28. إِنَّا كُنَّا مِن قَبْلُ نَدْعُوهُ ۖ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلْبَرُّ ٱلرَّحِيمُ
innā kunnā ming qablu nad’ụh, innahụ huwal-barrur-raḥīm
28. Sesungguhnya kami dahulu menyembah-Nya. Sesungguhnya Dialah yang melimpahkan kebaikan lagi Maha Penyayang.
Tafsir :
Di antara sebab mereka masuk surga adalah dahulu di dunia mereka senantiasa berdoa kepada Allah Subhanahu wa ta’ala([1]). Oleh karenanya ayat ini adalah di antara dalil tentang pentingnya berdoa. Dan di antara hal yang perlu untuk terus kita doakan adalah anak-anak kita. Sebagian Ahli Tafsir mengatakan bahwa ayat ini dalil tentang pentingnya mendoakan anak-anak([2]). Karena bisa jadi doa yang terus dipanjatkan tersebut yang menyebabkan anak-anaknya menjadi selevel dengan orang tuanya di surga. Akan tetapi demikian pula sebaliknya, seorang anak juga harus terus mendoakan orang tuanya agar kelak mereka bisa selevel di surga. Karena bukankah dalam sebuah hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
إِنَّ الرَّجُلَ لَتُرْفَعُ دَرَجَتُهُ فِي الْجَنَّةِ فَيَقُولُ: أَنَّى هَذَا؟ فَيُقَالُ: بِاسْتِغْفَارِ وَلَدِكَ لَكَ
“Sesungguhnya seseorang akan di angkat derajatnya di surga, lalu orang tersebut akan bertanya, ‘Bagaimana ini bisa terjadi?’. Lalu dijawab, ‘Karena anakmu telah memohonkan ampun untukmu’.”([3])
Oleh karenanya baik orang tua mendoakan anak atau anak mendoakan orang tua, keduanya adalah hal penting. Karena hal tersebut bisa menjadi sebab seseorang bisa bertemu dengan keluarganya di surga.([4])
Setelah penduduk surga menyebutkan sebab-sebab mereka masuk surga, mereka kemudian mengatakan,
إِنَّهُ هُوَ الْبَرُّ الرَّحِيمُ
“Dialah Yang Maha Melimpahkan Kebaikan, Maha Penyayang.”
Kata الْبَرُّ dalam bahasa Arab menunjukkan kata luas. Oleh karenanya daratan juga disebut dengan البر. Dan adapun manusia baru bisa dikatakan sebagai البر adalah ketika dia telah melakukan amal saleh yang banyak, shalat yang banyak, atau sedekah yang banyak. Akan tetapi di ayat ini penghuni surga mensifati Allah Subhanahu wa ta’ala dengan البر. Maka perlu diingat bahwa sifat البر Allah Subhanahu wa ta’ala berbeda dengan sifat البر dari makhluk. Artinya adalah Allah Subhanahu wa ta’ala memberikan pemberian yang sangat banyak, tanpa orang yang diberi merasa harus balas budi. Demikianlah Allah Subhanahu wa ta’ala ketika memberi kebaikan, tidak memerlukan balas budi, memberi dengan pemberian yang banyak, bahkan kebaikan yang diberi-Nya berlanjut terus semenjak di bumi hingga di akhirat. Berbeda dengan manusia, ketika memberi kebaikan, terkadang mereka merasa telah berbuat baik sehingga seringnya mengharap balas budi. Bahkan manusia sifatnya pada waktu tertentu berbuat baik dan pada waktu yang lain tidak. Adapun sifat البر Allah Subhanahu wa ta’ala adalah senantiasa baik dengan kebaikan yang sangat luas, serta Allah Subhanahu wa ta’ala tidak membutuhkan balas budi.([5])
_____________________
Footnote :
([1]) Lihat: Tafsir Al-Qurthubiy 17/70
([2]) Lihat: At-Tahrir wa At-Tanwir Li Ibnu ‘Asyur 27/58