Bagaimana jika ingin shalat lagi setelah shalat witir?
Jawaban akan hal ini adalah boleh. Sebagaimana dalam hadits disebutkan bahwasanya Nabi Muhammad ﷺ pernah setelah shalat witir shalat lagi dua rakaat. Diriwayatkan dari Aisyah radhiallahu ‘anha, di mana Nabi Muhammad ﷺ shalat 11 rakaat (setalah shalat 9 rakaat, lalu beliau shalat 2 rakaat). Aisyah radhiallahu ‘anha berkata,
كُنَّا نُعِدُّ لَهُ سِوَاكَهُ وَطَهُورَهُ فَيَبْعَثُهُ اللَّهُ مَا شَاءَ أَنْ يَبْعَثَهُ مِنَ اللَّيْلِ فَيَتَسَوَّكُ وَيَتَوَضَّأُ وَيُصَلِّى تِسْعَ رَكَعَاتٍ لاَ يَجْلِسُ فِيهَا إِلاَّ فِى الثَّامِنَةِ فَيَذْكُرُ اللَّهَ وَيَحْمَدُهُ وَيَدْعُوهُ ثُمَّ يَنْهَضُ وَلاَ يُسَلِّمُ ثُمَّ يَقُومُ فَيُصَلِّى التَّاسِعَةَ ثُمَّ يَقْعُدُ فَيَذْكُرُ اللَّهَ وَيَحْمَدُهُ وَيَدْعُوهُ ثُمَّ يُسَلِّمُ تَسْلِيمًا يُسْمِعُنَا ثُمَّ يُصَلِّى رَكْعَتَيْنِ بَعْدَ مَا يُسَلِّمُ وَهُوَ قَاعِدٌ فَتِلْكَ إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً يَا بُنَىَّ
“Dahulu kami menyiapkan siwak dan air untuk bersuci beliau, Allah membangunkan beliau pada malam hari dengan kehendak-Nya, beliau pun bersiwak dan shalat 9 rakaat, tidak duduk kecuali pada rakaat ke 8, beliau berzikir kepada Allah memuji-Nya dan berdoa kepada-Nya, kemudian bangkit dan tidak salam, kemudian berdiri dan melanjutkan rakaat ke 9, kemudian duduk dan berzikir kepada Allah memuji-Nya dan berdoa kepada-Nya, kemudian beliau salam dengan salam yang kita dengar, kemudian shalat 2 rakaat setelah salam dalam keadaan duduk, maka semuanya adalah 11 rakaat wahai anakku. ([1])
Di dalam hadits dan riwayat yang sama, Aisyah radhiallahu ‘anha melanjutkan perkataannya,
فَلَمَّا أَسَنَّ نَبِيُّ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَأَخَذَهُ اللَّحْمُ أَوْتَرَ بِسَبْعٍ، وَصَنَعَ فِي الرَّكْعَتَيْنِ مِثْلَ صَنِيعِهِ الْأَوَّلِ، فَتِلْكَ تِسْعٌ يَا بُنَيَّ
“Ketika Nabi semakin berusia dan gemuk, beliau witir dengan 7 rakaat, kemudian beliau melakukan 2 rakaat seperti di awal, sehingga semuanya 9 rakaat wahai anakku”. ([2])
Berdasarkan riwayat-riwayat di atas maka para ulama berkesimpulan bolehnya shalat malam lagi setelah witir. Imam Nawawi berkata,
إذَا أَوْتَرَ ثُمَّ أَرَادَ أَنْ يُصَلِّيَ نَافِلَةً أَمْ غَيْرَهَا فِي اللَّيْلِ جَازَ بِلَا كَرَاهَةٍ وَلَا يُعِيدُ الْوِتْرَ
“Jika seorang melakukan witir kemudian ingin shalat sunnah atau lainnya pada malam itu juga maka diperbolehkan tanpa dibenci dan tidak perlu mengulang witir.” ([3])
Meskipun hal ini bukanlah kebiasaan Nabi Muhammad ﷺ, namun ini menunjukkan masih bolehnya shalat setelah witir.
Terkadang, ada sebagian di antara kita yang masih ingin shalat meskipun ia telah shalat tarawih di masjid hingga selesai. Maka ada dua solusi yang bisa kita jalankan:
Pertama: Shalat tarawih bersama imam hingga selesai terlebih dahulu, baik itu dengan witir atau tidak.([4]) Kemudian jika kita masih ingin shalat baik di rumah atau di masjid, maka boleh bagi kita kembali shalat, namun tidak ditutup dengan witir apabila telah witir sebelumnya. Hal ini sebagaimana yang dipraktikkan oleh sahabat Thalq bin Ali radhiallahu ‘anhu, di mana ia shalat tarawih dua kali. Shalat pertama ia lakukan di kampung anaknya dan menyelesaikannya dengan witir. Setelah itu, ia pun kembali ke masjidnya (kampungnya) dan mengimami para sahabatnya tanpa witir, ia meminta orang lain menggantikannya karena ia telah witir([5]).
Kedua: Imam yang shalat witir, namun makmum tidak ingin witir.
Jadi, cara penyelesaiannya adalah ketika imam telah salam dari shalat witir, maka ia bangun kembali menambah satu rakaat untuk menggenapkannya. Setelah itu kita bebas menambah berapa rakaat shalat malam yang kita inginkan, kemudian kita bisa mengakhirinya dengan shalat witir.
Wallahu a’lam bishshawwab.
Karya : Ustadz DR. Firanda Andirja, MA
Tema : Bekal Puasa
___________
Footnote:
([1]) Shahih Muslim No. 746 (1/513), dan Sunan Ibnu Majah No. 1191 dinyatakan shahih oleh Syekh al-Albani dalam ta’liqnya.
([2]) Shahih Muslim No. 746 (1/513).
([3]) Al-Majmu’ 4/16.
An-Nawawi menjelaskan juga bahwa shalatnya Nabi Muhammad ﷺ 2 rakaat setelah witir bukanlah menunjukan disunnahkan sholat 2 rakaat setelah witir, sehingga seseorang selalu mendawamkannya, karena yang beliau ﷺ anjurkan adalah menjadikan shalat witir sebagai penutup. Akan tetapi maksud beliau ﷺ adalah untuk menjelaskan bahwa setelah shalat witir masih boleh melaksanakan sholat sunnah. [Lihat: al-Majmuu’ (4/17), Syarh Shahih Muslim (5/21)].
([4]) Hal ini sebagaimana keutamaan shalat bersama imam hingga selesai,
إِنَّهُ مَنْ قَامَ مَعَ الْإِمَامِ حَتَّى يَنْصَرِفَ، فَإِنَّهُ يَعْدِلُ قِيَامَ لَيْلَةٍ
“Barang siapa shalat bersama imam hingga selesai, sesungguhnya hal itu telah menyamai shalat satu malam penuh.” (HR. Ibnu Majah No. 1327, dinyatakan shahih oleh Syekh al-Albani dalam ta’liqnya).
([5]) Lihat: Sunan Abu Daud No. 1441, dan dinyatakan shahih oleh Syekh al-Albani dalam ta’liqnya.