1. يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تُقَدِّمُوا۟ بَيْنَ يَدَىِ ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ ۖ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
yā ayyuhallażīna āmanụ lā tuqaddimụ baina yadayillāhi wa rasụlihī wattaqullāh, innallāha samī’un ‘alīm
1. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasulnya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
2. يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تَرْفَعُوٓا۟ أَصْوَٰتَكُمْ فَوْقَ صَوْتِ ٱلنَّبِىِّ وَلَا تَجْهَرُوا۟ لَهُۥ بِٱلْقَوْلِ كَجَهْرِ بَعْضِكُمْ لِبَعْضٍ أَن تَحْبَطَ أَعْمَٰلُكُمْ وَأَنتُمْ لَا تَشْعُرُونَ
yā ayyuhallażīna āmanụ lā tarfa’ū aṣwātakum fauqa ṣautin-nabiyyi wa lā taj-harụ lahụ bil-qauli kajahri ba’ḍikum liba’ḍin an taḥbaṭa a’mālukum wa antum lā tasy’urụn
2. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara yang keras, sebagaimana kerasnya suara sebagian kamu terhadap sebagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu, sedangkan kamu tidak menyadari.
3. إِنَّ ٱلَّذِينَ يَغُضُّونَ أَصْوَٰتَهُمْ عِندَ رَسُولِ ٱللَّهِ أُو۟لَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ ٱمْتَحَنَ ٱللَّهُ قُلُوبَهُمْ لِلتَّقْوَىٰ ۚ لَهُم مَّغْفِرَةٌ وَأَجْرٌ عَظِيمٌ
innallażīna yaguḍḍụna aṣwātahum ‘inda rasụlillāhi ulā`ikallażīnamtaḥanallāhu qulụbahum lit-taqwā, lahum magfiratuw wa ajrun ‘aẓīm
3. Sesungguhnya orang yang merendahkan suaranya di sisi Rasulullah mereka itulah orang-orang yang telah diuji hati mereka oleh Allah untuk bertakwa. Bagi mereka ampunan dan pahala yang besar.
4. إِنَّ ٱلَّذِينَ يُنَادُونَكَ مِن وَرَآءِ ٱلْحُجُرَٰتِ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْقِلُونَ
innallażīna yunādụnaka miw warā`il-ḥujurāti akṡaruhum lā ya’qilụn
4. Sesungguhnya orang-orang yang memanggil kamu dari luar kamar(mu) kebanyakan mereka tidak mengerti.
5. وَلَوْ أَنَّهُمْ صَبَرُوا۟ حَتَّىٰ تَخْرُجَ إِلَيْهِمْ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُمْ ۚ وَٱللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
walau annahum ṣabarụ ḥattā takhruja ilaihim lakāna khairal lahum, wallāhu gafụrur raḥīm
5. Dan kalau sekiranya mereka bersabar sampai kamu keluar menemui mereka sesungguhnya itu lebih baik bagi mereka, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
6. يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِن جَآءَكُمْ فَاسِقٌۢ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوٓا۟ أَن تُصِيبُوا۟ قَوْمًۢا بِجَهَٰلَةٍ فَتُصْبِحُوا۟ عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَٰدِمِينَ
yā ayyuhallażīna āmanū in jā`akum fāsiqum binaba`in fa tabayyanū an tuṣībụ qaumam bijahālatin fa tuṣbiḥụ ‘alā mā fa’altum nādimīn
6. Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.
