Haram Puasa Pada Tiga Hari Tasyriq
Rasulullah ﷺ bersabda,
أَيَّامُ التَّشْرِيقِ أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ
“Hari-hari tasyriq adalah hari-hari untuk makan dan minum.” ([1])
Ibnu Abdil Barr rahimahullah menyebutkan bahwa ini adalah ijmak (sepengetahuan beliau),
وَأَمَّا صِيَامُ أَيَّامِ التَّشْرِيقِ فَلَا خِلَافَ بَيْنَ فُقَهَاءِ الْأَمْصَارِ فِيمَا عَلِمْتُ أَنَّهُ لَا يَجُوزُ لِأَحَدٍ صَوْمُهَا تَطَوُّعًا
“Adapun puasa hari-hari tasyriq maka tidak ada perselisihan di kalangan para ulama fikih (berdasarkan sepengetahuanku) bahwasanya tidak boleh ada seorang pun yang berpuasa sunnah di dalamnya.” ([2])
Dikecualikan orang yang berhaji yang tidak mendapatkan al-hadyu, maka diperbolehkan baginya untuk berpuasa. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah ﷺ, dari Ibnu Umar radhiallahu ‘anhu,
لَمْ يُرَخَّصْ فِي أَيَّامِ التَّشْرِيقِ أَنْ يُصَمْنَ، إِلَّا لِمَنْ لَمْ يَجِدِ الهَدْيَ
“Tidak diberi keringanan untuk berpuasa pada hari tasyriq kecuali bagi orang yang berhaji yang tidak mendapatkan al-hadyu.” ([3])
Karya : Ustadz DR. Firanda Andirja, MA
Tema : Bekal Puasa
___________
Footnote:
([2]) Lihat: At-Tamhid Lima Fi al-Muwattha’ Min al-Ma’ani wa al-Asanid (12/427).