Nama Nabi Muhammad
(Khutbah Jumat)
Oleh DR. Firanda Andirja, Lc. MA.
Khutbah Pertama
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوبُ إِلَيْهِ، ونعوذُ باللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا، ومِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهُدَى هدى مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عليهِ وَسلَّم، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالةٌ، وَكُلَّ ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ
مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِينَ، أُوْصِيْكُم وَنَفْسِي بِتَقْوَى الله، فَقَد فَازَ الْمُتَّقُوْنَ
Sesungguhnya di antara kewajiban yang diwajibkan oleh syariat kepada kita adalah mengimani Nabi Muhammad ﷺ dan mencintai beliau lebih daripada mencintai orang tua kita, anak-anak kita dan diri kita sendiri. Nabi Muhammad ﷺ bersabda,
لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ، حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ
“Tidaklah beriman salah seorang dari kalian, hingga Aku lebih dicintai dari pada orang tuanya, anaknya dan seluruh manusia.” ([1])
Bahkan, hendaknya seseorang mencintai beliau ﷺ melebihi cintanya terhadap diri sendiri. Suatu hari Umar bin Khatthab radhiallahu ‘anhu bertemu dengan Nabi Muhammad ﷺ dan berkata,
لَأَنْتَ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ إِلَّا مِنْ نَفْسِي، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لاَ، وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْكَ مِنْ نَفْسِكَ، فَقَالَ لَهُ عُمَرُ: فَإِنَّهُ الآنَ، وَاللَّهِ، لَأَنْتَ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ نَفْسِي، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: الآنَ يَا عُمَرُ
“Sesungguhnya engkau yang lebih aku cintai daripada segalanya kecuali diriku sendiri.” Lalu, Nabi Muhammad ﷺ menegur: “Belum (wahai ‘Umar). Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, hingga Aku lebih kau cintai dari pada dirimu sendiri.” Maka, ‘Umar radhiallahu ‘anhu berkata kepada beliau ﷺ, “Sekarang wahai Rasulullah, sungguh engkau lebih aku cintai dari pada diriku sendiri.” ([2])
Wajar, jika seseorang lebih sayang kepada dirinya dari pada kepada orang lain. Namun, Nabi Muhammad ﷺ menegur Umar radhiallahu ‘anhu. Maksudnya adalah hendaknya kita sungguh-sungguh cinta kepada Nabi Muhammad ﷺ. Kita sadar bahwa kita begitu cinta kepada orang tua, anak dan diri kita. Namun, yang wajib adalah mengalahkan semua cinta tersebut atas kecintaan terhadap Nabi Muhammad ﷺ, bahkan beliau harus lebih kita cintai dari pada diri kita sendiri.
Bagaimana cara kita mencintai Nabi Muhammad ﷺ dengan cinta yang sesungguhnya? Para ulama menyebutkan bahwasanya ada dua sebab yang membuat seseorang bisa mencintai orang lain:
Yang pertama, merenungkan tentang jasa orang tersebut
Yang kedua, merenungkan tentang indahnya sifat-sifat orang-orang tersebut. Jika ada orang yang berbuat baik kepada kita, mau tidak mau, maka kita akan cinta kepadanya. Sebagaimana perkataan seorang penyair:
أَحْسِنْ إِلَى النَّاسِ تَسْتَعْبِدْ قُلُوْبَهُمُ
فَطَالَمَا اسْتَعْبَدَ الْإِنْسَانَ إِحْسَانُ
“Berbuat baiklah kepada manusia, niscaya engkau dapat merenggut hati mereka
Dan sungguh kuat kebaikan merenggut hati seseorang.” ([3])
Dari sisi yang pertama ini, kita bisa merenungkan bagaimana jasa nabi Muhammad ﷺ yang luar biasa kepada kita semua di dunia dan terlebih lagi di akhirat. Di dunia, dengan mengenal Nabi Muhammad ﷺ, kita akan merasakan kebahagiaan yang luar biasa. Betapa banyak orang yang berusaha mencari kebahagiaan dengan bersafar, menghamburkan uang yang begitu banyak, dengan berletih-letih dengan waktu yang begitu panjang. Terkadang, mereka mendapatkannya dan terkadang pun mereka tidak mendapatkannya. Akan tetapi, jika seseorang mengenal sunah Nabi Muhammad ﷺ, menjalankan ajaran-ajaran beliau, maka dia pasti akan diberikan kebahagiaan dan ketenangan oleh Allah ﷻ dalam kondisi apa pun. Hatinya akan ditenangkan oleh Allah ﷻ.
