2. عَنِ ٱلنَّبَإِ ٱلْعَظِيمِ
‘anin-naba`il-‘aẓīm
2. Tentang berita yang besar,
Tafsir :
An-Naba’ dalam bahasa arab artinya berita, yaitu berita yang penting yang sedang mereka bicarakan. Bahkan Allah Subhanallahu wata’ala sifatkan dalam hal ini dengan الْعَظِيمِ yaitu berita yang besar. Para ahli tafsir masa salaf memiliki 3 pendapat tentang makna firman Allah Subhanallahu wata’ala النَّبَإِ الْعَظِيمِ “tentang berita yang besar”
Apa yang dimaksud dengan berita yang besar ini? Sebagian salaf mengatakan bahwasanya yang dimaksud dengan berita yang besar tersebut adalah al–Qur‘an al-‘Adzim. Ini pendapat sebagian salaf bahwasanya yang mereka perselisihkan dan ingkari adalah Al-Qur’an al-Karim, karena Al-Quran adalah berita yang agung sebagaimana firman Allah:
قُلْ هُوَ نَبَأٌ عَظِيمٌ
Katakanlah: “Berita itu (yaitu al-Qur’an) adalah berita yang besar. (QS Shad : 67)
Mereka berselisih tentang al-Qur’an. Diantara mereka ada yang mengatakan bahwa al-Qur’an adalah sihir, ada pula yang mengatakan sya’ir, dan ada juga yang mengatakan bahwa al-Qur’an itu adalah dongeng-dongeng orang-orang terdahulu.
Sebagian salaf yang lain menyatakan bahwa yang dimaksud dengan النَّبَإِ الْعَظِيمِ adalah kerasulan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Mereka sangat mengingkari kenabian Muhammad. Meskipun mereka mengenal dan menggelari Nabi sebagai al-Amiin (orang yang sangat amanah dan terpercaya), akan tetapi mereka kaget dan tidak menduga bahwa Muhammad akan menyatakan bahwa dirinya adalah utusan Allah.
Pendapat ketiga dari para salaf bahwa yang mereka ingkari dan mereka perdebatkan adalah hari kiamat atau hari kebangkitan setelah kematian. Kaum musyrikin mengingkari bahwa orang yang telah meninggal dunia akan dibangkitkan oleh Allah Subhanallahu wata’ala. Adapun kematian maka kaum musyrikin tidaklah mengingkarinya, karena mereka telah melihat langsung bahwasanya orang hidup akan meninggal. Yang membuat mereka heran adalah bagaimana yang mati bisa dihidupkan kembali? Inilah yang mereka pertanyakan عَنِ النَّبَإِ الْعَظِيمِ yaitu tentang hari kiamat.
Apabila dicermati, konteks ayat yang Allah Subhanallahu wata’ala sebutkan setelah ayat ini berbicara tentang hari kebangkitan. Sehingga pendapat yang lebih kuat dari 3 pendapat ini bahwa yang dimakskud dengan النَّبَإِ الْعَظِيمِ “berita yang besar” adalah berita dahsyat tentang hari kebangkitan pada hari kiamat. Pendapat ketiga ini dipilih oleh Ibnu Jarir At-Thabari (lihat : Tafsir At-Thabari 7/24), al-Baghawi (lihat Tafsir Al-Baghawi 8/309), Ibnu Katsir (lihat Tafsir Ibnu Katsir 8/302), dan Asy-Syaukani (lihat Fathul Qodir). Meskipun sebagian ulama mengkompromikannya dengan menyatakan bahwa yang dimaksud denga النَّبَإِ الْعَظِيمِ adalah Al-Quran al-Karim yang di dalamnya disebutkan tentang adanya hari kebangkitan.