18. وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِى ٱلْأَرْضِ مَرَحًا ۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ
wa lā tuṣa”ir khaddaka lin-nāsi wa lā tamsyi fil-arḍi maraḥā, innallāha lā yuḥibbu kulla mukhtālin fakhụr
18. Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.
Tafsir :
Disebutkan الصّعْرُ adalah penyakit yang menimpa unta maka unta tersebut akan memiringkan kepalanya lalu ini dikinayahkan kepada manusia yang sombong([1]). Kesombongan sebenarnya adalah penyakit hati, akan tetapi dia memiliki penampakannya. Bisa tampak dari ucapan, dari tulisan, dari cara bertemu, senyuman, cara gaya, cara berjalan, cara berpakaian, dari cara berkendaraan, dan lainnya. Sombong asalnya adalah penyakit hati yaitu penyakit yang sangat buruk dan merupakan dosa besar, Rasulullah bersabda,
«لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ»
“Tidak akan masuk surga orang yang dalam hatinya ada kesombongan seberat dzarroh”. ([2])
Di antara bentuk kesombongan yang terekspresikan adalah memalingkan wajah ketika bertemu orang. Mengapa bisa demikian? Karena dia memandang remeh orang lain. Jika dia berbicara dia tidak memandang orang lain, jika bersalaman dia tidak melihat wajahnya, dan lainnya. Nabi r bersabda,
«بِحَسْبِ امْرِئٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ، كُلُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ حَرَامٌ، دَمُهُ، وَمَالُهُ، وَعِرْضُهُ»
“Cukuplah seseorang telah dianggap berbuat jahat apabila ia menghina saudaranya sesama muslim. Muslim yang satu dengan yang Iainnya haram darahnya. hartanya, dan kehormatannya.” ([3])
Sebagian ulama menafsirkan ayat ini bahwa termasuk bentuk kesombongan jika orang lain baru berbicara dia langsung memotong ucapannya sebelum orang tersebut menyelesaikannya([4]). Biasanya memotongnya dengan mengatakan “omongan tersebut tidak ada nilainya”, atau “saya sudah tahu”, atau “saya tidak mau dengar”. Ini semua bentuk seseorang tidak memiliki adab dan orang yang memotong pembicaraan seperti ini sama dengan orang yang memalingkan wajah. Inilah di antara bentuk kesombongan yang tampak dalam aplikasi gerakan tubuh.
Kemudian firman-Nya,
وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ
“dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.”
تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا “kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh” ini merupakan bentuk kesombongan yang lain yaitu berjalan di atas muka bumi dengan cara congkak.
مُخْتَالٍ dan فَخُورٍ keduanya artinya sombong. Akan tetapi sebagian ulama seperti Syaikh As-Sa’di membedakan keduanya. مُخْتَالٍ berkaitan dengan kesombongan dalam penampilan, cara jalan, cara berpakaian, dan lain-lainnya. Adapun فَخُورٍ yaitu kesombongan dalam perkataan. تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا “kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh” kesombongan dalam bentuk mengungkit-ungkit kenikmatan yang dia miliki dengan melupakan sang pemberi nikmat yaitu Allah r. Karena hal itu bisa menimbulkan rasa ujub pada diri([5]). Allah melarang semua bentuk kesombongan ini.
________________
Footnote :
([1]) Lihat: Tafsir Al-Qurthubi 14/69
([4]) Lihat: At-Tahrir Wa At-Tanwir: 21/166