Belum lagi dengan kebahagiaan abadi yang akan diraih oleh seseorang yang mengikuti sunah Nabi Muhammad ﷺ, yaitu di surga kelak dengan merasakan kenikmatan yang sempurna. Maka dari itu, jika kita merenungkan jasa Nabi Muhammad ﷺ dari sisi ini, maka akan jauh dengan jasa orang tua kita terhadap kita, atau jasa anak kita terhadap kita suatu hari kelak. Karena jasa yang diberikan oleh Nabi Muhammad ﷺ dan dengan perjuangan beliau sangatlah besar kepada umat ini dan sungguh luar biasa, sehingga kita mampu meraih kebahagiaan di dunia dan di akhirat dengan selamat dari siksa abadi di neraka Jahanam.
Adapun dari sisi yang kedua, jika kita ingin mencintai seseorang, maka kita harus berusaha mengenal sifat-sifatnya. Tak kenal, maka tak sayang. Itulah pepatah yang benar. Maka dari itu, jika kita ingin mencintai Nabi Muhammad ﷺ, maka hendaknya kita mengenali bagaimana sifat-sifat Nabi Muhammad ﷺ. Di antara hal yang bisa membantu seseorang untuk mencintai Nabi Muhammad ﷺ adalah dengan mengenal nama-nama beliau, karena setiap nama Nabi Muhammad ﷺ mengandung sifat.
Nama-nama Nabi Muhammad ﷺ bukanlah الأَسْمَاءُ الْمُجَرَّدَة, nama-nama kosong dari makna. Akan tetapi, nama-nama beliau seluruhnya mengandung makna yang harus kita pahami dan itu merupakan sifat-sifat beliau.
Para ulama mengatakan bahwa jika nama-nama Nabi ﷺ, panggilan-panggilan dan gelar-gelar yang beliau miliki dikumpulkan, maka sangat banyak. Di antaranya apa yang dikatakan oleh Ibnul Qayyim ﷺ bahwa beliau memiliki lebih dari dua ratus nama, dan setiap panggilan dan gelar tersebut mengandung makna yang indah, yang merupakan sifat istimewa yang dimiliki oleh Nabi Muhammad ﷺ. Akan tetapi, sejatinya ada nama-nama khusus yang dijelaskan secara khusus berkaitan dengan nama-nama spesial Nabi Muhammad ﷺ. Di antara nama-nama tersebut, sebagaimana dalam sabda Nabi ﷺ,
لِي خَمْسَةُ أَسْمَاءٍ: أَنَا مُحَمَّدٌ، وَأَحْمَدُ وَأَنَا المَاحِي الَّذِي يَمْحُو اللَّهُ بِي الكُفْرَ، وَأَنَا الحَاشِرُ الَّذِي يُحْشَرُ النَّاسُ عَلَى قَدَمِي، وَأَنَا العَاقِبُ
“Aku memiliki lima nama: Aku adalah Muhammad dan Ahmad. Aku adalah (al-Mahi) Penghapus yang denganku Allah menghapuskan kekufuran. Dan Aku adalah (al-Hasyir) yang manusia dikumpulkan di kakiku. Dan Aku adalah (al-‘Aqib) yang tidak ada nabi setelahku.” ([4])
Itulah di antara lima nama Nabi Muhammad ﷺ, dan masih ada nama-nama lain yang beliau miliki.
