39. كَلَّآ ۖ إِنَّا خَلَقْنَٰهُم مِّمَّا يَعْلَمُونَ
kallā, innā khalaqnāhum mimmā ya’lamụn
39. sekali-kali tidak! Sesungguhnya Kami ciptakan mereka dari apa yang mereka ketahui (air mani).
Tafsir :
Adapun firman Allah Subhanahu wa ta’ala,
إِنَّا خَلَقْنَاهُم مِّمَّا يَعْلَمُونَ
“Sesungguhnya Kami ciptakan mereka dari apa yang mereka ketahui.”
Artinya adalah mereka telah mengetahui bahwasanya mereka itu diciptakan dari air mani yang hina. Sehingga seakan-akan Allah mengatakan, “Mengapa kalian sombong dan berpaling, sementara kalian tahu bahwa asal kalian dari air yang hina”.
Al-Qurthubi dalam tafsirnya membawakan sebuah riwayat dari seorang tabi’in bernama Mutharrif bin Abdillah bin Syikhkhir, bahwasanya dia melihat seorang bernama Muhallab bin Abi Sufrah berjalan dengan jubah dari kain sutra yang indah dan rida’ (selendang atasan) yang halus, lalu Mutharrif menegurnya dan berkata,
يَا عَبْدَ اللَّهِ، مَا هَذِهِ الْمِشْيَةْ الَّتِي يُبْغِضَهَا الله؟ فقال له: أَتَعْرِفُنِي؟ قال: نَعَم، أَوَّلُكَ نُطْفَةٌ مَذِرَةٌ وَآخِرُكَ جِيفَةُ قَذِرَةٌ، وَأَنْتَ فِيمَا بَيْنَ ذَلِكَ تَحْمِلُ الْعَذِرَةَ. فَمَضَى الْمُهَلَّبُ وَتَرَكَ مِشْيَتَهُ
“Wahai Abdullah, mengapa engkau berjalan dengan jalan yang dibenci oleh Allah?” Muhallab berkata, ‘Apakah engkau mengenalku?’. Mutharrif berkata, ‘Tentu, engkau adalah yang berasal dari air mani yang hina, setelah meninggal menjadi bangkai yang busuk, dan sekarang engkau berada di antaranya membawa kotoran di dalam perutmu’. Akhirnya Al-Muhallab sadar dan tidak berjalan dengan jalan yang sombong lagi.”(([1]))
Dan Mahmud Al-Warraq berkata dalam syairnya terkait masalah ini,
عَجِبْتُ مِنْ مُعْجَبٍ بِصُورَتِهِ … وَكَانَ فِي الْأَصْلِ نُطْفَةً مَذِرَهْ
Aku heran dengan orang yang kagum dengan dirinya, padahal dia berasal dari air mani yang hina
وَهُوَ غَدًا بَعْدَ حُسْنِ صُورَتِهِ … يَصِيرُ فِي اللَّحْدِ جِيفَةً قَذِرَهْ
Dan besok setelah perangainya yang baik itu, pada akhirnya dia akan masuk ke liang lahad menjadi bangkai yang busuk
وَهُوَ عَلَى تِيهِهِ وَنَخْوَتِهِ … مَا بَيْنَ ثَوْبَيْهِ يَحْمِلُ الْعَذِرَهْ
Sekarang dia tersesat sementara di dalam jubahnya dia membawa kotoran yang bau. ([2])
Dan Allah azza wa jalla menyebutkan asal penciptaan mereka: untuk merendahkan kedudukan mereka, serta untuk menampakkan keagungan dan kekuasaan Allah azza wa jalla, sebagai permulaan (muqoddimah) untuk menekankan kandungan ayat-ayat setelahnya, dimana Allah pada ayat-ayat selanjutnya menjelaskan bahwa Allah azza wa jalla mampu untuk membinasakan mereka karena kekufuran dan penghinaan mereka terhadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan Allah azza wa jalla mampu untuk menggantikan mereka dengan kaum yang lebih baik dari mereka. Dan menampakkan keperkasaan dan kekuatan Allah azza wa jalla dengan menyebutkan awal penciptaan mereka adalah bukti yang sangat nyata akan hal itu. ([3])
_____________________
Footnote :
([1]) Tafsir Al-Qurthubi 18/294-295.