29. فَذَكِّرْ فَمَآ أَنتَ بِنِعْمَتِ رَبِّكَ بِكَاهِنٍ وَلَا مَجْنُونٍ
fa żakkir fa mā anta bini’mati rabbika bikāhiniw wa lā majnụn
29. Maka tetaplah memberi peringatan, dan kamu disebabkan nikmat Tuhanmu bukanlah seorang tukang tenung dan bukan pula seorang gila.
Tafsir :
Ayat-ayat ini merupakan ayat yang bercerita tentang An-Nubuwah (kenabian), yaitu penetapan bahwasanya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah seorang rasul. Dan ayat ini merupakan pembelaan terhadap Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Firman Allah Subhanahu wa ta’ala,
فَذَكِّرْ فَمَا أَنْتَ بِنِعْمَتِ رَبِّكَ بِكَاهِنٍ وَلَا مَجْنُونٍ
“Maka peringatkanlah, karena dengan nikmat Tuhanmu engkau (Muhammad) bukanlah seorang dukun dan bukan pula orang gila.”
Kalau orang-orang beriman saja terkadang bisa lalai sehingga perlu diberi peringatan, maka terlebih orang-orang kafir, mereka sangat butuh untuk diberi peringatan secara berulang agar suatu saat mereka bisa mendapatkan hidayah. Oleh karenanya ayat ini memerintahkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk tidak berhenti dalam memberi peringatan kepada orang-orang kafir Quraisy ([1]). Dan pada ayat ini disebutkan bahwa inilah di antara tuduhan orang-orang kafir kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu seorang dukun, orang gila, atau penyair. Sebelumnya orang-orang kafir Quraisy bingung dengan tuduhan apa yang pas untuk Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka tatkala mereka berkumpul, mulailah dari mereka merembukkan sebutan apa yang pas untuk dituduhkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam hingga akhirnya keluarlah sebutan dukun, penyair, dan orang gila. Akan tetapi karena ketiga tuduhan tersebut tidak benar, maka Allah Subhanahu wa ta’ala membantah itu semua dengan ayat ini. ([2])
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bukanlah seorang dukun dan tidak pernah melakukan praktik perdukunan. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga bukanlah orang gila, dan orang-orang kafir Quraisy tahu betul akan hal itu. Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga bukan seorang penyair ([3]), sebagaimana dalam firman Allah Subhanahu wa ta’ala,
وَمَا عَلَّمْنَاهُ الشِّعْرَ وَمَا يَنْبَغِي لَهُ إِنْ هُوَ إِلَّا ذِكْرٌ وَقُرْآنٌ مُبِينٌ
“Dan Kami tidak mengajarkan syair kepadanya (Muhammad) dan bersyair itu tidaklah pantas baginya. Alquran itu tidak lain hanyalah pelajaran dan Kitab yang jelas.” (QS. Yasin : 69)
Oleh karenanya dari sekian ribu hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, tidak kita dapati Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam suka bersyair. Padahal Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adalah orang Arab, dan orang Arab seringnya senang dan pandai dengan syair. Terlebih di zaman beliau adalah zaman dimana orang-orang berbangga-bangga dengan syair. Akan tetapi Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sangat jarang bersyair, melainkan hanya pada beberapa hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersyair. Di antaranya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata,
أَنَا النَّبِيُّ لاَ كَذِبْ، أَنَا ابْنُ عَبْدِ المُطَّلِبْ
“Aku seorang Nabi yang tidak berdusta. Aku anak dari ‘Abdul Mutholib.” ([4])
اللَّهُمَّ لاَ عَيْشَ إِلَّا عَيْشُ الآخِرَهْ … فَأَكْرِمِ الأَنْصَارَ، وَالمُهَاجِرَهْ
“Ya Allah, tidak ada kehidupan yang sesungguhnya kecuali kehidupan akhirat. Maka muliakanlah kaum Anshar dan Muhajirin.” ([5])
Dari sekian banyak perkataan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, hanya dua inilah syair yang beliau ucapkan. Dan jika sekiranya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam banyak bersyair, maka tentu jelas alasan orang-orang kafir Quraisy mengatakan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adalah seorang penyair dan Alquran hanyalah syair-syair. Dan yang benar adalah mereka tahu hakikat Alquran bukanlah syair karena urutan (tata susunan) Alquran tidak sebagaimana tata susunan syair-syair. Oleh karenanya para ulama mengatakan bahwa Alquran adalah mukjizat, yang tidak bisa didatangkan oleh manusia. Dan Allah Subhanahu wa ta’ala telah menantang seluruh bangsa jin dan manusia untuk mendatangkan yang semisal dengan Alquran, akan tetapi mereka tidak mampu ([6]). Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,