Pertama, adalah Muhammad. Allah ﷻ menyebutkan nama Muhammad ﷺ di dalam Al-Qur’an pada empat ayat. Di antaranya adalah firman Allah ﷻ,
﴿وَمَا مُحَمَّدٌ إِلَّا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ﴾
“Dan Muhammad hanyalah seorang Rasul, sebelumnya telah berlalu beberapa rasul.” (QS. Ali Imran: 144)
﴿مَا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِنْ رِجَالِكُمْ وَلَكِنْ رَسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ﴾
“Muhammad itu bukanlah bapak dari seseorang di antara kamu, tetapi dia adalah utusan Allah dan penutup para nabi.” (QS. Al-Ahzab: 40)
﴿مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَماءُ بَيْنَهُمْ﴾
“Muhammad adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia bersikap keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka.” (QS. Al-Fath: 29)
﴿وَآمَنُوا بِما نُزِّلَ عَلى مُحَمَّدٍ وَهُوَ الْحَقُّ مِنْ رَبِّهِمْ﴾
“serta beriman kepada apa yang diturunkan kepada Muhammad; dan itulah kebenaran dari Tuhan mereka.” (QS. Muhammad: 2)
Para ulama mengatakan bahwa -sebagaimana disebutkan di dalam kitab Taurat- Allah ﷻ menamakan Rasulullah ﷺ dengan nama Muhammad. Apa makna dari nama Muhammad? Muhammad adalah nama yang paling berhak untuk dipuji. Di dalam tata bahasa Arab, مُحَمَّدٌ merupakan bentuk wazan isim maf’ul, yang memiliki arti Yang terpuji. Kenapa nabi Muhammad ﷺ adalah orang yang paling terpuji? Karena, beliau memiliki sifat-sifat yang termulia dari seluruh manusia. Beliau adalah سَيِّدُ وَلَدِ آدَم, pemimpin anak Adam pada hari kiamat kelak. Maka dari itu, beliaulah orang yang paling terpuji, karena terkumpul di dalam diri beliau sifat-sifat yang begitu mulia yang tidak terkumpul pada nabi-nabi yang lain, terlebih lagi dari orang-orang lain. Beliau adalah orang yang paling terpuji.
Hendaknya kita melihat, nama Muhammad ﷺ setiap saat dikumandangkan di dalam azan dan tidak pernah berhenti. Allah ﷻ berfirman,
﴿وَرَفَعْنَا لَكَ ذِكْرَكَ﴾
“Dan Kami tinggikan sebutan (nama)mu bagimu.” (QS. Asy-Syarh: 4)
Setiap detik ada orang yang mengumandangkan azan dan setiap saat ada orang yang senantiasa berselawat kepada Nabi ﷺ. Tidak ada yang mampu meraih hal ini, melainkan Nabi Muhammad ﷺ. Beliaulah orang yang paling berhak untuk dipuji di alam semesta ini.
Kedua, adalah Ahmad. Sebagaimana terdapat di dalam Injil, tatkala nabi Isa u berkata,
﴿يَابَنِي إِسْرَائِيلَ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ التَّوْرَاةِ وَمُبَشِّرًا بِرَسُولٍ يَأْتِي مِنْ بَعْدِي اسْمُهُ أَحْمَدُ﴾
“Wahai Bani Israil! Sesungguhnya aku utusan Allah kepadamu, yang membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi kabar gembira dengan seorang Rasul yang akan datang setelahku, yang namanya Ahmad (Muhammad).” (QS. As-Saff: 6)
Apa makna أَحْمَدُ? Menurut pendapat yang terkuat adalah orang yang paling memuji Allah ﷻ. Kenapa beliau disebut dengan Ahmad? Karena beliau adalah أَحْمَدُ النَّاسِ لِرَبِّهِ, beliau adalah orang yang paling memuji Allah ﷻ. Setiap saat Nabi Muhammad ﷺ memuji Allah ﷻ. Beliau adalah orang yang paling kuat ibadahnya kepada Allah ﷻ. Dalam hal apa pun beliau mengucapkan ‘Alhamdulillah ‘ala kulli hal’. Lisannya tidak pernah futur, tidak pernah lemas maupun malas dari memuji Allah ﷻ. Lisan beliau senantiasa basah untuk memuji Rabbul ‘Alamin. Maka, tidak ada seorang pun yang bisa menyaingi Nabi Muhammad ﷺ dalam hal pujian kepada Allah ﷻ. Beliaulah أَحْمَدُ النَّاسِ, orang yang paling memuji Rabbul ‘Alamin, beliaulah Muhammad ﷺ.
