9. وَجَآءَ فِرْعَوْنُ وَمَن قَبْلَهُۥ وَٱلْمُؤْتَفِكَٰتُ بِٱلْخَاطِئَةِ
wa jā`a fir’aunu wa mang qablahụ wal-mu`tafikātu bil-khāṭi`ah
9. Dan telah datang Fir’aun dan orang-orang yang sebelumnya dan (penduduk) negeri-negeri yang dijungkir balikkan karena kesalahan yang besar.
Tafsir :
Setelah Allah Subhanahu wa ta’ala bercerita tentang kaum ‘Ad dan kaum Tsamud, Allah Subhanahu wa ta’ala kemudian bercerita tentang Fir’aun. Allah berfirman وَجَاءَ فِرْعَوْنُ “Dan datang Fir’aun”. Tentu yang diadzab bukan hanya Fir’aun saja, dan tentu bukan hanya Fir’aun saja yang membangkang, akan tetapi seluruh pengikutnya juga ikut membangkang. Hanya saja Allah menyandarkan kesalahan kepada Fir’aun pada ayat ini karena dialah biang keroknya, dia yang mengajak orang-orang Qibth untuk menyembahnya dan menyiksa orang yang enggan. Dan orang-orang Qibthpun terkena adzab karena mereka memenuhi seruannya dan mendustakan nabi Musa.([1])
Dalam sebagian qira’ah kalimat وَمَن قَبْلَهُ dibaca dengan وَمَن قِبَلَهُ yang artinya adalah Fir’aun dan bala tentaranya yang banyak ([2]). Sehingga ayat di sini memberi pengertian bahwa bukan hanya Fir’aun yang dibinasakan, akan tetapi pasukannya juga ikut binasa bersamanya.
Kata الْمُؤْتَفِكَاتُ (negeri yang dijungkirbalikkan) maksudnya adalah kaum Nabi Luth ‘alaihissalam. Disebutkan bahwa kaum Nabi Luth ‘alaihissalam terdiri atas beberapa suku, sehingga Allah Subhanahu wa ta’ala menggunakan kata jamak (الْمُؤْتَفِكَاتُ) yang berarti suku-suku yang dibalik oleh Allah Subhanahu wa ta’ala. Allah menggunakan kata jamak karena kaum Nabi Luth terdiri atas beberapa suku. Disebut sebagai الْمُؤْتَفِكَاتُ (yang dijungkir balikan), karena mereka adalah kaum yang diazab dengan cara negerinya diangkat ke langit lalu dibalik dan dijatuhkan ke bumi seraya dilempari batu([3]). Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa ta’ala,
فَجَعَلْنَا عَالِيَهَا سَافِلَهَا وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهِمْ حِجَارَةً مِّن سِجِّيلٍ
“Maka Kami jungkirbalikkan (negeri itu) dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang keras.” (QS. Al-Hijr : 74)
Balasan ini sesuai dengan perbuatan mereka, yaitu karena mereka telah membalikkan fitrah mereka. Asalnya fitrah laki-laki menyukai perempuan, tetapi mereka merusak fitrah mereka sehingga menjadi laki-laki suka kepada laki-laki juga ([4]). Wal ‘iyadzu billah, tentu ini adalah perbuatan yang sangat keji dan di luar normal.
_______________________
Footnote :
([1]) Lihat : At-Tahrir Wa At-Tanwir, 29/120
([2]) Lihat: Tafsir Al-Qurthubi 18/261-262