7. وَٱعْلَمُوٓا۟ أَنَّ فِيكُمْ رَسُولَ ٱللَّهِ ۚ لَوْ يُطِيعُكُمْ فِى كَثِيرٍ مِّنَ ٱلْأَمْرِ لَعَنِتُّمْ وَلَٰكِنَّ ٱللَّهَ حَبَّبَ إِلَيْكُمُ ٱلْإِيمَٰنَ وَزَيَّنَهُۥ فِى قُلُوبِكُمْ وَكَرَّهَ إِلَيْكُمُ ٱلْكُفْرَ وَٱلْفُسُوقَ وَٱلْعِصْيَانَ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلرَّٰشِدُونَ
wa’lamū anna fīkum rasụlallāh, lau yuṭī’ukum fī kaṡīrim minal-amri la’anittum wa lākinnallāha ḥabbaba ilaikumul-īmāna wa zayyanahụ fī qulụbikum wa karraha ilaikumul-kufra wal-fusụqa wal-‘iṣyān, ulā`ika humur-rāsyidụn
7. Dan ketahuilah olehmu bahwa di kalanganmu ada Rasulullah. Kalau ia menuruti kemauanmu dalam beberapa urusan benar-benarlah kamu mendapat kesusahan, tetapi Allah menjadikan kamu “cinta” kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus,
8. فَضْلًا مِّنَ ٱللَّهِ وَنِعْمَةً ۚ وَٱللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ
faḍlam minallāhi wa ni’mah, wallāhu ‘alīmun ḥakīm
8. sebagai karunia dan nikmat dari Allah. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
9. وَإِن طَآئِفَتَانِ مِنَ ٱلْمُؤْمِنِينَ ٱقْتَتَلُوا۟ فَأَصْلِحُوا۟ بَيْنَهُمَا ۖ فَإِنۢ بَغَتْ إِحْدَىٰهُمَا عَلَى ٱلْأُخْرَىٰ فَقَٰتِلُوا۟ ٱلَّتِى تَبْغِى حَتَّىٰ تَفِىٓءَ إِلَىٰٓ أَمْرِ ٱللَّهِ ۚ فَإِن فَآءَتْ فَأَصْلِحُوا۟ بَيْنَهُمَا بِٱلْعَدْلِ وَأَقْسِطُوٓا۟ ۖ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلْمُقْسِطِينَ
wa in ṭā`ifatāni minal-mu`minīnaqtatalụ fa aṣliḥụ bainahumā, fa im bagat iḥdāhumā ‘alal-ukhrā fa qātilullatī tabgī ḥattā tafī`a ilā amrillāh, fa in fā`at fa aṣliḥụ bainahumā bil-‘adli wa aqsiṭụ, innallāha yuḥibbul-muqsiṭīn
9. Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya! Tapi kalau yang satu melanggar perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada perintah Allah. Kalau dia telah surut, damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan hendaklah kamu berlaku adil; sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.
10. إِنَّمَا ٱلْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا۟ بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
innamal-mu`minụna ikhwatun fa aṣliḥụ baina akhawaikum wattaqullāha la’allakum tur-ḥamụn
10. Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.
11. يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّن قَوْمٍ عَسَىٰٓ أَن يَكُونُوا۟ خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَآءٌ مِّن نِّسَآءٍ عَسَىٰٓ أَن يَكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّ ۖ وَلَا تَلْمِزُوٓا۟ أَنفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا۟ بِٱلْأَلْقَٰبِ ۖ بِئْسَ ٱلِٱسْمُ ٱلْفُسُوقُ بَعْدَ ٱلْإِيمَٰنِ ۚ وَمَن لَّمْ يَتُبْ فَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلظَّٰلِمُونَ
yā ayyuhallażīna āmanụ lā yaskhar qaumum ming qaumin ‘asā ay yakụnụ khairam min-hum wa lā nisā`um min nisā`in ‘asā ay yakunna khairam min-hunn, wa lā talmizū anfusakum wa lā tanābazụ bil-alqāb, bi`sa lismul-fusụqu ba’dal-īmān, wa mal lam yatub fa ulā`ika humuẓ-ẓālimụn
11. Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.
12. يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱجْتَنِبُوا۟ كَثِيرًا مِّنَ ٱلظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ ٱلظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا۟ وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ
yā ayyuhallażīna āmanujtanibụ kaṡīram minaẓ-ẓanni inna ba’ḍaẓ-ẓanni iṡmuw wa lā tajassasụ wa lā yagtab ba’ḍukum ba’ḍā, a yuḥibbu aḥadukum ay ya`kula laḥma akhīhi maitan fa karihtumụh, wattaqullāh, innallāha tawwābur raḥīm
12. Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.
13. يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَٰكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَٰكُمْ شُعُوبًا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓا۟ ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ ٱللَّهِ أَتْقَىٰكُمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
yā ayyuhan-nāsu innā khalaqnākum min żakariw wa unṡā wa ja’alnākum syu’ụbaw wa qabā`ila lita’ārafụ, inna akramakum ‘indallāhi atqākum, innallāha ‘alīmun khabīr
13. Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
14. ۞ قَالَتِ ٱلْأَعْرَابُ ءَامَنَّا ۖ قُل لَّمْ تُؤْمِنُوا۟ وَلَٰكِن قُولُوٓا۟ أَسْلَمْنَا وَلَمَّا يَدْخُلِ ٱلْإِيمَٰنُ فِى قُلُوبِكُمْ ۖ وَإِن تُطِيعُوا۟ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ لَا يَلِتْكُم مِّنْ أَعْمَٰلِكُمْ شَيْـًٔا ۚ إِنَّ ٱللَّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
qālatil-a’rābu āmannā, qul lam tu`minụ wa lāking qụlū aslamnā wa lammā yadkhulil-īmānu fī qulụbikum, wa in tuṭī’ullāha wa rasụlahụ lā yalitkum min a’mālikum syai`ā, innallāha gafụrur raḥīm
14. Orang-orang Arab Badui itu berkata: “Kami telah beriman”. Katakanlah: “Kamu belum beriman, tapi katakanlah ‘kami telah tunduk’, karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu; dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikitpun pahala amalanmu; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
15. إِنَّمَا ٱلْمُؤْمِنُونَ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ بِٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا۟ وَجَٰهَدُوا۟ بِأَمْوَٰلِهِمْ وَأَنفُسِهِمْ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلصَّٰدِقُونَ
innamal-mu`minụnallażīna āmanụ billāhi wa rasụlihī ṡumma lam yartābụ wa jāhadụ bi`amwālihim wa anfusihim fī sabīlillāh, ulā`ika humuṣ-ṣādiqụn
15. Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.
16. قُلْ أَتُعَلِّمُونَ ٱللَّهَ بِدِينِكُمْ وَٱللَّهُ يَعْلَمُ مَا فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِى ٱلْأَرْضِ ۚ وَٱللَّهُ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمٌ
qul a tu’allimụnallāha bidīnikum, wallāhu ya’lamu mā fis-samāwāti wa mā fil-arḍ, wallāhu bikulli syai`in ‘alīm
16. Katakanlah: “Apakah kamu akan memberitahukan kepada Allah tentang agamamu, padahal Allah mengetahui apa yang di langit dan apa yang di bumi dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu?”
17. يَمُنُّونَ عَلَيْكَ أَنْ أَسْلَمُوا۟ ۖ قُل لَّا تَمُنُّوا۟ عَلَىَّ إِسْلَٰمَكُم ۖ بَلِ ٱللَّهُ يَمُنُّ عَلَيْكُمْ أَنْ هَدَىٰكُمْ لِلْإِيمَٰنِ إِن كُنتُمْ صَٰدِقِينَ
yamunnụna ‘alaika an aslamụ, qul lā tamunnụ ‘alayya islāmakum, balillāhu yamunnu ‘alaikum an hadākum lil-īmāni ing kuntum ṣādiqīn
17. Mereka merasa telah memberi nikmat kepadamu dengan keislaman mereka. Katakanlah: “Janganlah kamu merasa telah memberi nikmat kepadaku dengan keislamanmu, sebenarnya Allah, Dialah yang melimpahkan nikmat kepadamu dengan menunjuki kamu kepada keimanan jika kamu adalah orang-orang yang benar”.
18. إِنَّ ٱللَّهَ يَعْلَمُ غَيْبَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ ۚ وَٱللَّهُ بَصِيرٌۢ بِمَا تَعْمَلُونَ
innallāha ya’lamu gaibas-samāwāti wal-arḍ, wallāhu baṣīrum bimā ta’malụn
18. Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ghaib di langit dan bumi. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.
