12. وَلَوْ تَرَىٰٓ إِذِ ٱلْمُجْرِمُونَ نَاكِسُوا۟ رُءُوسِهِمْ عِندَ رَبِّهِمْ رَبَّنَآ أَبْصَرْنَا وَسَمِعْنَا فَٱرْجِعْنَا نَعْمَلْ صَٰلِحًا إِنَّا مُوقِنُونَ
walau tarā iżil-mujrimụna nākisụ ru`ụsihim ‘inda rabbihim, rabbanā abṣarnā wa sami’nā farji’nā na’mal ṣāliḥan innā mụqinụn
12. Dan, jika sekiranya kamu melihat mereka ketika orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Tuhannya, (mereka berkata): “Ya Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami (ke dunia), kami akan mengerjakan amal saleh, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang yakin”.
Tafsir :
Pada ayat ini Allah ﷻ menjelaskan kepada Nabi ﷺ tentang bagaimana kondisi para pendosa ketika hari kebangkitan kelak.
Firman Allah ﷻ,
وَلَوْ تَرَىٰ إِذِ الْمُجْرِمُونَ نَاكِسُو رُءُوسِهِمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ
“Dan, jika sekiranya kamu melihat mereka ketika orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Tuhannya.”
Yang dimaksud الْمُجْرِمُونَ pada ayat ini adalah orang-orang yang mengingkari hari kebangkitan, tidak mau beriman dengan hari pertemuan dengan Allah ﷻ.([1]) Bagaimana pun ingkar mereka kepada hari kebangkitan, sudah menjadi suatu ketetapan bahwa mereka akan mati kemudian bertemu dengan Allah ﷻ. Bagaimanakah kondisi mereka kelak ketika bertemu dengan Allah ﷻ?
Pada ayat ini Allah ﷻ jelaskan bahwasanya mereka akan bertemu dengan Allah ﷻ dalam kondisi نَاكِسُو رُءُوسِهِمْ yaitu menundukkan kepala mereka. Para ulama menjelaskan maksudnya adalah mereka menundukkan kepala mereka di hadapan Allah ﷻ karena sedih, menyesal, gelisah dan malu kepada Allah ﷻ.([2]) Kondisi ini berbeda dengan kondisi mereka saat di dunia, yang mana mereka mengangkat kepala, sombong dan angkuh terhadap Allah ﷻ dengan mengingkari hari kebangkitan.
Firman Allah ﷻ,
رَبَّنَا أَبْصَرْنَا وَسَمِعْنَا فَارْجِعْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا إِنَّا مُوقِنُونَ
“Ya Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami (ke dunia), kami akan mengerjakan amal saleh, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang yakin.”
Pertemuan mereka dengan Allah ﷻ pun membuat mereka sadar dan menyesal bahwa apa yang mereka lakukan saat di dunia adalah suatu kesalahan. Mereka katakan kepada Allah ﷻ, “dahulu kami tidak menggunakan pendengaran dan penglihatan kami untuk melihat ayat-ayat Allah ﷻ, maka saat ini semua itu telah nyata di hadapan kami, kami lihat dan kami dengar”. Mereka pun kemudian meminta kepada Allah ﷻ untuk dikembalikan ke dunia agar bisa melakukan amal saleh, dan mereka katakan bahwa mereka adalah مُوقِنُونَ (orang-orang yang yakin). Para ulama ketika menafsirkan makna مُوقِنُونَ, maka mereka membawakan kepada dua makna. Makna pertama adalah “kami sekarang sedang yakin”, dan makna kedua adalah “jika kembali ke dunia kami akan beriman”.([3])
Itulah janji mereka, mereka sangat berharap agar Allah ﷻ mengembalikan mereka ke dunia, dan mereka akan beriman kepada Allah ﷻ karena telah sadar. Tapi ternyata Allah ﷻ tidak mengabulkan permintaan tersebut, sebab Allah ﷻ tahu bahwa mereka adalah pendusta. Allah ﷻ berfirman,
وَلَوْ رُدُّوا لَعَادُوا لِمَا نُهُوا عَنْهُ وَإِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ
“Sekiranya mereka dikembalikan ke dunia, niscaya mereka kembali kepada apa yang mereka telah dilarang mengerjakannya. Dan sesungguhnya mereka itu adalah pendusta belaka.” (QS. Al-An’am: 28)
__________________
Footnote :
([1]) Lihat Tafsir Al-Qurthubi 14/95