47. وَٱلسَّمَآءَ بَنَيْنَٰهَا بِأَيْي۟دٍ وَإِنَّا لَمُوسِعُونَ
was-samā`a banaināhā bi`aidiw wa innā lamụsi’ụn
47. Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa.
Tafsir :
Langit merupakan makhluk terbesar yang bisa dilihat oleh manusia. Pada ayat ini Allah mensifati langit yang sangat luas sebagaimana firman Allah,
وَإِنَّا لَمُوسِعُونَ
“Dan langit Kami bangun dengan kekuasaan (Kami), dan Kami benar-benar meluaskannya.”
Tidak hanya itu, didalamnya penuh berisi dengan benda-benda langit.
وَلَقَدْ زَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ
“Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat (langit dunia) dengan bintang-bintang.” (QS. Al-Mulk: 5)
Sebagian ulama mengatakan bahwa langit yang terdapat bintang-bintang, planet, matahari dan bulan yang dilihat oleh manusia adalah langit pertama (langit dunia). Maka, bagaimana dengan langit kedua, ketiga hingga langit ketujuh. Pada langit pertama ini manusia tidak mengetahui letak dari ujung dan pangkalnya, ini menunjukkan bahwa langit sangat luas. Dan yang menciptakannya adalah Allah.
وَالسَّمَاءَ بَنَيْنَاهَا بِأَيْدٍ
“Dan langit Kami bangun dengan kekuasaan (Kami).”
Allah Maha Kuat dan Maha Kuasa dalam membangun langit, dimana langit tersebut sudah berumur beribu-ribu hingga berjuta-juta tahun, namun kokoh dengan tidak ada celahnya sama sekali. Disamping itu, dia membawa benda-benda langit yang sangat besar dan berat, namun tidak ditemukan retak ataupun celah sedikitpun. Bahkan, tegak dengan kokoh dan kuat tanpa tiang yang menyangganya. ([1])
اللَّهُ الَّذِي رَفَعَ السَّمَوَاتِ بِغَيْرِ عَمَدٍ تَرَوْنَهَا
“Allah yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat.” (QS. Ar-Ra’d: 2)
Siapakah makhluk yang bisa menciptakan seperti itu? Tidak ada satupun yang bisa membuat ciptaan sedemikian rupa yang begitu luas, kokoh, kuat dan menjadi atap bagi semesta alam.([2])
وَإِنَّا لَمُوسِعُونَ
“Dan langit Kami bangun dengan kekuasaan (Kami), dan Kami benar-benar meluaskannya.”
Di dalam bahasa arab kata مُوسِعُونَ adalah isim fa’il yang memiliki makna sedang continue. Seperti jika seseorang ketika ditanya إِلَى أَيْنَ أَنْتَ ذَاهِبٌ؟ (kemana kau hendak pergi?). Kemudian dijawab أَنَا ذَاهِبٌ إِلَى السُّوقِ (Aku sedang berjalan menuju ke pasar). Artinya adalah sedang berjalan menuju pasar, namun belum sampai kepada tempat tujuannya. Maka pada ayat ini bisa diartikan bahwa Allah meluaskan langit dengan seluas-luasnya.([3])
Dan ada juga sebagian ulama yang mengatakan bahwa langit terus diperluas oleh Allah. Wallahu a’lamu bis shawab. Sebagian peneliti dan astronomi mengatakan bahwasanya alam semesta terus berkembang dan semakin meluas. Karena ada salah satu dari mereka yang melihat bahwa letak suatu bintang mulai berubah semakin jauh daripada letak sebelumnya. Jika hal itu benar, maka tidak bertentangan dengan ayat ini([4]). Karena Allah berfirman,
وَإِنَّا لَمُوسِعُونَ
“Dan langit Kami bangun dengan kekuasaan (Kami), dan Kami benar-benar meluaskannya.”
Artinya kami terus meluaskannya. Wallahu a’lamu bis shawab.
____________________
Footnote :
([1]) Lihat: Tafsir Ibnu Katsir 7/424.
([2]) Lihat: At-Tahrir wa At-Tanwir Li Ibnu ‘Asyur 27/16.