Asbabun Nuzul dan Tafsir Surat Al-Hujurat
Surah al-hujurat adalah surah madaniyyah yang turun setelah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berhijrah ke kota Mandinah([1]), dan surah ini turun sekitar tahun 9 H yang tahun tersebut dikenal dengan ‘aamul wufuud, dan ‘aamul wufuud adalah tahun di mana banyak kabilah-kabilah yang mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk mengenal lebih dekat tentang Islam([2]), oleh karenanya surah ini dikenal dengan surah madaniyyah, berbeda dengan surah-surah makkiyyah yang turun sebelum Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berhijrah ke kota Madinah. Dan para ulama sepakat bahwa ayat-ayat yang ada pada surah al-hujurat dari awal sampai akhir seluruhnya adalah ayat-ayat madaniyyah kecuali 1 ayat yang mereka perselisihkan yaitu firman Allah subhanahu wa ta’ala,
{يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ}
“Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti.” (QS. Al-Hujurat: 13)
Ayat ini diperselisihkan oleh para ulama apakah dia makkiyyah atau madaniyyah, hal ini dikarenakan Allah subhanahu wa ta’ala membuka ayat ini dengan firman-Nya يَا أَيُّهَا النَّاسُ “Wahai manusia!”, dan salah satu ciri-ciri ayat makkiyyah adalah ayat yang dibuka dengan يَا أَيُّهَا النَّاسُ “Wahai manusia!”, adapun ayat yang dibuka dengan يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا “Wahai orang-orang yang beriman!”, maka ini adalah ciri-ciri ayat madaniyyah, karena maksudnya adalah orang-orang yang beriman yang tinggal di kota Madinah, dan pembahasan tentang ayat ke 13 in apakah dia makkiyah dan madaniyyah, maka yang benar dia adalah ayat madaniyyah, dan pembahasan ini akan dibahas secara terperinci ketika membahas tafsiran ayat yang ke 13 ini.
Surah al-hujurat adalah awal surah-surah al-Mufasshol, walaupun para ulama berselisih hingga 10 pendapat namun yang masyhur ada dua pendapat, yang mengatakan awal mufasshol adalah surah Qaf dan yang mengatakan awal mufasshol adalah surah al-Hujurat. ([3])
Surah al-hujurat hanya memiliki satu nama saja, tidak seperti surah-surah yang lain yang memiliki lebih dari 1 nama. Dan di antara cara para ulama dalam menamakan sebuah surah dengan memilih sebuah lafal yang menunjukkan ciri khas surah tersebut yang mungkin tidak disebutkan dalam surah-surah yang lainnya, contohnya surah al-hujurat yang namanya diambil dari sebuah lafal dari ayat ke 4 surah ini,
{إِنَّ الَّذِينَ يُنَادُونَكَ مِنْ وَرَاءِ الْحُجُرَاتِ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْقِلُونَ}
“Sesungguhnya orang-orang yang memanggil engkau (Muhammad) dari luar kamar(mu) kebanyakan mereka tidak mengerti.” (QS. Al-Hujurat: 4)([4])
Makna al-hujurat
Al-hujurat الْحُجُرَات bentuk jamak dari الْحُجْرَة , dan الْحُجْرَة mungkin bisa disebut dengan pelataran yang tidak beratap. Dan rumah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam terdiri dari الْغُرْفَة )kamar( dan الْحُجْرَة (seperti pelataran yang tidak beratap), dan kamar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memiliki atap yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidur di dalamnya, sedangkan الْحُجْرَة tidak memiliki atap yang sisinya tertutup dengan pagar, sehingga rumah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memiliki 2 pintu: pintu untuk al-ghurfah (kamar) dan pintu untuk al-hujrah (seperti pelataran yang tidak beratap), dan rumah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam panjang hujrahnya sekitar 6 – 7 dzira’ atau sekitar 3,5 meter, dan panjang ghurfahnya sekitar 10 dzira’ atau sekitar 5 meter, dan lebarnya sekitar 7 – 8 dzira’ atau sekitar 4 meter, adapun tingginya dijelaskan oleh Al-Hasan Al-Bashri yang beliau pernah memasuki rumah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan bahwa dia ketika mengangkat tangannya ke atas dia masih bisa memegang atap rumah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang ini menunjunjukkan bahwa atap rumah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pendek, dan ini adalah rumah yang sangat sederhana oleh karenanya ketika di zaman perluasan masjid Nabawi, sehingga