5. فَٱلْمُدَبِّرَٰتِ أَمْرًا
fal-mudabbirāti amrā
5. dan (malaikat-malaikat) yang mengatur urusan (dunia).
Tafsir :
Para ulama menjelaskan bahwasanya malaikat itu sangatlah banyak, mereka menjalankan perintah-perintah Allah subhanAllahu wata’ala. Mereka tidak pernah membangkang atas apa yang Allah perintahkan kepada mereka dan mereka menjalankan apa yang ditugaskan kepada mereka”. Sehingga kita dapati ada malaikat gunung, malaikat laut, malaikat awan, malaikat pencabut nyawa, malaikat peniup sangkakala, malaikat penjaga surga, malaikat penjaga neraka, dan ada malaikat yang tugasnya hanya beribadah dilangit. Sampai-sampai Nabi shAllahu ‘alaihi wassallam menyebutkan bahwa langit penuh sesak karena tidak ada tempat sejengkal pun kecuali ada malaikat yang bersujud. Nabi berkata :
إِنِّي أَرَى مَا لَا تَرَوْنَ، وَأَسْمَعُ مَا لَا تَسْمَعُونَ، أَطَّتِ السَّمَاءُ وَحَقَّ لَهَا أَنْ تَئِطَّ، مَا فِيهَا مَوْضِعُ أَرْبَعِ أَصَابِعَ إِلَّا عَلَيْهِ مَلَكٌ سَاجِدٌ
“Sesungguhnya aku melihat apa yang kalian tidak lihat, dan aku mendengar apa yang kalian tidak mendengarnya. Langit terasa berat dan pantas bagi langit untuk terasa berat. Tidak ada satu tempat seukuran empat jari kecuali ada malaikat yang sujud di atasnya” (HR Ahmad no 21516, At-Tirmidzi no 2312 dan Ibnu Maajah no 4190 dengan sanad yang hasan)
أَطِيْطٌ asalnya adalah suara yang keluar dari rahil (pelana onta yang terbuat dari kayu) tatkala diduduki oleh penunggang onta. Atau suara rintihan onta tatkala dibebani dengan beban yang sangat berat. Maksud dari hadits di atas adalah langit seakan-akan merasa keberatan karena betapa banyaknya malaikat yang menempati langit.
Allah menciptakan malaikat dengan jumlah yang sangat banyak yang mengatur berbagai macam urusan.
Kita meyakini ada malaikat pengatur hujan, dan dia benar-benar mengatur hujan. Apakah boleh bagi kita berdoa kepada malaikat hujan tersebut agar dia menurunkan hujan? Ada malaikat yang mengatur gunung. Apakah jika gunung berapi akan meletus kita boleh meminta kepada malaikat gunung agar menahan letusan gunung berapi tersebut? Bukankah malaikat hujan tersebut yang mengatur hujan? Bukankah malaikat gunung tersebut yang benar-benar mengatur gunung? Tetapi semua itu tidak boleh dilakukan karena para malaikat tersebut tidak memiliki hak otonomi. Demikian juga kita meyakini ada malaikat maut pencabut nyawa, apakah tatkala kita ingin berumur panjang lantas kita meminta kepada malaikat maut agar menunda kedatangannya kepada kita? Mereka para malaikat hanyalah menjalankan perintah Allah subhanAllahu wata’ala. Malaikat pengatur hujan tidak punya hak seutuhnya untuk mengatur hujan, dia hanya menjalankan perintah Allah untuk mengaturnya. Malaikat pengatur gunung tidak punya hak seutuhnya untuk mengatur gunung, dia hanya menjalankan perintah Allah untuk mengaturnya. Demikian juga malaikat pencabut nyawa tidak punya hak sama sekali untuk mencabut nyawa, ia hanya menjalankan tugas yang diberikan oleh Allah.
Barang siapa yang meminta kepada malaikat gunung atau malaikat hujan atau malaikat-malaikat lainnya maka dia telah berbuat kesyirikan. Seharusnya dia minta kepada Allah subhanAllahu wata’ala, Dzat yang telah memerintakan malaikat tersebut. Tidak ada ulama yang membolehkan meminta kepada malaikat gunung atau malaikat hujan. Melainkan semua sepakat bahwasanya meminta kepada malaikat gunung atau malaikat hujan adalah perbuatan kesyirikan. Meskipun malaikat-malaikat tersebut bertanggung jawab dalam mengatur hujan maupun gunung. Lantas bagaimana dengan orang-orang yang meminta pada penghuni kubur yang sedikitpun tidak ada yang bisa diaturnya? Bahkan tidak bisa berbuat apa-apa. Yang tidak bisa mandi tetapi dimandikan, yang tidak bisa memakai baju sendiri tetapi dikafankan, yang sudah tidak bisa shalat tetapi dishalatkan, yang tidak bisa pulang tempat huniannya tetapi dibopong lalu dimasukkan ke dalam kuburannya. Sungguh aneh apabila ada orang yang mamandikan, dia juga yang mengkafankan, dia yang menyalatkan, dia pula yang membawa mayat tersebut ke kuburannya, kemudian dia meminta tolong kepada orang mati tersebut. Sungguh ini telah keluar dari akal sehat. Orang yang meninggal dunia sudah tidak bisa berbuat apa-apa, karenanya para sahabat Nabi shAllahu ‘alaihi wassallam tidak ada yang pergi kekuburan Nabi meminta kepada Nabi atau sekedar berdiskusi dengan Nabi shAllahu ‘alaihi wassallam. Nabi tidak akan keluar dari kuburannya kecuali hari kiamat telah tegak.