16. نَاصِيَةٍ كَاذِبَةٍ خَاطِئَةٍ
naasiyatin kaadzibatin khaathi-atin
“(yaitu) ubun-ubun orang yang mendustakan dan durhaka”
Tafsir Surat Al-‘Alaq Ayat-16
Sebagian ahli tafsir mengatakan bahwa pada ayat disini yang dimaksudkan adalah ubun-ubun itu sendiri yang mendustakan dan durhaka. (Dan ini adalah pendapat Ibnu Katsir dalam tafsirnya 8/423, As-Sa’di dalam tafsirnya hal 930, dan Ibnu al-‘Utsaimin dalam tafsir Juz ‘Amma hal 264). Adapun mayoritas ahli tafsir maka mereka menyebutkan bahwa ubun-ubun yang mendustakan adalah pemilik ubun-ubun itu yang mendustakan, yaitu Abu Jahal dan bukan ubun-ubun itu sendiri. Pendapat pertama yang tidak mentakwilkan ubun-ubun menjadi pemilik ubun-ubun, mereka mengatakan bahwa ubun-ubun itu lah yang akan berdosa karena ubun-ubun itu yang mendustakan. Dan ini dibuktikan dengan penelitian zaman sekarang bahwa bagian ubun-ubun adalah bagian dari otak yang mengatur tentang perangai, sehingga ubun-ubun itu sendirilah yang menjadi sumber mendustakan. Oleh karena itu, Allah menggunakan ungkapan ubun-ubun.