46. وَقَوْمَ نُوحٍ مِّن قَبْلُ ۖ إِنَّهُمْ كَانُوا۟ قَوْمًا فَٰسِقِينَ
wa qauma nụḥim ming qabl, innahum kānụ qauman fāsiqīn
46. dan (Kami membinasakan) kaum Nuh sebelum itu. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang fasik.
Tafsir :
Begitu juga dengan kaum Nuh yang disebutkan sebelum kisah kaum-kaum setelahnya. Karena secara silsilah dan aturan waktu, seharusnya kisah Nabi Nuh disebutkan terlebih dahulu, kemudian kaum ‘Ad, kemudian Tsamud, kemudian kaum Nabi Luth dan barulah kaum Nabi Musa. Namun, ternyata Allah menyebutkan kaum Nabi Luth terlebih dahulu, kemudian kaum Nabi Musa, kemudian kaum sebelumnya yaitu kaum ‘Ad dan kaum Tsamud dan kemudian kaum sebelum mereka yaitu kaum Nabi Nuh. Semua kaum Nabi Nuh telah didatangkan siksaan kepada mereka, karena mereka semua merupakan kaum yang fasik. ([1])
Setelah Allah menyebutkan tentang azab yang pernah menimpa umat-umat terdahulu sebagai peringatan kepada kaum musyrikin bahwasanya akan menimpa mereka juga apa yang menimpa umat-umat terdahulu. Allah menyebutkan paragraf baru tentang agungnya penciptaan langit. Sebagian ahli tafsir mengatakan alasannya adalah karena ada syubhat di dalam diri orang-orang musyrikin bahwasanya Allah tidak mampu membangkitkan manusia yang sudah mati.
مَنْ يُحْيِ الْعِظامَ وَهِيَ رَمِيمٌ
“Siapakah yang dapat menghidupkan tulang-belulang, yang telah hancur luluh?” (QS. Yaasin: 78)
Mereka mengatakan: “Siapa yang bisa menghidupkan kembali tulang-tulang padahal sudah hancur lebur? Bagaimana bisa disusun kembali?” Maka Allah mengingatkan bahwa untuk menciptakan kembali sangat mudah. Karena Allah menciptakan langit yang penciptaannya lebih hebat daripada manusia. Apalagi hanya sekedar mengulanginya atau mengembalikannya. Tentu hal itu lebih mudah bagi Allah.
Penciptaan langit lebih hebat dari penciptaan manusia. Lebih hebat lagi jika hanya sekedar mengembalikan atau mengulangi penciptaan. Maka dari itu Allah menyebutkan tentang langit pada ayat berikutnya.([2])
____________________
Footnote :