3. أَيَحْسَبُ ٱلْإِنسَٰنُ أَلَّن نَّجْمَعَ عِظَامَهُۥ
a yaḥsabul-insānu allan najma’a ‘iẓāmah
3. Apakah manusia mengira, bahwa Kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang belulangnya?
Tafsir :
Pada ayat ini, Allah Subhanahu wa ta’ala kemudian membantah perkataan orang-orang musyrikin yang mengatakan bahwa bagaimana Allah Subhanahu wa ta’ala bisa membangkitkan mereka, sedangkan mereka telah menjadi tulang belulang([1]). Mereka mengatakan,
مَنْ يُحْيِ الْعِظَامَ وَهِيَ رَمِيمٌ
“Siapakah yang dapat menghidupkan tulang-belulang, yang telah hancur luluh?” (QS. Yasin : 78)
Orang-orang musyrikin dahulu beriman dengan adanya Allah Subhanahu wa ta’ala, akan tetapi mereka tidak beriman dengan hari kiamat([2]). Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,
زَعَمَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنْ لَنْ يُبْعَثُوا
“Orang-orang yang kafir mengira, bahwa mereka tidak akan dibangkitkan.” (QS. At-Taghabun : 7)
Sebagian ulama menjelaskan tentang mengapa orang-orang musyrikin tidak mau meyakini hari kebangkitan. Mereka membawakan firman Allah Subhanahu wa ta’ala,
وَقَالَ الَّذِينَ لَا يَرْجُونَ لِقَاءَنَا لَوْلَا أُنْزِلَ عَلَيْنَا الْمَلَائِكَةُ أَوْ نَرَى رَبَّنَا لَقَدِ اسْتَكْبَرُوا فِي أَنْفُسِهِمْ وَعَتَوْا عُتُوًّا كَبِيرًا
“Dan orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan Kami (di akhirat) berkata, “Mengapa bukan para malaikat yang diturunkan kepada kita atau (mengapa) kita (tidak) melihat Tuhan kita?” Sungguh, mereka telah menyombongkan diri mereka dan benar-benar telah melampaui batas (dalam melakukan kezaliman).” (QS. Al-Furqan : 21)
Alasannya adalah karena orang-orang musyrikin tidak mau bertemu dengan Allah Subhanahu wa ta’ala. Mereka tidak berharap dihisab, dan bahkan mereka tidak berharap untuk dibangkitkan. Dari sini sebagian ulama mengatakan bahwa akidah berkaitan dengan syahwat (hawa nafsu), sehingga hawa nafsu bisa membuat seseorang berkeyakinan terhadap sesuatu([3]). Dan kita ketahui bahwa orang-orang musyrikin suka bermaksiat, sehingga jika mereka yakin dengan adanya hari akhir maka mereka akan gelisah dalam hidup mereka. Oleh karenanya para ulama juga menyebutkan bahwa di antara sebab timbulnya Atheis adalah karena mereka ingin bebas dalam bermaksiat. Kalau mereka yakin akan adanya hari kebangkitan, maka mereka akan merasa terbelenggu, sedangkan mereka tidak mau terbelenggu dengan aturan-aturan. Maka untuk lepas dari belenggu tersebut, mereka mengingkari adanya Tuhan. Sehingga mereka bisa bermaksiat dengan bebas, dan akhirnya syahwat mereka membentuk sebuah akidah yaitu Tuhan tidak ada.
Demikian pula orang-orang musyrikin dahulu, mereka ingin berpuas-puas dalam kemaksiatan dan kesyirikan yang mereka lakukan, sehingga mereka mengatakan tidak ada hari kiamat. Oleh karenanya mereka mempertanyakan tentang bagaimana bisa Allah Subhanahu wa ta’ala membangkitkan mereka sementara mereka telah menjadi tulang belulang([4]). Maka dalam ayat ini Allah Subhanahu wa ta’ala membantah pendapat orang-orang musyrikin dengan berkata,
أَيَحْسَبُ الْإِنْسَانُ أَلَّنْ نَجْمَعَ عِظَامَهُ، بَلَى قَادِرِينَ عَلَى أَنْ نُسَوِّيَ بَنَانَهُ،
“Apakah manusia mengira bahwa Kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang-belulangnya? (Bahkan) Kami mampu menyusun (kembali) jari-jemarinya dengan sempurna.”
Di dalam ayat ini Allah Subhanahu wa ta’ala membantah bahwa bukan hanya tulang mereka yang bisa Allah kumpulkan, akan tetapi jari-jemari mereka pun mampu untuk Allah Subhanahu wa ta’ala kumpulkan. Sebagian ahli tafsir mengatakan bahwa alasan Allah menggunakan penyebutan jari-jari karena jika tulang manusia disusun kembali, maka yang terakhir biasanya adalah bagian ujung yang di antaranya adalah jari-jari. Sehingga jika jari-jari telah dikumpulkan, maka tulang yang lain pun pasti telah dikumpulkan. Artinya sangat mudah bagi Allah Subhanahu wa ta’ala untuk mengembalikan tulang belulang mereka, meskipun tulang tersebut telah hancur lebur bersatu dengan tanah, karena Allah Subhanahu wa ta’ala jika menghendaki sesuatu tinggal berkata “Kun” maka akan terjadi. ([5])
________________________________
Footnote :
([1]) Tafsir Al-Qurthubiy 19/93 dan Tafsir As-Sa’diy hal:898.
([2]) Tafsir Al-Qurthubiy 19/95.
([3]) Lihat: Tafsir Al-Lubab 19/550.
([4]) Tafsir Ibnu ‘Athiyyah 5/402.
([5]) Lihat: Al-Kassyaf Li Az-Zamakhsyariy 4/659 dan Tafsir Al-Baghawiy 8/281.
Ibnu Qutaibah dan Az-Zajjaj berkata:
فَمَنْ قَدَرَ عَلَى جَمْعِ صِغَارِ الْعِظَامِ فَهُوَ عَلَى جَمْعِ كِبَارِهَا أَقْدَرُ
Dialah Allah, Yang mampu untuk mengumpulkan tulang yang hancur lebur, maka sangat mudah baginya untuk mengembalikan tulang -belulang manusia.( Tafsir Al-Baghawiy 8/281)