42. وَأُحِيطَ بِثَمَرِهِۦ فَأَصْبَحَ يُقَلِّبُ كَفَّيْهِ عَلَىٰ مَآ أَنفَقَ فِيهَا وَهِىَ خَاوِيَةٌ عَلَىٰ عُرُوشِهَا وَيَقُولُ يَٰلَيْتَنِى لَمْ أُشْرِكْ بِرَبِّىٓ أَحَدًا
wa uḥīṭa biṡamarihī fa aṣbaḥa yuqallibu kaffaihi ‘alā mā anfaqa fīhā wa hiya khāwiyatun ‘alā ‘urụsyihā wa yaqụlu yā laitanī lam usyrik birabbī aḥadā
42. Dan harta kekayaannya dibinasakan; lalu ia membulak-balikkan kedua tangannya (tanda menyesal) terhadap apa yang ia telah belanjakan untuk itu, sedang pohon anggur itu roboh bersama para-paranya dan dia berkata: “Aduhai kiranya dulu aku tidak mempersekutukan seorangpun dengan Tuhanku”.
Tafsir :
Akhirnya benar apa yang dikhawatirkan, tiba-tiba kebunnya dihancurkan. أُحِيطَ artinya diliputi seperti contohnya أَحَاطَ بِهِ الْعَدُوُّ yaitu musuh sudah meliputinya dan dia tidak bisa lari sama sekali. Allah subhanahu wa ta’ala menggunakan kata أُحِيطَ artinya azab yang turun di kebunnya benar-benar merata dan tidak ada satu jengkal pun dari kebunnya yang selamat dari azab Allah subhanahu wa ta’ala([1]). Semua kebunnya sirna (entah terkena halilintar atau yang lainnya), yang jelas semuanya hancur dan tidak ada sedikit pun yang tersisa. Tidak ada satu butir anggur pun yang tersisa, tidak ada satu butir korma pun yang tersisa, dan tidak ada setetes air pun yang tersisa. Seketika Allah subhanahu wa ta’ala turunkan azab. Orang tersebut telah banyak menghabiskan hartanya dan selama ini dia bangga kebunnya menjadi besar karena dia merasa ini hasil jerih payahnya sendiri. Kemudian dia menyesal dengan membolak-balikkan kedua tangannya atas apa yang telah dia kerjakan dan usahakan, tidak ada sedikit pun yang tersisa, ternyata semuanya sirna. Dalam keadaan menyesal itu dia berkata,
يَا لَيْتَنِي لَمْ أُشْرِكْ بِرَبِّي أَحَدًا
“Aduhai kiranya dulu aku tidak mempersekutukan seorang pun dengan Tuhanku”
Ini adalah dalil bahwasanya di antara sebab dia diazab adalah karena perbuatan kesyirikan, dan di antaranya juga karena dia sombong dan dia menzalimi kawannya. Kesombongan dan keangkuhannya itulah yang akhirnya menjadikan seluruh kekayaannya dihancurkan. Maka hilanglah kebunnya, emas dan peraknya, kekayaannya, dan yang lainnya dalam sekejap atas kehendak Allah subhanahu wa ta’ala.
Sebagian ulama mengatakan bahwasanya akhirnya orang ini bertaubat dan kembali beriman karena dia ingat akan nasihat temannya dan dia sadar bahwasanya apa yang dia lakukan berupa kesyirikan yang disertai dengan kesombongan dan keangkuhan menyebabkan apa yang dia usahakan selama ini menjadi sia-sia.([2])
_______________
Footnote :