4. وَمَا تَفَرَّقَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلَّا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَتْهُمُ الْبَيِّنَةُ
wamaa tafarraqa alladziina uutuu alkitaaba illaa min ba’di maa jaa-at-humu albayyinatu
“Dan tidaklah terpecah-belah orang-orang Ahli Kitab melainkan setelah datang kepada mereka bukti yang nyata”
Tafsir Surat Al-Bayyinah Ayat-4
Sebelum datangnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam semua yahudi bersepakat untuk menanti Nabi terakhir dan untuk beriman kepadanya, namun tatkala datang الْبَيِّنَةُ “Bukti yang jelas” yaitu Nabi, maka merekapun terpecah, ada diantara mereka yang beriman kepada Nabi dan sebagian mereka kafir kepada Nabi. (lihat Tafsir At-Thobari 24/553)
Allah mengatakan bahwa demikianlah kebiasaan orang-orang terdahulu, sejak datang Taurat mereka sudah terpecah. Sehingga Allah mengatakan:
وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ تَفَرَّقُوا وَاخْتَلَفُوا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْبَيِّنَاتُ ۚ وَأُولَٰئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ
“Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih setelah sampai kepada mereka keterangan yang jelas. Dan mereka itulah orang-orang yang mendapat azab yang berat.” (QS Ali ‘Imran : 105)
Al-Hafidz Ibnu Katsir ketika menafsirkan ayat pada surat Al-Bayyinah ini, beliau membawakan hadits yang masyhur dan dishahihkan oleh banyak ahli hadits. Dimana Nabi bersabda:
اِفْتَرَقَ الْيَهُوْدُ عَلَى إِحْدَى أَوْ ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً، وَتَفَرَّقَتِ النَّصَارَى عَلَى إِحْدَى أَوْ ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً وَتَفْتَرِقُ أُمَّتِيْ عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً.
“Kaum Yahudi telah terpecah menjadi tujuh puluh satu golongan atau tujuh puluh dua golongan, dan kaum Nasrani telah terpecah menjadi tujuh puluh satu atau tujuh puluh dua golongan, dan ummatku akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan.” (HR Abu Dawud no. 4596, Tirmidzi no. 2778)
Dalam riwayat yang lain terdapat tambahan,
قَالُوْا: وَمَنْ هِيَ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِيْ
“(Para sahabat) bertanya, ‘Siapa mereka wahai Rasulullah?’ Beliau menjawab, ‘Apa yang aku dan para Shahabatku berada di atasnya’.” (HR Tirmidzi no. 2641)
Jadi, orang-orang dahulu dari kaum Yahudi telah berpecah-belah meskipun telah datang petunjuk dari Allah.