33. إِنَّهُۥ كَانَ لَا يُؤْمِنُ بِٱللَّهِ ٱلْعَظِيمِ
innahụ kāna lā yu`minu billāhil-‘aẓīm
33. Sesungguhnya dia dahulu tidak beriman kepada Allah Yang Maha Besar.
Tafsir :
Dalam ayat ini ada dua sebab mengapa mereka disiksa di neraka Jahannam.
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,
إِنَّهُ كَانَ لَا يُؤْمِنُ بِاللَّهِ الْعَظِيمِ، وَلَا يَحُضُّ عَلَىٰ طَعَامِ الْمِسْكِينِ
“Sesungguhnya dialah orang yang tidak beriman kepada Allah Yang Maha Besar. Dan juga dia tidak mendorong (orang lain) untuk memberi makan orang miskin.” (QS. Al-Haqqah : 33-34)
Sebab pertama, dia tidak beriman kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Adapun Sebab kedua dia tidak pernah memotivasi orang lain untuk memberi makan fakir miskin, artinya dia tidak mau berbuat baik kepada orang lain ([1]). Dan tatkala Allah Subhanahu wa ta’ala menyebutkan sifat ini, menunjukkan bahwa betapa buruknya sifat pelit. Oleh karenanya Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullah ketika menafsirkan ayat ini, beliau mengatakan bahwa sumber kebahagiaan ada dua. Pertama, ikhlas yaitu beriman kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Kedua, ihsan (berbuat baik) kepada orang lain ([2]). Oleh karenanya jika kita ingin bahagia, hendaknya mengumpulkan dua sifat ini, yaitu ikhlas dan berbuat baik kepada orang lain. jika seseorang bisa mengumpulkan dua perkara ini, maka dia akan menjadi orang yang paling bahagia. Sebesar apa keikhlasan dan bantuannya kepada orang lain, maka sebesar itu pula kebahagiaan yang akan dia dapatkan dari Allah Subhanahu wa ta’ala.
Akan tetapi dalam ayat ini Allah Subhanahu wa ta’ala menyebutkan bahwa dua perkara tersebut telah hilang darinya. Dia tidak beriman kepada Allah Subhanahu wa ta’ala dan dia pelit untuk membantu orang lain.
Pada ayat ini Allah menyebutkan shifatNya الْعَظِيمِ (Yang Maha Agung) untuk penekanan, bahwa orang-orang kafir itu ingkar terhadap Dzat yang Agung yang melazimkan adzabNya itu sangatlah pedih. Dan sebagian ulama mengatakan: untuk penekanan bahwa mereka telah ingkar kepada Dzat yang maha agung, dan mereka merasa agung (congkak) selama di dunia, maka terimalah balasan yang sangat pedih dari itu semua. ([3])
Di sini Allah mengancam adzab yang pedih kepada orang yang tidak mau mendorong orang yang mampu untuk memberi makan orang-orang yang miskin, lantas bagai mana ancaman orang yang enggan memberi makan orang yang tidak mampu padahal dia memiliki harta yang berlebih?.([4])
______________________
Footnote :
([1]) Lihat: Fathul Qadir 5/340
([2]) Lihat: Tafsir As-Sa’di hal. 883
([3]) Ruh Al Ma’ani, 15/57 dengan sedikit penyesuaian, Fath Al Bayan, 14/298