Asbabun Nuzul Surat Al-Qiyamah
Al-Qiyamah diambil dari makna يَوْمِ الْقِيَامَةِ (Hari kiamat). Surah Al-Qiyamah ini termasuk dalam surah Makkiyah([1]). Sebagaimana kita ketahui bahwa surah Makkiyah adalah surah yang nuansanya berbicara tentang orang-orang musyrikin Arab yang mereka mengingkari hari kiamat, hari kebangkitan, dan mengingkari kenabian Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka nuansa surah ini adalah bercerita tentang orang-orang musyrikin yang mengingkari hari kiamat, yaitu Abu Jahal, Abu Lahab, Al-Walid Ibnul Mughirah, dan tokoh-tokoh kaum musyrikin lainnya.
Al-Qiyamah adalah salah satu dari nama-nama hari kiamat. Karena sebagaimana kita ketahui hari kiamat memiliki banyak nama dan masing-masing nama tersebut memiliki makna tersendiri. Di antaranya adalah السَّاعَةُ As-Sa’ah([2]) yang artinya waktu. Maksudnya adalah hari kiamat akan datang secara tiba-tiba dan tidak disadari. Di antaranya juga Ash-Shakhkhah([3]), yaitu hari yang berkaitan dengan suara kencang yang memekakkan, oleh karenanya Allah Subhanahu wa ta’ala mengatakan,
فَإِذَا جَاءَتِ الصَّاخَّةُ
“Maka apabila datang suara yang memekakkan (tiupan sangkakala yang kedua).” (QS. ‘Abasa: 33)
Hari kiamat disebut juga dengan Ath-Thaammah yang berarti malapetaka yang meliputi segalanya dan tidak ada orang yang mampu menghindar dari malapetaka tersebut([4]). Di antaranya juga hari kiamat namanya adalah Al-Qari’ah([5]), yang artinya adalah sesuatu yang mengetuk dengan keras sehingga mengagetkan orang-orang yang mendengarnya dan membuat mereka ketakutan. Di antaranya pula hari kiamat disebut dengan Yaum Ad-Din([6]) yang berarti hari pembalasan. Intinya nama-nama hari kiamat itu banyak, dan di antara nama-namanya adalah Al-Qiyamah.
Al-Qiyamah diambil dari kata قام – يقوم – قياما yang artinya berdiri. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa ta’ala,
يَوْمَ يَقُومُ النَّاسُ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ
“(yaitu) pada hari (ketika) semua orang bangkit (berdiri) menghadap Tuhan seluruh alam.” (QS. Al-Muthaffifin : 6)
Kita semua akan dikumpulkan pada hari kiamat kelak di padang mahsyar. Ketika manusia dibangkitkan dari kuburnya([7]), manusia akan seperti belalang yang beterbangan([8]). Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa ta’ala,
خُشَّعًا أَبْصَارُهُمْ يَخْرُجُونَ مِنَ الْأَجْدَاثِ كَأَنَّهُمْ جَرَادٌ مُنْتَشِرٌ
“Pandangan mereka tertunduk, ketika mereka keluar dari kuburan, seakan-akan mereka belalang yang beterbangan.” (QS. Al-Qamar : 7)
Maka ketika berkumpul di padang mahsyar, seluruh manusia berdiri menunggu kedatangan Allah Subhanahu wa ta’ala. Bahkan sebagian para ulama mengatakan bahwa tidak ada satu pun orang yang duduk apalagi berbaring. Maka disebut sebagai Yaumul Qiyamah karena pada hari itu orang-orang akan berdiri dengan waktu yang sangat lama, di mana satu hari pada waktu itu seperti lima puluh ribu tahun([9]) sementara matahari diturunkan dengan jarak satu mil dari kepala. Itulah mengapa disebut sebagai Al-Qiyamah.
Adapun bagi orang-orang kafir, hari kiamat akan menjadi hari yang sangat berat bagi mereka. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,
فَذَلِكَ يَوْمَئِذٍ يَوْمٌ عَسِيرٌ، عَلَى الْكَافِرِينَ غَيْرُ يَسِيرٍ
“Maka itulah hari yang serba sulit, bagi orang-orang kafir tidak mudah.” (QS. Al-Muddatstsir : 9-10)
Mahfum mukhalaf dari ayat ini, meskipun kelak akan ada kesulitan, namun bagi orang-orang beriman akan ada keringanan bagi mereka([10]). Oleh karenanya para ulama sering berwasiat bahwa barangsiapa yang ingin merasa ringan berdiri pada hari kiamat, maka hendaknya dia banyak berdiri di hadapan Allah Subhanahu wa ta’ala di dunia (banyak melakukan shalat).
Quran Surat al-Qiyamah
1. لَآ أُقْسِمُ بِيَوْمِ ٱلْقِيَٰمَةِ
lā uqsimu biyaumil-qiyāmah
1. Aku bersumpah demi hari kiamat,
2. وَلَآ أُقْسِمُ بِٱلنَّفْسِ ٱللَّوَّامَةِ
wa lā uqsimu bin-nafsil-lawwāmah
2. dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri).
