4. أَوْ زِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ ٱلْقُرْءَانَ تَرْتِيلًا
au zid ‘alaihi wa rattilil-qur`āna tartīlā
4. atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan.
Tafsir :
Membaca Alquran dengan tartil bisa memberikan faedah yang sangat besar, di antaranya adalah bisa membuat seseorang derajatnya naik di akhirat kelak. Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
يُقَالُ لِصَاحِبِ الْقُرْآنِ: اقْرَأْ، وَارْتَقِ، وَرَتِّلْ كَمَا كُنْتَ تُرَتِّلُ فِي الدُّنْيَا، فَإِنَّ مَنْزِلَكَ عِنْدَ آخِرِ آيَةٍ تَقْرَؤُهَا
“Dikatakan kepada Shahibul Quran: ‘Bacalah, dan naiklah, serta bacalah dengan tartil (jangan terburu-buru), sebagaimana engkau membaca dengan tartil di dunia, sesungguhnya tempatmu adalah pada akhir ayat yang engkau baca’.”([1])
Tidak ada dalil yang menunjukkan bahwa seseorang harus menghafalkan Alquran untuk bisa mendapatkan keutamaan tersebut, akan tetapi ketika disebutkan Shahibul Quran, maka ini menunjukkan bahwa orang tersebut senantiasa membaca Alquran. Namun tentu tidak diragukan orang yang hafal al-Qur’an tentu akan selalu mengulang-ngulangi bacaannya untuk menjaga hafalannya.
Apa yang dimaksud dengan tartil? Kalau kita membaca penafsiran para salaf, maka tartil akan kembali kepada makna yang paling utama yaitu membaca dengan perlahan dan dengan tadabur([2]). Adapun membaca perlahan itu sudah pasti akan memudahkan seseorang untuk menadaburi. Hasan Al-Bashri meriwayatkan bahwa Rasulullah ﷺ pernah melewati seorang laki-laki yang sedang membaca suatu ayat, kemudian orang tersebut menangis. Maka Rasulullah ﷺ berkata kepadanya,
أَلَم تَسْمَعُوا إِلَى قَوْلِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ: وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلًا هَذَا التَّرْتِيلُ
“Apakah Kalian belum mendengar firman Allah ﷻ : “Dan bacalah Al-Qur’an dengan tartil” ?, inilah yang namanya tartil”([3])
Demikian pula Ad-Dahhak berkata,
إِقْرَأْ حَرْفًا
“Bacalah huruf demi huruf (pelan-pelan).”([4])
Mujahid juga berkata,
أَحَبُّ النَّاسِ فِي الْقِرَاءَةِ إِلَى اللهِ أَعْقَلُهُمْ عَنْهُ
“Orang yang paling dicintai oleh Allah dalam membaca Alquran adalah yang paling mengerti apa yang dibaca”([5]).
Ini menunjukkan bahwa makna tartil kembali kepada tadabur. Dan di antara sarana agar seseorang bisa tadabur adalah membaca dengan pelan-pelan.
Oleh karenanya Ibnu Katsir rahimahullah dalam tafsrinya tatkala menyebutkan tartil, beliau membawakan dua makna yaitu memahami maknanya dan dibaca dengan tajwid yang indah([6]), sehingga jika digabungkan keduanya maka itulah yang disebut sebagai tartil dan Ibnu Katsir rahimahullah membawakan beberapa dalil sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam di antaranya,
زَيِّنوا الْقُرْآنَ بِأَصْوَاتِكُمْ
“Hiasilah Al Qur`an dengan suara kalian.”([7])
لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يَتَغَنَّ بِالْقُرْآنِ
“Bukan termasuk golongan kami orang yang tidak melagukan bacaan Alquran.”([8])
Dan tatkala Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mendengar bacaan Abu Al-Hasan Al-Asy’ari radhiallahu ‘anhu, maka beliau berkata,
لَقَدْ أُوتِيَ هذا مِزْمَاٌر مِنْ مَزَامِيرِ آلِ دَاوُدَ
“Sesungguhnya orang ini telah dianugerahi suara yang indah seperti suara keluarga Daud.”([9])
Maka agar seseorang bisa membaca Alquran dengan tartil, maka dia berusaha untuk membaca dengan pelan dan suara yang indah yang disertai dengan tajwid dan tadabur. Dan orang yang membaca dengan tartillah yang akan menaikkan dirinya derajat demi derajat. Dan bukanlah tartil itu yang membaca dengan cepat untuk memenuhi target tertentu. Karena sebagaimana perkataan Fudhail bin ‘Iyadh,
إِنَّمَا نَزَلَ الْقُرْآنُ لِيُعْمَلَ بِهِ فَاتَّخَذَ النَّاسُ قِرَاءَتَهُ عَمَلًا
“Sesungguhnya Alquran diturunkan untuk diamalkan, akan tetapi manusia menjadikan membacanya sebagai amalannya.”([10])
Maka untuk bisa mengamalkan, maka harus dibaca terlebih dahulu, kemudian memahami, lalu bisa mengamalkan. Oleh karenanya tadabur adalah perpaduan antara bacaan dan memahami. Setelah seseorang sudah sampai pada derajat tadabur, setelah itu baru bisa mengamalkan apa yang dia baca. Maka sembari kita semangat membaca Alquran, maka jangan lupa kita sisihkan waktu untuk membaca tafsir, karena itu akan membantu kita agar bisa khusyuk dalam shalat.
Ayat ini juga menjadi dalil akan keutamaan membaca Alquran di malam hari, terutama dalam shalat.
_______________________
Footnote :
([2]) Lihat Tafsir ibnu katsir (8/250), Tafsir Al-Qurthuby (19/37).
([3]) Diriwayatkan oleh Ibnul Mubarok dalam Az-zuhdu no.1199 dan Ibnu Abi syaibah (14/11) dengan lafadz : “Bahwasanya seorang sahabat Nabi ﷺ pernah mendengar seseorang membaca Al-Qur’an…”
([4]) ‘Umdatul Qaari’ Syarah Shahih Al-Bukhari (7/189).
([5]) Tafsir Al-Qurthuby (19/37).
([6]) Tafsir Ibnu Katsir (8/250)