Ketiga, Al-Mahi (الَّذِي يَمْحُو اللَّهُ بِي الكُفْرَ) yaitu penghapus yang denganku Allah menghapuskan kekufuran. Benar, karena Nabi Muhammad ﷺ diutus tatkala di zaman puncak kekufuran. Nabi Muhammad ﷺ bersabda,
وَإِنَّ اللهَ نَظَرَ إِلَى أَهْلِ الْأَرْضِ، فَمَقَتَهُمْ عَرَبَهُمْ وَعَجَمَهُمْ، إِلَّا بَقَايَا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ
“Sesungguhnya Allah melihat kepada penghuni bumi, lalu Allah murka terhadap mereka, baik orang-orang arab ataupun selain arab, kecuali segelintir dari kaum ahli kitab.” ([5])
Nabi Muhammad ﷺ menjelaskan bahwa tatkala beliau diutus, Allah ﷻ melihat kepada penghuni bumi. Allah ﷻ murka kepada mereka (orang Arab maupun selain Arab) kecuali hanya segelintir dari Ahli Kitab yang masih beriman. Saat penghuni bumi dalam kegelapan dan puncak kekufuran, maka Allah ﷻ mengutus Nabi Muhammad ﷺ untuk menghapuskan kekufuran tersebut. Maka dari itu, begitu banyak orang yang mengenal Islam dan berbondong-bondong untuk meninggalkan kekufuran menuju Islam dengan jasa Nabi Muhammad ﷺ.
Keempat, adalah Al-Hasyir (الَّذِي يُحْشَرُ النَّاسُ عَلَى قَدَمِي), yaitu Nabi ﷺ yang seakan-akan diutus untuk mengumpulkan manusia di padang mahsyar pada hari kiamat kelak. Karena tidaklah terjadi perkumpulan di padang mahsyar, kecuali setelah Nabi Muhammad ﷺ diutus.
Kelima, adalah Al-‘Aqib. Yaitu nabi yang diutus paling terakhir, sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ,
الَّذِي لَيْسَ بَعْدَهُ نَبِيٌّ
“yang tidak ada nabi setelahnya.” ([6])
Oleh karenanya, sejatinya Rasulullah ﷺ adalah خَاتَمُ الأَنْبِيَاء وَالْمُرْسَلِيْن, penutup semua para nabi dan rasul.
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ اْلمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ وَخَطِيْئَةٍ فَاسْتَغْفِرُوهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah kedua
الْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى إِحْسَانِهِ، وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيقِهِ وَامْتِنَانِه، وَأَشْهَدُ أَن لَا إِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ تَعْظِيمًا لِشَأْنِهِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ الدَّاعِي إِلَى رِضْوَانِهِ، أَللَّهُمَّ صَلِى عَلَيهِ وعَلَ أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَإِخْوَانِهِ
Ma’asyiral Muslimin yang dirahmati Allah ﷻ.
Di sana ada nama-nama nabi yang lain, di mana para ulama mengumpulkannya, baik dari hadis-hadis atau hasil ijtihad mereka dari sifat-sifat Nabi ﷺ yang disebutkan di dalam Al-Qur’an maupun hadis-hadis. Di antara nama Nabi Muhammad ﷺ adalah al-Mutawakkil. Hal ini disebutkan di dalam hadis Shahih Bukhari dari Abdullah bin Amr bin al-‘Ash k, bahwasanya dia membaca Taurat, lalu mendapati di dalamnya Allah ﷻ berfirman,
أَنْتَ عَبْدِي وَرَسُولِي، سَمَّيْتُكَ الْمُتَوَكِّلَ
“Engkau adalah hamba-Ku dan utusan-Ku, Aku menamakan engkau dengan orang yang paling bertawakal.” ([7])
Dialah Rasulullah ﷺ, seorang nabi yang paling bertawakal. Para ulama mengatakan bahwa Nabi Muhammad ﷺ memiliki nama-nama khusus yang tidak dimiliki oleh nabi-nabi yang lain. Seperti Al-Hasyir, Al-‘Aqib, Ahmad ataupun Muhammad. Itulah nama-nama spesial yang dimiliki oleh Nabi Muhammad ﷺ.
Di antaranya ada pula nama-nama yang mengandung sifat yang juga dimiliki oleh nabi-nabi yang lain. Akan tetapi, nama beliau adalah nama yang paling sempurna di antara nama-nama nabi yang lain yang namanya sama dengan Nabi Muhammad ﷺ. Contohnya adalah Al-Mutawakkil. Semua para nabi bertawakal, tetapi tidak ada nabi yang tawakalnya seperti tawakalnya Nabi Muhammad ﷺ. Dalam berbagai guncangan dan cobaan dalam perkara dunia, akhirat ataupun ibadah, beliau senantiasa bertawakal kepada Allah ﷻ. Maka, beliau adalah Sayyidul Mutawakkilin, pemimpin orang-orang yang bertawakal.