rumah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam masuk ke dalam perluasan tersebut sebagian salaf menangis dan mereka mengharapkan seandainya rumah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dibiarkan sebagaimana adanya agar kaum muslimin yang baru lahir atau yang datang ke kota Madinah bisa melihat bagaimana rumah nabi mereka yang sangat sederhana yang tersebut([5]) dari pelepah kurma dan inilah rumah orang yang paling mulia di alam semesta yang pintu surga tidak akan terbuka kecuali yang mengetuknya adalah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Inilah rumah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang terdiri dari الْغُرْفَة )kamar( dan الْحُجْرَة (seperti pelataran yang tidak beratap), Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
«مَاذَا نَزَلَ اللَّيْلَةَ مِنَ الْفِتَنِ؟ وَمَاذَا فُتِحَ مِنَ الْخَزَائِنِ؟ أَيْقِظُوا صَوَاحِبَ الْحُجُرَاتِ – نِسَاءَهُ – فَرُبَّ كَاسِيَةٍ فِي الدُّنْيَا عَارِيَةٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ»
“fitnah apakah yang diturunkan pada malam ini? Dan apa yang dibuka dari dua perbendaharaan (Ramawi dan Parsi)? Bangunkanlah para pemilik al-hujurat – yaitu istri-istrinya – betapa banyak wanita yang berpakaian di dunia namun telanjang ketika di akhirat.” ([6])
Surah al-hujurat adalah surah yang sangat sepesial karena surah ini adalah surah yang paling lengkap dalam mengajarkan tentang adab, sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnul Mubarak,
نَحْنُ إِلَى قَلِيلٍ مِنَ الْأَدَبِ أَحْوَجُ مِنَّا إِلَى كَثِيرٍ مِنَ الْعِلْمِ
“Sedikit adab lebih kami butuhkan daripada banyaknya ilmu.” ([7])
Hal ini dikarenakan ilmu tanpa adab bagaikan pohon tanpa buah, dan surah ini mengajarkan adab-adab, adab kepada Allah subhanahu wa ta’ala, adab kepada Rasul-Nya, adab kepada sesama kaum mukminin yang fasik maupun shalih, dan adab kepada kaum mukminin yang bertikai atau berperang sebagaimana yang dijelaskan oleh At-Thahir bin ‘Asyur menukilkan perkataan Fakhruddin Ar-Razy tentang tujuan surah ini,
أَنَّ اللَّهَ أَرْشَدَ الْمُؤْمِنِينَ إِلَى مَكَارِمِ الْأَخْلَاقِ، وَهِيَ إِمَّا فِي جَانِبِ اللَّهِ أَوْ جَانب رَسُوله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، أَوْ بِجَانِبِ الْفُسَّاقِ أَوْ بِجَانِبِ الْمُؤْمِنَ الْحَاضِرِ أَوْ بِجَانِبِ الْمُؤْمِنَ الْغَائِبِ
“Sesungguhnya Allah subhanahu wa ta’ala memberikan petunjuk kaum mukminin kepada akhlak-akhlak yang mulia, entah itu kepada Allah subhanahu wa ta’ala, kepada Rasulul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam , kepada orang-orang yang fasik, kepada orang beriman yang ada di hadapannya, ataupun kepada orang beriman yang tidak ada di hadapannya.” ([8])
Dan semua adab-adab ini dibahas dalam surah al-hujurat, dan pembahasan tentang adab-adab ini sangat penting karena kita sekarang ini di zaman teknologi yang semakin canggih dimana setiap orang hampir memiliki telepon genggam yang di dalamnya banyak tontonan sehingga dia melihat bagaimana adab-adab orang-orang non muslim, kebiasaan kehidupan mereka sehari-hari, dan belum lagi tontonan film-film dan yang lainnya sehingga secara tidak langsung kaum muslimin banyak belajar adab-adab dari mereka dan akhirnya mereka melupakan adab-adab kaum muslimin padahal adab-adab Islam luar biasa. Kita dapati sebagian orang terpesona dengan adab-adab non muslim yang ternyata adab tersebut menyimpang dari Al-Quran dan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka kita harus mengenal adab-adab Islam yang sesungguhnya yang semuanya adalah adab-adab yang suci yang diajarkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
_____________
Footnote:
([1]) Lihat: Tafsir Al-Qurthubi 16/300
([2]) Lihat: At-Tahrir wat Tanwir 26/213
([3]) Lihat: At-Tahrir wat Tanwir 26/214
([4]) Lihat: At-Tahrir wat Tanwir 26/213
([5]) Lihat: Ad-Durrul Mantsur fit tafsir bil ma’tsur 7/554 dan Tafsir Al-Alusi 13/291
([6]) HR. Hakim dalam mustadraknya no. 8852, dan dia mengatakan bahwa hadits ini shohih dengan syarat Bukhari dan Muslim.
([7]) Madaarijis Saalikin Bayna Manaazili Iyyaaka Na’budu Wa Iyyaaka Nasta’iin karya Ibnul Qayyim 2/356