3. أَيَحْسَبُ ٱلْإِنسَٰنُ أَلَّن نَّجْمَعَ عِظَامَهُۥ
a yaḥsabul-insānu allan najma’a ‘iẓāmah
3. Apakah manusia mengira, bahwa Kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang belulangnya?
4. بَلَىٰ قَٰدِرِينَ عَلَىٰٓ أَن نُّسَوِّىَ بَنَانَهُۥ
balā qādirīna ‘alā an nusawwiya banānah
4. Bukan demikian, sebenarnya Kami kuasa menyusun (kembali) jari jemarinya dengan sempurna.
5. بَلْ يُرِيدُ ٱلْإِنسَٰنُ لِيَفْجُرَ أَمَامَهُۥ
bal yurīdul-insānu liyafjura amāmah
5. Bahkan manusia itu hendak membuat maksiat terus menerus.
6. يَسْـَٔلُ أَيَّانَ يَوْمُ ٱلْقِيَٰمَةِ
yas`alu ayyāna yaumul-qiyāmah
6. Ia berkata: “Bilakah hari kiamat itu?”
7. فَإِذَا بَرِقَ ٱلْبَصَرُ
fa iżā bariqal-baṣar
7. Maka apabila mata terbelalak (ketakutan),
8. وَخَسَفَ ٱلْقَمَرُ
wa khasafal-qamar
8. dan apabila bulan telah hilang cahayanya,
9. وَجُمِعَ ٱلشَّمْسُ وَٱلْقَمَرُ
wa jumi’asy-syamsu wal-qamar
9. dan matahari dan bulan dikumpulkan,
10. يَقُولُ ٱلْإِنسَٰنُ يَوْمَئِذٍ أَيْنَ ٱلْمَفَرُّ
yaqụlul-insānu yauma`iżin ainal-mafarr
10. pada hari itu manusia berkata: “Ke mana tempat berlari?”
11. كَلَّا لَا وَزَرَ
kallā lā wazar
11. sekali-kali tidak! Tidak ada tempat berlindung!
12. إِلَىٰ رَبِّكَ يَوْمَئِذٍ ٱلْمُسْتَقَرُّ
ilā rabbika yauma`iżinil-mustaqarr
12. Hanya kepada Tuhanmu sajalah pada hari itu tempat kembali.
13. يُنَبَّؤُا۟ ٱلْإِنسَٰنُ يَوْمَئِذٍۭ بِمَا قَدَّمَ وَأَخَّرَ
yunabba`ul-insānu yauma`iżim bimā qaddama wa akhkhar
13. Pada hari itu diberitakan kepada manusia apa yang telah dikerjakannya dan apa yang dilalaikannya.
14. بَلِ ٱلْإِنسَٰنُ عَلَىٰ نَفْسِهِۦ بَصِيرَةٌ
balil-insānu ‘alā nafsihī baṣīrah
14. Bahkan manusia itu menjadi saksi atas dirinya sendiri,
15. وَلَوْ أَلْقَىٰ مَعَاذِيرَهُۥ
walau alqā ma’āżīrah
15. meskipun dia mengemukakan alasan-alasannya.
16. لَا تُحَرِّكْ بِهِۦ لِسَانَكَ لِتَعْجَلَ بِهِۦٓ
lā tuḥarrik bihī lisānaka lita’jala bih
16. Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Quran karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya.
17. إِنَّ عَلَيْنَا جَمْعَهُۥ وَقُرْءَانَهُۥ
inna ‘alainā jam’ahụ wa qur`ānah
17. Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya.
18. فَإِذَا قَرَأْنَٰهُ فَٱتَّبِعْ قُرْءَانَهُۥ
fa iżā qara`nāhu fattabi’ qur`ānah
18. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu.
19. ثُمَّ إِنَّ عَلَيْنَا بَيَانَهُۥ
tsumma inna ‘alainā bayānah
19. Kemudian, sesungguhnya atas tanggungan Kamilah penjelasannya.
20. كَلَّا بَلْ تُحِبُّونَ ٱلْعَاجِلَةَ
kallā bal tuḥibbụnal-‘ājilah
20. Sekali-kali janganlah demikian. Sebenarnya kamu (hai manusia) mencintai kehidupan dunia,
21. وَتَذَرُونَ ٱلْءَاخِرَةَ
wa tażarụnal-ākhirah
21. dan meninggalkan (kehidupan) akhirat.
22. وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ نَّاضِرَةٌ
wujụhuy yauma`iżin nāḍirah
22. Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri.
