27. ۞ قَالَ قَرِينُهُۥ رَبَّنَا مَآ أَطْغَيْتُهُۥ وَلَٰكِن كَانَ فِى ضَلَٰلٍۭ بَعِيدٍ
qāla qarīnuhụ rabbanā mā aṭgaituhụ wa lāking kāna fī ḍalālim ba’īd
27. Yang menyertai dia berkata (pula): “Ya Tuhan kami, aku tidak menyesatkannya tetapi dialah yang berada dalam kesesatan yang jauh”.
Tafsir :
Setelah orang-orang kafir hendak dilemparkan ke dalam neraka, kemudian terjadi perdebatan di hadapan Allah Subhanahu wa ta’ala.
Firman Allah Subhanahu wa ta’ala,
قَالَ قَرِينُهُ رَبَّنَا مَا أَطْغَيْتُهُ وَلَكِنْ كَانَ فِي ضَلَالٍ بَعِيدٍ
“(Syaithan) yang menyertainya berkata (pula), ‘Ya Tuhan kami, aku tidak menyesatkannya, tetapi dia sendiri yang berada dalam kesesatan yang jauh’.”
Pada ayat ini, syaithan berkata demikian sebagai bantahan terhadap orang-orang kafir yang menyampaikan hujjah di hadapan Allah Subhanahu wa ta’ala bahwa mereka hanya mengikuti syaithan hingga akhirnya mereka disesatkan. Allah Subhanahu wa ta’ala tidak menyebutkan hujjah mereka tersebut, akan tetapi dari perkataan syaithan pada ayat ini memberikan kita pemahaman bahwa orang-orang kafir sedang menyampaikan hujjahnya sebelum dilemparkan ke dalam neraka([1]). Dan Allah Subhanahu wa ta’ala juga menyebutkan bahwa syaithan kelak akan berkhutbah dalam suatu mimbar,
وَقَالَ الشَّيْطَانُ لَمَّا قُضِيَ الْأَمْرُ إِنَّ اللَّهَ وَعَدَكُمْ وَعْدَ الْحَقِّ وَوَعَدْتُكُمْ فَأَخْلَفْتُكُمْ وَمَا كَانَ لِيَ عَلَيْكُمْ مِنْ سُلْطَانٍ إِلَّا أَنْ دَعَوْتُكُمْ فَاسْتَجَبْتُمْ لِي فَلَا تَلُومُونِي وَلُومُوا أَنْفُسَكُمْ مَا أَنَا بِمُصْرِخِكُمْ وَمَا أَنْتُمْ بِمُصْرِخِيَّ إِنِّي كَفَرْتُ بِمَا أَشْرَكْتُمُونِ مِنْ قَبْلُ إِنَّ الظَّالِمِينَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
“Dan Syaithan berkata ketika perkara (hisab) telah diselesaikan, “Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan aku pun telah menjanjikan kepadamu tetapi aku menyalahinya. Tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan (sekadar) aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kamu mencerca aku, tetapi cercalah dirimu sendiri. Aku tidak dapat menolongmu, dan kamu pun tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatanmu mempersekutukan aku (dengan Allah) sejak dahulu.” Sungguh, orang yang zalim akan mendapat siksaan yang pedih.” (QS. Ibrahim : 22)
Siapakah yang menang dalam perdebatan di hadapan Allah Subhanahu wa ta’ala ini? Ternyata Allah Subhanahu wa ta’ala tidak peduli dengan siapa yang harus diterima hujjahnya. Oleh karenanya Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,
قَالَ لَا تَخْتَصِمُوا لَدَيَّ وَقَدْ قَدَّمْتُ إِلَيْكُمْ بِالْوَعِيدِ، مَا يُبَدَّلُ الْقَوْلُ لَدَيَّ وَمَا أَنَا بِظَلَّامٍ لِلْعَبِيدِ
“Allah berfirman, ‘Janganlah kamu bertengkar di hadapan-Ku, dan sungguh, dahulu Aku telah memberikan ancaman kepada kalian. Keputusan-Ku tidak dapat diubah dan Aku tidak menzalimi hamba-hamba-Ku’.”
___________________
Footnote :