13. يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تَتَوَلَّوْا۟ قَوْمًا غَضِبَ ٱللَّهُ عَلَيْهِمْ قَدْ يَئِسُوا۟ مِنَ ٱلْءَاخِرَةِ كَمَا يَئِسَ ٱلْكُفَّارُ مِنْ أَصْحَٰبِ ٱلْقُبُورِ
yā ayyuhallażīna āmanụ lā tatawallau qauman gaḍiballāhu ‘alaihim qad ya`isụ minal-ākhirati kamā ya`isal-kuffāru min aṣ-ḥābil-qubụr
13. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu jadikan penolongmu kaum yang dimurkai Allah. Sesungguhnya mereka telah putus asa terhadap negeri akhirat sebagaimana orang-orang kafir yang telah berada dalam kubur berputus asa.
Tafsir :
Ayat ini merupakan bentuk peringatan kepada orang-orang yang beriman agar mereka tidak ber-wala’, loyal, menolong atau menjadikan penolong bagi orang-orang kafir. Ada dua pendapat di kalangan ahli tafsir mengenai maksud dari قَوْمًا غَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِم.
- Pendapat pertama, mengatakan bahwa yang dimaksud adalah kaum yahudi. Karena Allah menjelaskan kaum tersebut dengan غَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِم -yang dimurkai-. Pada ayat pertama dari surat ini telah dijelaskan bahwa yang dimaksud adalah orang-orang musyrikin Makkah. Dan pada ayat ini Allah ingin menyatakan bahwa yang tidak boleh untuk diberikan loyalitas bukan hanya kaum musyrikin Makkah. Tetapi, juga kepada orang-orang yahudi; karena mereka memusuhi agama Allah. Artinya sebagaimana kalian tidak boleh memberikan loyalitas kepada orang-orang musyrikin Makkah, kalian juga tidak boleh loyal kepada orang-orang yahudi; karena mereka sama-sama dimurkai oleh Allah. Bahkan, orang-orang yahudi lebih buruk.
Diantara dalil yang menunjukkan bahwa pendapat ini lebih kuat adalah sebagaimana yang Allah jelaskan pada akhir ayat ini,
قَدْ يَئِسُوا مِنَ الْآخِرَةِ كَمَا يَئِسَ الْكُفَّارُ مِنْ أَصْحَابِ الْقُبُورِ
“Mereka (orang-orang Yahudi) telah putus asa terhadap akhirat sebagaimana orang-orang kafir (musyrik) yang telah berada dalam kubur juga berputus asa.”
Jadi, di dalam ayat ini disebutkan ada dua kaum yang berbeda. Karena Allah menyamakan kaum tersebut -orang-orang yahudi- dengan orang-orang musyrik. Apabila kaum yang disebutkan dalam ayat ini ditafsirkan dengan orang musyrik, maka kaum tersebut sama-sama orang musyrik, seakan-akan Allah mengatakan “Karena mereka (orang-orang musyrik) telah putus asa sebagaimana orang musyrik.” Bagaimana bisa sesuatu disamakan dengan dirinya sendiri? Maka yang dimaksud orang kafir tersebut adalah orang-orang Yahudi.
قَدْ يَئِسُوا مِنَ الْآخِرَةِ كَمَا يَئِسَ الْكُفَّارُ مِنْ أَصْحَابِ الْقُبُورِ
“Mereka telah putus asa terhadap akhirat sebagaimana orang-orang kafir yang telah berada dalam kubur juga berputus asa.”
Penafsiran pertama, maksudnya adalah orang-orang Yahudi benar-benar telah sibuk dan tenggelam dengan dunia dan seperti itulah sejatinya kehidupan mereka di dunia ini.
يَوَدُّ أَحَدُهُمْ لَوْ يُعَمَّرُ أَلْفَ سَنَةٍ
“Masing-masing dari mereka, ingin diberi umur seribu tahun.” (QS. Al-Baqarah : 96)
Yang mereka pikirkan hanya dunia dan mereka berputus asa untuk mengingat akhirat.
Penafsiran kedua, maksudnya mereka sudah tahu bahwa mereka tidak akan mendapatkan pahala di akhirat, sebagaimana orang-orang kafir yang putus asa dari penghuni kubur yang tidak akan kembali lagi ke dunia.
- Pendapat kedua, mengatakan bahwa kaum yang dimaksud adalah orang-orang musyrik. Mereka tidak beriman kepada hari akhir dan telah berputus asa dari akhirat sebagaimana penghuni kubur mengetahui bahwa mereka tidak akan kembali lagi ke dunia. Bentuk tasybih (penyamaan) yang disebutkan dalam ayat ini adalah tasybih antara كُفَّار الأَحْيَاء (orang-orang kafir yang hidup) dengan كُفَّار الأَمْوَات (orang-orang kafir yang telah mati). Sesungguhnya orang-orang kafir yang masih hidup telah putus asa dari akhirat. Dan mereka yang mati mengetahui bahwa mereka tidak akan kembali ke dunia. ([1])
_____________________
Footnote :