Di antara nama Nabi Muhammad ﷺ yang lain adalah Al-Amin ‘yang terpercaya’. Nabi Muhammad ﷺ pernah bersabda,
أَلاَ تَأْمَنُونِي وَأَنَا أَمِينُ مَنْ فِي السَّمَاءِ
“Apakah kalian tidak percaya kepadaku, sedangkan yang ada di langit percaya kepadaku.” ([8])
Dialah Nabi Muhammad ﷺ Al-Amin. Semua yang Allah ﷻ turunkan kepadanya, beliau sampaikan kepada umatnya. Bahkan, ayat-ayat yang menegurnya, beliau sampaikan juga kepada umatnya, seperti surah ‘Abasa dan beberapa ayat lain di dalam Al-Qur’an yang isinya menegur Nabi Muhammad ﷺ. Di antaranya seperti,
﴿يَاأَيُّهَا النَّبِيُّ لِمَ تُحَرِّمُ مَا أَحَلَّ اللَّهُ لَكَ﴾
“Wahai Nabi! Mengapa engkau mengharamkan apa yang dihalalkan Allah bagimu?” (QS. At-Tahrim: 1)
Semuanya Nabi Muhammad ﷺ sampaikan dan tidak ada yang beliau sembunyikan, meskipun hal tersebut perihal teguran tentang dirinya. Karena beliau adalah Al-Amin, orang yang sangat terpercaya.
Di antara nama Nabi Muhammad ﷺ adalah نَبِيُّ الرَّحْمَةِ , yaitu ‘nabi yang mendatangkan rahmat’. Allah ﷻ berfirman,
﴿وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ﴾
“Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.” (QS. Al-Anbiya’: 107)
Dan Nabi Muhammad ﷺ bersabda,
إِنَّمَا أَنَا رَحْمَةٌ مُهْدَاةٌ
“Sesungguhnya Aku adalah rahmat (anugerah dari Allah ﷻ).” ([9])
Sampai ada sebagian ulama yang menulis sebuah buku yang menjelaskan bahwa diri Nabi Muhammad ﷺ adalah rahmat dari Allah ﷻ. Tentunya, pembahasan tentang rahmat Nabi Muhammad ﷺ sangatlah panjang pembahasannya. Namun, beliau adalah Nabiyyur-Rahmah.
Di antara nama Nabi Muhammad ﷺ adalah نَبِيُّ الْمَلْحَمَة, yaitu ‘nabi peperangan’. Kenapa? Para ulama mengatakan karena tidak ada nabi yang diperintahkan untuk berperang seperti jihadnya Nabi Muhammad ﷺ. Seperti yang telah diketahui bahwa di antara nabi-nabi sebelum Nabi Muhammad ﷺ ada yang berjihad dan ada juga yang tidak berjihad. Di antara nabi yang berjihad pun tidak seperti jihadnya Rasulullah ﷺ. Jika kita membaca sirah Nabi Muhammad ﷺ, betapa banyak cobaan dan tantangan yang dihadapi oleh Nabi Muhammad ﷺ. Beliau berperang melawan kaum musyrikin, orang-orang Nasrani, Romawi, Persia dan yang lainnya, dan dilanjutkan oleh sahabat-sahabat beliau. Maka dari itu, beliau disebut dengan Nabiyyul-Malhamah, Nabi yang menegakkan genderang peperangan melawan kekufuran.
