23. وَمَن كَفَرَ فَلَا يَحْزُنكَ كُفْرُهُۥٓ ۚ إِلَيْنَا مَرْجِعُهُمْ فَنُنَبِّئُهُم بِمَا عَمِلُوٓا۟ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌۢ بِذَاتِ ٱلصُّدُورِ
wa mang kafara fa lā yaḥzungka kufruh, ilainā marji’uhum fa nunabbi`uhum bimā ‘amilụ, innallāha ‘alīmum biżātiṣ-ṣudụr
23. Dan barangsiapa kafir maka kekafirannya itu janganlah menyedihkanmu. Hanya kepada Kami-lah mereka kembali, lalu Kami beritakan kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala isi hati.
Tafsir :
Khitab (arah pembicaraan) dalam ayat ini ditujukan kepada Nabi r . Beliau telah mendakwahi kaumnya dari kalangan orang-orang Quraisy dan kerabat-kerabat beliau namun tidak semua dari mereka mendapatkan hidayah dari Allah ﷻ. Akan tetapi Allah ﷻ menegur beliau agar kekufuran mereka tidak menjadikan beliau sedih, karena Allah lebih tahu mereka berhak mendapatkan hidayah atau tidak. Tugas beliau hanya menyampaikan dakwah dan pahala beliau sudah diraih maka jangan bersedih dengan kekufuran mereka. Dari sini dapat diambil pelajaran bahwa terkadang kita mendakwahi keluarga kita, kerabat dekat kita namun tidak semua dari mereka mendapatkan hidayah atau masih dalam kekufuran misalnya, mungkin kita sedih namun yang diingat bahwa kita sudah berusaha dan Allah lebih tahu mana di antara para hamba-Nya yang bertakwa kepada-Nya dan berhak mendapatkan hidayah. Sebagaimana dalam firman-Nya,
إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَن يَشَاءُ ۚ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
“Sesungguhnya engkau (Muhammad) tidak akan dapat memberi hidayah (petunjuk) kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi hidayah kepada orang yang Dia kehendaki, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk”. (QS. Al-Qashash:56)
Kesimpulannya pada ayat ini Nabi ﷺ dilarang bersedih karena dua hal :
- Beliau sudah mendapatkan pahala dari sisi Allah ﷻ
- Allah ﷻ lebih tahu mana di antara para hamba-Nya yang berhak mendapatkan petunjuk
Ayat ini juga sebagai hiburan untuk para dai, karena yang terpenting bagi mereka adalah mereka tetap tulus, ikhlas, menyampaikan dengan sebaik-baiknya dan sejelas-jelasnya adapun setelahnya maka itu adalah urusan Allah ﷻ, karena mereka semua pada akhirnya akan dikembalikan kepada Allah ﷻ. Begitu juga seluruh amalan mereka ketika di dunia akan diungkap oleh Allah ﷻ karena Allah maha mengetahui segala yang ada pada isi hati hamba-hamba-Nya secara detail. Allah ﷻ berfirman,
وَاَسِرُّوْا قَوْلَكُمْ اَوِ اجْهَرُوْا بِه اِنَّه عَلِيْمٌ ۢبِذَاتِ الصُّدُوْرِ
“Dan rahasiakanlah perkataanmu atau nyatakanlah. Sungguh, Dia Maha Mengetahui segala isi hati” (QS. Al-Mulk:13)