaihi qiṭrā
96. berilah aku potongan-potongan besi”. Hingga apabila besi itu telah sama rata dengan kedua (puncak) gunung itu, berkatalah Dzulkarnain: “Tiuplah (api itu)”. Hingga apabila besi itu sudah menjadi (merah seperti) api, diapun berkata: “Berilah aku tembaga (yang mendidih) agar aku kutuangkan ke atas besi panas itu”.
Tafsir :
Mendatangkan potongan besi untuk membuat benteng atau dinding yang bisa menutupi dua gunung besar tentu bukan perkara yang mudah, karena bahan yang dibutuhkan sangatlah banyak. Bahkan jika proyek seperti itu ada di zaman sekarang dengan kecanggihan teknologi yang ada, membuat seperti yang dilakukan oleh Dzulqarnain adalah sesuatu yang sangat sulit. Oleh karenanya sebagian ulama berpendapat dengan ayat ini bahwa lokasi daerah ini adalah di daerah Georgia, karena di daerah tersebut banyak tambang besi, tentunya ini adalah pernyataan orang-orang sekarang yang mereka-reka di mana daerah tersebut.
Intinya, lempengan besi tersebut didatangkan ke tempat pembuatan dinding tersebut, dan kita tentu tidak tahu berapa ribu ton besi yang dibutuhkan untuk bisa menutupi dua gunung tersebut. Setelah terkumpul, besi yang terkumpul tersebut kemudian dipanaskan dengan cara dibakar. Tentu menimbulkan pertanyaan di benak kita bahwa bagaimana cara membakar besi yang begitu banyak seperti itu? Bagaimana cara membakar besi dari bawah sampai ujung, semuanya panas namun besarnya sebesar dua gunung? Oleh karena itu kita katakan bahwa Dzulqarnain memiliki teknologi yang tidak kita ketahui seperti apa teknologi tersebut. Hal ini sebagaimana orang-orang terdahulu yang memiliki teknologi-teknologi sendiri. Lihatlah pembangunan spinx yang ada di Mesir, batu sebesar itu jika dibangun di zaman sekarang maka siapa yang bisa membuatnya? Batu yang besar kemudian disusun sedemikian rupa, tentu kita susah untuk memikirkan bagaimana caranya, akan tetapi kenyataannya orang-orang dahulu bisa membuatnya. Maka yang dilakukan oleh Dzulqarnain adalah teknologi sendiri yang mungkin menurut kita susah untuk dilakukan.
Besi-besi yang telah dibakar kemudian ditunggu hingga sangat panas, sampai-sampai besi tersebut mengeluarkan api sendiri. Setelah itu, yang diminta oleh Dzulqarnain adalah قِطْرًا, yang sebagian ulama menafsirkannya dengan cairan tembaga yang sudah lebur([1]) dan sangat panas untuk dituangkan di atas tumpukan besi-besi tersebut. Bagaimana cara menuangkannya? Lagi-lagi kita tidak bisa membayangkan bagaimana caranya, karena sudah pasti bahwa untuk mendekat saja ke besi yang dibakar tersebut sangat panas sekali dan membahayakan. Wallahu a’lam bishshawwab tentang bagaimana caranya, akan tetapi kita katakan bahwa inilah teknologi Dzulqarnain.
Sebagian orang mengatakan bahwasanya ilmu tentang bahan metal sudah ada sejak zaman dahulu, yaitu bahwasanya kalau besi dicampur dengan tembaga maka akan menjadi besi yang sangat kuat. Inilah yang dilakukan oleh Dzulqarnain, dia menggabungkan antara logam besi dengan logam tembaga atau lainnya dengan persentase komposisi tertentu, kemudian menimbulkan suatu logam yang baru karena mengalami reaksi atas panas yang tinggi, sehingga menjadi suatu logam yang sangat kuat dan tidak bisa ditembus oleh Ya’juj dan Ma’juj.
_______________
Footnote :