Di antara nama Nabi Muhammad ﷺ adalah نَبِيُّ التَّوْبَةِ, yaitu ‘nabi yang membuka pintu tobat’ dengan ijin Allah ﷻ kepada seluruh manusia yang kufur kepada Allah dan bermaksiat kepada Allah ﷻ. Lalu, Nabi Muhammad ﷻ mengabarkan kepada umatnya bahwa Allah ﷻ Maha penerima tobat dari mereka. Adapun di dalam tafsiran yang lain, beliau adalah manusia yang paling banyak bertobat kepada Allah ﷻ. Maka dari itu, disebutkan di dalam hadis bahwa ketika Nabi Muhammad ﷺ di dalam suatu majelis, salah seorang sahabat mendengar Nabi Muhammad ﷺ mengucapkan istigfar sebanyak seratus kali,
رَبِّ اغْفِرْ لِي، وَتُبْ عَلَيَّ، إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
“Wahai Rabb-ku ampunilah aku, terimalah tobatku, sesungguhnya Engkau adalah Maha Penerima tobat dan Maha Pengasih.” ([10])
Tidak ada di antara kita yang seperti Rasulullah ﷺ, sekali di dalam majelis beristighfar sebanyak seratus kali. Maka dari itulah, beliau disebut dengan Nabiyyut-Taubah, nabi yang senantiasa bertobat kepada Allah ﷻ.
Di antara nama nabi adalah الْمُقَفِّي, artinya yang mengikuti nabi-nabi sebelumnya. الْقَفَا artinya adalah leher yang berada di belakang. Jika seseorang sedang berjalan, maka dia akan mengikuti dan melihat leher orang yang ada di depannya. Artinya beliau ﷺ bukanlah nabi yang baru, sebagaimana firman Allah ﷻ,
﴿قُلْ مَا كُنْتُ بِدْعًا مِنَ الرُّسُلِ﴾
“Katakanlah (Muhammad), “Aku bukanlah Rasul yang pertama di antara rasul-rasul.” (QS. Al-Ahqaf: 9)
Apa yang dibawa oleh Rasulullah ﷺ telah diajarkan oleh nabi-nabi sebelumnya, yang semuanya menyeru kepada tauhid dan melawan orang-orang terjerumus di dalam kesyirikan dan penyembahan terhadap Tagut. Maka, Nabi Muhammad ﷺ hanyalah seorang rasul dari rasul-rasul sebelumnya yang telah diutus oleh Allah ﷻ.
Di antara nama-nama Nabi Muhammad ﷺ adalah بَشِيْرًا وَ نَذِيْرًا, artinya ‘Pemberi kabar gembira dan Pemberi peringatan’. Begitu juga dengan مُنِيْرًا, yaitu ‘yang menerangi’ alam semesta yang penuh dengan kegelapan dengan hidayahnya, petunjuknya, dan sunah-sunahnya.
Tentunya masih banyak sifat-sifat Nabi Muhammad ﷺ, dan masih banyak nama-nama beliau ﷺ. Ini merupakan segelintir kecil dari nama-nama Nabi Muhammad ﷺ, yang setiap nama tersebut butuh majelis khusus untuk menjelaskan tentang agungnya masing-masing nama dari nama-nama beliau. Namun, kita selalu berusaha mengenal sebagian agar kita bisa mencintai Rasulullah ﷺ lebih dari pada orang tua kita, anak-anak kita dan bahkan lebih dari diri kita sendiri. Nabi Muhammad ﷺ telah bersabda,
المَرْءُ مَعَ مَنْ أَحَبَّ
“Seseorang akan dikumpulkan (pada hari kiamat) dengan orang yang dia cintai.” ([11])
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتْ
اللَّهُمَّ آتِ نُفُوْسَنَا تَقْوَاهَا وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَا
رَبِّ اغْفِرْ لَنَا مَا قَدَّمْنَا، وَمَا أَخَّرْنَا، وَمَا أَسْرَرْنَا، وَمَا أَعْلَنَّا، وَمَا أَسْرَفْنَا، وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنَّا، أَنْتَ الْمُقَدِّمُ، وَأَنْتَ الْمُؤَخِّرُ، لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Footnote:
___________
([3]) Lihat: Tarikh al-Islam Wa Wafayat al-Masyahir Wa al-I’lam, karya Muhammad bin Ahmad bin ‘Utsman adz-Dzahabi (9/32), dan Thabaqat asy-Syafi’iyah al-Kubra, karya as-Subki (5/295).
([8]) HR. Bukhari No. 4351 dan Muslim No. 1064.
([9]) HR. Al-Hakim No. 100, di sahihkan oleh al-Albani di dalam Shahih al-Jami’ No. 2345.
([10]) HR. Abu Daud No. 1516, dan disahihkan oleh al-Albani.