10. خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ بِغَيْرِ عَمَدٍ تَرَوْنَهَا ۖ وَأَلْقَىٰ فِى ٱلْأَرْضِ رَوَٰسِىَ أَن تَمِيدَ بِكُمْ وَبَثَّ فِيهَا مِن كُلِّ دَآبَّةٍ ۚ وَأَنزَلْنَا مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءً فَأَنۢبَتْنَا فِيهَا مِن كُلِّ زَوْجٍ كَرِيمٍ
khalaqas-samāwāti bigairi ‘amadin taraunahā wa alqā fil-arḍi rawāsiya an tamīda bikum wa baṡṡa fīhā ming kulli dābbah, wa anzalnā minas-samā`i mā`an fa ambatnā fīhā ming kulli zaujing karīm
10. Dia menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya dan Dia meletakkan gunung-gunung (di permukaan) bumi supaya bumi itu tidak menggoyangkan kamu; dan memperkembang biakkan padanya segala macam jenis binatang. Dan Kami turunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan padanya segala macam tumbuh-tumbuhan yang baik.
Tafsir :
Para ulama berbeda pendapat mengenai tafsir بِغَيْرِ عَمَدٍ yang artinya “tanpa tiang” apa yang dimaksud dengan “tanpa tiang”?
Pendapat pertama, mengatakan bahwa tiang tersebut ada namun tidak terlihat. Jika ditinjau dari sisi i’rab (status kata) maka تَرَوْنَهَا adalah shifat dan عَمَدٍ adalah maushuf dan dhamir هاء kembali kepada عَمَدٍ sehingga makna ayat tersebut adalah, “Dia menciptakan langit tanpa tiang yang bisa kalian lihat”
Pendapat kedua, mengatakan bahwa tiang-tiang tersebut benar-benar tidak ada. Jika ditinjau dari sisi i’rab (status kata) maka تَرَوْنَهَا adalah Haal dan dhamir هاء kembali ke السَّمٰوٰتِ dan السَّمٰوٰتِ di situ sebagai shahibatul Haal. Sehingga makna ayat tersebut adalah, “Dia menciptakan langit tanpa tiang sebagaimana kamu melihatnya”.
Pendapat yang kedua adalah pendapat yang lebih kuat. Pendapat ini juga merupakan pendapat Jumhur ulama. Pendapat ini dikuatkan oleh Ibnu Katsir, Ibnu ‘Athiyah dan As-Sa’di.([1]) Pendapat ini sejalan dengan firman Allah ﷻ ,
وَيُمْسِكُ السَّمَاۤءَ اَنْ تَقَعَ عَلَى الْاَرْضِ اِلَّا بِاِذْنِه
“Dan Dia menahan langit agar tidak jatuh ke bumi, melainkan dengan izin-Nya” (QS. Al-Hajj:65)
Di antara ayat-ayat Allah ﷻ yang sering Allah sebutkan di dalam Al-Quran adalah langit. Allah menjelaskan bagaimana langit itu megah, berlapis-lapis dan tegak di atas bumi tanpa ada tiang sama sekali dan tanpa ada celah kerusakan sama sekali. Allah ﷻ berfirman,
الَّذِيْ خَلَقَ سَبْعَ سَمٰوٰتٍ طِبَاقًاۗ مَا تَرٰى فِيْ خَلْقِ الرَّحْمٰنِ مِنْ تَفٰوُتٍۗ فَارْجِعِ الْبَصَرَۙ هَلْ تَرٰى مِنْ فُطُوْرٍ
“Yang menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Tidak akan kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pengasih. Maka lihatlah sekali lagi, adakah kamu lihat sesuatu yang cacat?” (QS. Al-Mulk:3)
Faedah yang dapat kita ambil dari penjelasan ini bahwa bumi ini sangat kecil dan langit jauh lebih besar dari pada bumi. Langit berada di atas bumi dan langit tidak butuh tiang dari bumi. Hal ini sebagai bantahan kepada Ahli bid’ah yang menolak bahwa Allah berada di atas. Logika mereka mengatakan bahwa kalau Allah di atas maka Allah lebih kecil dari pada Arsy, dan Allah butuh kepada Arsy, kalau Arsy jatuh Allah juga jatuh.
