22. ۞ وَمَن يُسْلِمْ وَجْهَهُۥٓ إِلَى ٱللَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَقَدِ ٱسْتَمْسَكَ بِٱلْعُرْوَةِ ٱلْوُثْقَىٰ ۗ وَإِلَى ٱللَّهِ عَٰقِبَةُ ٱلْأُمُورِ
wa may yuslim waj-hahū ilallāhi wa huwa muḥsinun fa qadistamsaka bil-‘urwatil-wuṡqā, wa ilallāhi ‘āqibatul-umụr
22. Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh. Dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan.
Tafsir :
Ayat ini menjelaskan tentang contoh orang yang rela meninggalkan tradisi nenek moyangnya. Tidak dipungkiri bahwa menyelisihi tradisi mereka adalah sesuatu yang berat namun orang yang menyerahkan urusannya kepada Allah ﷻ maka dia telah berbuat ihsan. Firman Allah ﷻ , وَمَنْ يُّسْلِمْ وَجْهَه “Dan barang siapa berserah diri kepada Allah” , الإِسْلاَمُ pada ayat tersebut ditafsirkan dengan ikhlas dan tawakal([1]). Adapun makna وَهُوَ مُحْسِنٌ “sedang dia orang yang berbuat ihsan (kebaikan)” adalah ihsan kepada Allah ﷻ dan ihsan kepada manusia. Ihsan kepada Allah ﷻ sebagaimana yang disebutkan dalam hadits Jibril u,
قَالَ فَأَخْبِرْنِى عَنِ الإِحْسَانِ؟ قَالَ: “أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ”
“Wahai Rasulullah, apakah ihsan itu? ‘ Beliau menjawab, ‘Kamu menyembah Allah seakan-akan kamu melihat-Nya, maka jika kamu tidak melihat-Nya maka sesungguhnya Dia melihatmu.”([2])
Seseorang yang mencapai derajat ihsan mudah baginya untuk tidak peduli dengan komentar manusia karena dia beribadah murni karena Allah ﷻ. Sama halnya ketika dia berbuat ihsan kepada manusia dia berbuat tanpa mengharap pujian manusia, karena dia tahu bahwa Allah sedang melihatnya ketika ia membantu orang lain. Maka hendaknya seseorang berbuat ihsan pada keduanya, yaitu ihsan ketika beribadah dan ihsan ketika membantu orang lain.
Orang-orang yang sifatnya demikian maka sungguh dia فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقٰىۗ “telah berpegang teguh kepada buhul (tali) yang kokoh” yaitu kalimat tauhid لَا إِلَهَ إِلاَّ الله
وَاِلَى اللّٰهِ عَاقِبَةُ الْاُمُوْرِ
Hanya kepada Allah kesudahan segala urusan
Dan pada akhirnya kesudahan segala urusan akan kembali kepada Allah ﷻ , baik orang yang berpegang teguh dengan tradisi atau orang yang meninggalkan tradisi karena Allah ﷻ semuanya akan dikembalikan kepada Allah ﷻ.
_______________
Footnote :