قُلْ لَئِنِ اجْتَمَعَتِ الْإِنْسُ وَالْجِنُّ عَلَى أَنْ يَأْتُوا بِمِثْلِ هَذَا الْقُرْآنِ لَا يَأْتُونَ بِمِثْلِهِ وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيرًا
“Katakanlah, ‘Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa (dengan) Alquran ini, mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengannya, sekalipun mereka saling membantu satu sama lain’.” (QS. Al-Isra’ : 88)
Tatkala mereka tidak mampu mendatangkan Alquran yang semisal, maka Allah Subhanahu wa ta’ala menantang kembali untuk mendatangkan sepuluh surah yang semisal. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,
فَأْتُوا بِعَشْرِ سُوَرٍ مِثْلِهِ مُفْتَرَيَاتٍ وَادْعُوا مَنِ اسْتَطَعْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
“Datangkanlah sepuluh surah semisal dengannya (Alquran) yang dibuat-buat, dan ajaklah siapa saja di antara kamu yang sanggup selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.” (QS. Hud : 13)
Tentu meskipun hanya sepuluh surah mereka tidak akan mampu untuk mendatangkan yang semisal dengan Alquran. Kemudian Allah Subhanahu wa ta’ala menantang dengan tantangan yang lebih ringan, Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,
وَإِنْ كُنْتُمْ فِي رَيْبٍ مِمَّا نَزَّلْنَا عَلَى عَبْدِنَا فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِنْ مِثْلِهِ وَادْعُوا شُهَدَاءَكُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
“Dan jika kamu meragukan (Alquran) yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad), maka buatlah satu surah semisal dengannya dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.” (QS. Al-Baqarah : 23)
Akan tetapi ternyata membuat satu surah yang semisal dengan surah yang ada di Alquran pun mereka tidak mampu, padahal mereka orang-orang kafir Quraisy sangat pakar dalam syair dan bahasa Arab. Tentunya ini menunjukkan bahwa Alquran adalah mukjizat dan bukan karangan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. ([7])
Oleh karenanya tuduhan orang-orang kafir Quraisy terhadap Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam merupakan tuduhan yang tidak benar, bahkan tuduhan yang tidak berdasar sama sekali.
Di antara mukjizat Alquran adalah merupakan perkataan Allah Subhanahu wa ta’ala. Secara sederhana untuk menggambarkan hal ini, kita mengetahui bahwa manusia memiliki tingkatan-tingkatan dalam pengetahuannya. Ada seorang ‘alim, ada seorang ahli bahasa (penyair), dan ada banyak orang awam. Kalau sekiranya kita kumpulkan satu juta orang untuk bisa membuat tulisan seperti tulisan seorang ahli bahasa, maka pasti mereka tidak akan mampu. Demikian pula jika orang awam diminta untuk membuat tulisan seperti tulisan seorang ‘alim, maka tentu mereka tidak mampu. Demikianlah gambaran jika manusia jika disuruh membuat yang seperti Alquran, maka tentu tidak akan bisa karena Alquran adalah firman Allah Subhanahu wa ta’ala. Dan di antara mukjizat lain Alquran selain tidak mampunya manusia mendatangkan yang semisal adalah dari sisi lafal dan maknanya. Buku tafsir jumlahnya sangat banyak, dan satu buku tafsir tidak bisa mencukupkan tafsir yang lainnya. Sering didapati suatu pembahasan pada suatu buku tafsir yang tidak dibahas pada buku tafsir yang lainnya. Ini menunjukkan bahwa keajaiban Alquran tidak pernah berhenti. Dan di antara mukjizat Alquran lainnya kata para ulama adalah susunan ayat-ayat dan kaitan antara satu ayat dan ayat berikutnya.
_____________________
Footnote :
([1]) Lihat: At-Tahrir wa At-Tanwir Li Ibnu ‘Asyur 27/58
([2]) Lihat: Tafsir Ibnu ‘Athiyyah 5/191
([3]) Lihat: At-Tahrir wa At-Tanwir Li Ibnu ‘Asyur 27/61