17. يَٰبُنَىَّ أَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ وَأْمُرْ بِٱلْمَعْرُوفِ وَٱنْهَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ وَٱصْبِرْ عَلَىٰ مَآ أَصَابَكَ ۖ إِنَّ ذَٰلِكَ مِنْ عَزْمِ ٱلْأُمُورِ
yā bunayya aqimiṣ-ṣalāta wa`mur bil-ma’rụfi wan-ha ‘anil-mungkari waṣbir ‘alā mā aṣābak, inna żālika min ‘azmil-umụr
17. Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).
Tafsir :
Orang yang beramar ma’ruf nahi mungkar biasanya mendapatkan ganggguan dari masyarakat([1]). Karena orang yang melakukan nahi munkar dia telah menghalangi orang lain dari kelezatan syahwatnya. Orang yang sedang melakukan kemungkaran sesungguhnya dia sedang merasakan kelezatan. Orang yang sedang mabuk sedang merasakan kelezatan dengan mabuknya. Orang yang sedang berzina sedang merasakan kelezatan dengan zinanya. Orang yang memakan riba sedang merasakan kelezatan dengan keuntungan ribanya. Orang yang sedang joget sedang merasakan kelezatan dengan mendengarkan musiknya. Orang yang sedang melihat hal yang haram sedang merasakan kelezatan dengan pandangan yang haram. Kemudian datang seseorang yang mengatakan bahwa hal-hal di atas tidak boleh, maka dia telah mengusik orang yang sedang tenggelam dalam kelezatan. Tidak semua orang bisa menerima usikan tersebut, akhirnya mereka berusaha membalas dengan keburukan. Oleh karenanya orang yang melakukan amar makruf dan nahi munkar rentan untuk di ganggu. Dari situ Luqman Al-Hakim ketika memerintahkan putranya untuk amar makruf dan nahi munkar kemudian dia mengatakan,
وَاصْبِرْ عَلَىٰ مَا أَصَابَكَ
dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu.
Yaitu kesabaran dalam hal diganggu setelah nahi munkar. Namun tidaklah melazimkan bahwa seorang yang bernahi munkar selalu diganggu. Karenanya perintah sabar disini mencakup kesabaran dalam berdakwah dan juga kesabaran dalam menghadapi musibah([2]). Kemudian Luqman Al-Hakim berkata,
إِنَّ ذَٰلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ
“Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang penting dan ditekankan (oleh Allah).”
Kebanyakan Ahli Tafsir mengatakan إِنَّ ذَٰلِكَ “Sesungguhnya yang demikian itu” kembali kepada shalat, amar makruf, nahi munkar, dan bersabar. Yang semua itu adalah perkara-perkara yang penting oleh karenanya disebutkan secara khusus oleh Luqman Al-Hakim.
Ada juga yang mengatakan إِنَّ ذَٰلِكَ “Sesungguhnya yang demikian itu” kembali kepada kesabaran. Kesabaran itu adalah perkara yang penting yang sangat ditekankan. Sabar termasuk akhlak yang mulia. Oleh karenanya tidak ada seseorang yang diberikan anugerah yang lebih luas dan lebih banyak dari kesabaran. Jika seseorang bisa bersabar maka dia telah diberi anugerah yang luar biasa yang merupakan perkara yang penting yang sangat ditekankan dalam syariat. Oleh karenanya seseorang jangan menyepelekan akhlak sabar karena sabar adalah sesuatu yang penting.([3])
______________
Footnote :
([1]) Lihat: Tafsir Al-Qurthubi 14/68