1. يُسَبِّحُ لِلَّهِ مَا فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِى ٱلْأَرْضِ ٱلْمَلِكِ ٱلْقُدُّوسِ ٱلْعَزِيزِ ٱلْحَكِيمِ
yusabbiḥu lillāhi mā fis-samāwāti wa mā fil-arḍil-malikil-quddụsil-‘azīzil-ḥakīm
1. Senantiasa bertasbih kepada Allah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Tafsir :
Kata يُسَبِّحُ disini dalam bahasa arab datang dengan fi’il mudhori’ (kata kerja yang menunjukkan arti sedang atau akan). Surah yang diawali dengan kata yang mengandung makna tasbih dalam Al-Qur’an dinamakan oleh para ulama dengan اَلْمُسَبِّحَات “Al-Musabbihat”([1]). Al-Musabbihat dalam Al-Qur’an jumlahnya ada lima, ada yang dibuka dengan Fi’il Madhi (kata kerja bentuk lampau) seperti dalam surah Al-Hadid, Al-Hasyr dan As-Shaff ada juga yang dibuka dengan Fi’il mudhori’ seperti surah Al-Jumu’ah dan surah At-Taghaabun. Demikian juga ada 2 surat yang lain yang mirip dengan musabbihaat hanya saja tidak dibukan dengan Fiíl, yaitu yang pertama surah Al-Israa’ yang dibuka dengan mashdar (asal kata), dan yang kedua surah Al-A’la yang dibuka dengan fi’il Amr (kata kerja bentuk perintah).
Adapun Fi’il Mudhori’ mengandung makna berkesinambungan([2]), dimana dalam firman Allah ﷻ
يُسَبِّحُ لِلّٰهِ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِ
Maknanya “ Sedang bertasbih kepada Allah semua yang ada dilangit dan di bumi”. Sebagaimana terdapat dalam firman Allah :
تُسَبِّحُ لَهُ السَّمٰوٰتُ السَّبْعُ وَالْاَرْضُ وَمَنْ فِيْهِنَّۗ وَاِنْ مِّنْ شَيْءٍ اِلَّا يُسَبِّحُ بِحَمْدِه وَلٰكِنْ لَّا تَفْقَهُوْنَ تَسْبِيْحَهُمْۗ اِنَّه كَانَ حَلِيْمًا غَفُوْرًا
“Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tidak ada sesuatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu tidak mengerti tasbih mereka. Sungguh, Dia Maha Penyantun, Maha Pengampun”. (QS Al-Israa’ ; 44)
التَسْبِيحُ artinya adalah التَنْزِيهُ yaitu mensucikan Allah([3])ﷻ, sebagian ulama mengatakan التَسْبِيحُ artinya الإِبعَادُ yaitu menjauhkan Allah dari semua yang buruk([4]), sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang musyrikin dari kalangan nasrani ketika mengatakan Allah memiliki anak laki-laki yaitu Nabi Isa dan keyakinan yahudi Allah memiliki anak laki-laki yang bernama ‘Uzair dan keyakinan orang-orang musyrikin bahwa Allah memiliki anak perempuan seperti malaikat atau sesembahan mereka seperti Laata, ‘Uzza dan Manaath disebut juga sebagai putri-putri Allah ﷻ, atau perkataan mereka bahwasanya Allah beristirahat pada hari sabtu atau sebagaimana yang tercantum dalam kitab suci mereka bahwasanya Allah menyesal atau sedih misalnya, ini semua tidak pantas bagi Allah ﷻ. Maka Allah ﷻ ajarkan kepada kita untuk men-tasbih Allah dari berbagai hal yang merupakan cercaan, celaan dan kekurangan bagi Allah ﷻ karena Allah ﷻ Maha sempurna dalam segala hal.
Firman Allah ﷻ :
الْمَلِكِ الْقُدُّوْسِ الْعَزِيْزِ الْحَكِيْمِ
“Maharaja, Mahasuci, Mahaperkasa, Mahabijaksana”
Ini semua adalah sifat-sifat Allah yang mana masing-masing memiliki makna yang indah.
الْمَلِكِ Sang raja atau Sang penguasa yang menguasai alam semesta,
إِنَّ الحَمْدَ وَالنِّعمَةَ لَكَ وَالمُلكَ لاَ شَرِيكَ لَكَ
“Sesungguhnya segala pujian segala kenikmatan dan segala kerajaan hanya milik-Mu tiada sekutu bagi-Mu”([5]).
Pada hari kiamat kelak Allah akan bertanya, “أَنَا المَلِكُ أَينَ مُلُوكُ الأَرضِ”
“Akulah Raja, dimanakah raja-raja dunia?”([6])
semua raja-raja dunia pada hari kiamat kelak tidak berdaya, tidak memiliki kekuasaan. Kata Allah ﷻ :
لِمَنِ الْمُلْكُ الْيَوْمَ ۗ لِلّٰهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارِ
“Milik siapakah kerajaan pada hari ini?” Milik Allah Yang Maha Esa, Maha Mengalahkan. (QS Ghafir ; 16)
Kemudian الْقُدُّوْسِyaitu yang Maha suci sama maknanya dengan yang penulis jelaskan tentang tasbih, adapun الْعَزِيْزِ maknanya Maha perkasa. الْحَكِيْمِ maknanya dua : bisa ذُو الحِكمَةِ (Yang memiliki hikmah) karena setiap yang Allah kerjakan pasti ada hikmahnya apa yang Allah taqdirkan pasti ada hikmahnya, tidak mungkin Allah melakukan sesuatu dengan sia-sia bahkan Allah menciptakan iblispun ada hikmahnya kalau penciptaan iblis ada hikmahnya lantas bagaimana dengan yang selainnya?. Makna yang kedua ذُو الحُكْمِ (Yang memiliki hukum), Allah lah yang memiliki hukum dan hanya hukum Allah lah yang berlaku di alam semesta ini, ada hukum kauny dan ada hukum syar’i([7]).
________________________
Footnote :
([1]) Tafsir Al-Qurthuby 17/235.
([2]) Lihat Tafsir At-Tahrir wat Tanwir 28/206.
([3]) Tafsir Al-Qurthuby 18/244.
([4]) Lihat Tafsif Adwaaul Bayan karya Muhammad Al-Amin As-Syinqithy 7/538.