Tentu saja Ini adalah logika yang salah berdasarkan logika bumi dan langit yang sudah di jelaskan. Jika antara benda-benda dunia saja, yang di atas tidak harus lebih kecil dan tidak harus butuh kepada yang di bawah maka bagaimana dengan Khaliq dan para makhluk-Nya? Allah ﷻ berfirman,
وَمَا قَدَرُوا اللّٰهَ حَقَّ قَدْرِه وَالْاَرْضُ جَمِيْعًا قَبْضَتُه يَوْمَ الْقِيٰمَةِ وَالسَّمٰوٰتُ مَطْوِيّٰتٌۢ بِيَمِيْنِه سُبْحٰنَه وَتَعٰلٰى عَمَّا يُشْرِكُوْنَ
“Dan mereka tidak mengagungkan Allah sebagaimana mestinya padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari Kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Mahasuci Dia dan Mahatinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan.” (Az-Zumar:75)
Logika mereka adalah logika yang tidak berdasar yang berakibat kepada penolakan ayat-ayat Allah ﷻ . Semua itu adalah kesalahan dalam berpikir, maka jangan sampai akal kita sehingga kita menolak ayat-ayat Allah ﷻ, menakwilkan maknanya, dan menuduh bahwa yang berkeyakinan Allah ﷻ di atas adalah sesat.
Adapun firman Allah ﷻ ,
واَلْقٰى فِى الْاَرْضِ رَوَاسِيَ اَنْ تَمِيْدَ بِكُمْ
“Dan Dia meletakkan gunung-gunung (di permukaan) bumi agar ia (bumi) tidak menggoyangkan kamu”
Pada ayat ini Allah ﷻ menjelaskan fungsi gunung. Hal ini semakin memperkuat bahwa Al-Quran merupakan mukjizat. Para pakar dan ilmuwan mereka menjelaskan bahwa dibalik gunung yang menjulang tinggi ternyata ia memiliki akar yang menjulang ke bawah jauh lebih dalam jika dibandingkan dengan ketinggian gunung tersebut seperti paku yang menancap. Hal ini telah dijelaskan oleh Al-Quran jauh sebelum para ilmuwan menemukannya. Allah ﷻ berfirman,
وَّالْجِبَالَ اَوْتَادًاۖ
“Dan gunung-gunung sebagai pasak?” (QS. An-Naba’ 7)
Fungsi gunung yang lainnya bahwasanya ia berfungsi sebagai pencegah terjadinya guncangan pada bumi. Sebagaimana dijelaskan oleh para ilmuwan bahwa gunung terbentuk dari pertemuan lempengan-lempengan bumi yang bergerak, salah satu lempengan ada yang menjulang ke atas jadilah gunung dan lempengan yang lainnya yang lebih kuat menjulang ke arah bawah maka terbentuklah akar gunung yang berfungsi mengikat pergerakan lempengan sehingga mencegah terjadinya guncangan di atas permukaan bumi.
Firman Allah ﷻ ,
وَبَثَّ فِيْهَا مِنْ كُلِّ دَاۤبَّةٍۗ وَاَنْزَلْنَا مِنَ السَّمَاۤءِ مَاۤءً فَاَنْۢبَتْنَا فِيْهَا مِنْ كُلِّ زَوْجٍ كَرِيْمٍ
“Dan memperkembangbiakkan segala macam jenis makhluk bergerak yang bernyawa di bumi. Dan Kami turunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan padanya segala macam tumbuh-tumbuhan yang baik.”
Para ulama berpendapat bahwa كَرِيْمٍ yaitu “yang baik” maksudnya adalah proses penciptaan tetumbuhan tersebut sangat indah dan mengagumkan, ada pula yang berpendapat bahwa maksudnya adalah bentuk tumbuhan tersebut sangat indah. Keduanya merupakan tafsiran yang benar, Wallahu a’lam.
________________
Footnote :
([1]) Lihat: Tafsir Ibnu Katsir 4/ 368; Tafsir Ibnu ‘Athiyyah 3/291; Tafsir As-Sa’di hal. 547