23. إِلَىٰ رَبِّهَا نَاظِرَةٌ
ilā rabbihā nāẓirah
23. Kepada Tuhannyalah mereka melihat.
24. وَوُجُوهٌ يَوْمَئِذٍۭ بَاسِرَةٌ
wa wujụhuy yauma`iżim bāsirah
24. Dan wajah-wajah (orang kafir) pada hari itu muram,
25. تَظُنُّ أَن يُفْعَلَ بِهَا فَاقِرَةٌ
taẓunnu ay yuf’ala bihā fāqirah
25. mereka yakin bahwa akan ditimpakan kepadanya malapetaka yang amat dahsyat.
26. كَلَّآ إِذَا بَلَغَتِ ٱلتَّرَاقِىَ
kallā iżā balagatit-tarāqī
26. Sekali-kali jangan. Apabila nafas (seseorang) telah (mendesak) sampai ke kerongkongan,
27. وَقِيلَ مَنْ ۜ رَاقٍ
wa qīla man rāq
27. dan dikatakan (kepadanya): “Siapakah yang dapat menyembuhkan?”,
28. وَظَنَّ أَنَّهُ ٱلْفِرَاقُ
wa ẓanna annahul-firāq
28. dan dia yakin bahwa sesungguhnya itulah waktu perpisahan (dengan dunia),
29. وَٱلْتَفَّتِ ٱلسَّاقُ بِٱلسَّاقِ
waltaffatis-sāqu bis-sāq
29. dan bertaut betis (kiri) dan betis (kanan),
30. إِلَىٰ رَبِّكَ يَوْمَئِذٍ ٱلْمَسَاقُ
ilā rabbika yauma`iżinil-masāq
30. kepada Tuhanmulah pada hari itu kamu dihalau.
31. فَلَا صَدَّقَ وَلَا صَلَّىٰ
fa lā ṣaddaqa wa lā ṣallā
31. Dan ia tidak mau membenarkan (Rasul dan Al Quran) dan tidak mau mengerjakan shalat,
32. وَلَٰكِن كَذَّبَ وَتَوَلَّىٰ
wa lāking każżaba wa tawallā
32. tetapi ia mendustakan (Rasul) dam berpaling (dari kebenaran),
33. ثُمَّ ذَهَبَ إِلَىٰٓ أَهْلِهِۦ يَتَمَطَّىٰٓ
tsumma żahaba ilā ahlihī yatamaṭṭā
33. kemudian ia pergi kepada ahlinya dengan berlagak (sombong).
34. أَوْلَىٰ لَكَ فَأَوْلَىٰ
aulā laka fa aulā
34. Kecelakaanlah bagimu (hai orang kafir) dan kecelakaanlah bagimu,
35. ثُمَّ أَوْلَىٰ لَكَ فَأَوْلَىٰٓ
tsumma aulā laka fa aulā
35. kemudian kecelakaanlah bagimu (hai orang kafir) dan kecelakaanlah bagimu.
36. أَيَحْسَبُ ٱلْإِنسَٰنُ أَن يُتْرَكَ سُدًى
a yaḥsabul-insānu ay yutraka sudā
36. Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggung jawaban)?
37. أَلَمْ يَكُ نُطْفَةً مِّن مَّنِىٍّ يُمْنَىٰ
a lam yaku nuṭfatam mim maniyyiy yumnā
37. Bukankah dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim),
38. ثُمَّ كَانَ عَلَقَةً فَخَلَقَ فَسَوَّىٰ
tsumma kāna ‘alaqatan fa khalaqa fa sawwā
38. kemudian mani itu menjadi segumpal darah, lalu Allah menciptakannya, dan menyempurnakannya,
39. فَجَعَلَ مِنْهُ ٱلزَّوْجَيْنِ ٱلذَّكَرَ وَٱلْأُنثَىٰٓ
fa ja’ala min-huz-zaujainiż-żakara wal-unṡā
39. lalu Allah menjadikan daripadanya sepasang: laki-laki dan perempuan.
40. أَلَيْسَ ذَٰلِكَ بِقَٰدِرٍ عَلَىٰٓ أَن يُحْۦِىَ ٱلْمَوْتَىٰ
a laisa żālika biqādirin ‘alā ay yuḥyiyal-mautā
40. Bukankah (Allah yang berbuat) demikian berkuasa (pula) menghidupkan orang mati?
_____________
Footnote:
([1]) Ibnu ‘Athiyyah menyebutkan bahwa surat Al-Qiyamah merupakan Makkiyyah menurut ijma’ ulama tafsir. (Tafsir Ibnu ‘Athiyyah 5/401).
([2]) Lihat: Tafsir Ath-Thabariy 6/412.
([3]) Lihat: Tafsir Ath-Thabariy 24/231.
([4]) Lihat: Tafsir Ath-Thabariy 24/211.
([5]) Lihat: Tafsir Ath-Thabariy 24/573.
([6]) Lihat: Tafsir Ath-Thabariy 1/156.
([7]) Lihat: Ma’aniy Al-Qur’an Li Az-Zajjaj 2/87.
([8]) Lihat: Tafsir Ibnu Katsir 7/476.