27. إِنَّ هَٰٓؤُلَآءِ يُحِبُّونَ ٱلْعَاجِلَةَ وَيَذَرُونَ وَرَآءَهُمْ يَوْمًا ثَقِيلًا
inna hā`ulā`i yuḥibbụnal-‘ājilata wa yażarụna warā`ahum yauman ṡaqīlā
27. Sesungguhnya mereka (orang kafir) menyukai kehidupan dunia dan mereka tidak memperdulikan kesudahan mereka, pada hari yang berat (hari akhirat).
Tafsir :
Orang-orang kafir itu tidak peduli dengan hari kiamat. Bagaimana mereka mau peduli? Sedangkan mereka tidak beriman dengan hari kebangkitan. Dan yang mereka inginkan hanyalah kenikmatan yang ada di depan mata, sedangkan kenikmatan yang ada di depan mata itu sangat tidak ada nilainya jika dibandingkan dengan nikmat akhirat. Lihatlah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,
رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا
“Dua rakaat fajar itu lebih baik (pahalanya) daripada dunia dan seisinya.”([1])
Maka kenikmatan yang disegerakan di dunia ini tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan kenikmatan di surga, bahkan tidak ada nilainya sama sekali. Sementara orang-orang kafir ingin kenikmatan yang bisa mereka lihat langsung namun mereka juga tidak dapati, sehingga mereka mengabaikan hari kebangkitan.
Seseorang boleh saja menikmati dunia, akan tetapi jangan sampai melupakan akhirat. Oleh karenanya orang-orang saleh menasihati Qarun. Mereka berkata dalam firman Allah Subhanahu wa ta’ala,
وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ
“Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan.” (QS. Al-Qashash : 77)
Ayat ini menunjukkan bahwa akhirat itu lebih utama, namun dunia tetap diperlukan. Dan ayat ini tidak menunjukkan keseimbangan antara dunia dan akhirat, melainkan Allah Subhanahu wa ta’ala menitik beratkan pada mencari untuk kehidupan akhirat. Karena banyak orang yang menafsirkan bahwa dunia dan akhirat itu harus seimbang, padahal tidak demikian. Dan tidaklah kita mengambil dunia hanya untuk mempersiapkan kehidupan akhirat.
Adapun orang kafir meninggalkan kehidupan akhirat, padahal hari kiamat adalah yang sangat berat bagi semua orang.
_________________________________
Footnote :