Hadits 10
Dzikir Laa Haula Wala Quwwata Illa Billah
وَعَنْ أَبِي مُوسَى اَلْأَشْعَرِيِّ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ لِي رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم: يَا عَبْدَ اَللَّهِ بْنَ قَيْسٍ! أَلَّا أَدُلُّكَ عَلَى كَنْزٍ مِنْ كُنُوزِ اَلْجَنَّةِ؟ لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاَللَّهِ. مُتَّفَقٌ عَلَيْه
زَادَ النَّسَائِيُّ: وَلَا مَلْجَأَ مِنَ اللَّهِ إِلَّا إِلَيْهِ
“Abu Musa al-Asy’ari berkata: Rasulullah ﷺ bersabda kepadaku: “Wahai Abdullah Ibnu Qais maukah aku tunjukkan kepadamu satu simpanan dari beberapa simpanan surga? Yaitu (artinya = Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan kehendak Allah)”. ([1])
Nasa’i menambahkan: “(artinya = Tidak ada tempat berlari dari Allah kecuali kepada-Nya)”. ([2])
كَنْزٌ makna asalnya adalah harta beberharaparga yang disimpan. Dan di surga nanti banyak simpanan-simpanan beberharaparga untuk para hamba Allah. di antara simpanan tersebut adalah perkataanلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاَللَّهِ yang sering diistilahkan dengan kalimat hauqalah/haulaqah.
Apa maksud bahwa perkataan ini menjadi simpanan beberharaparga?
Pertama, bisa menjadi sebab masuk ke dalam surga;
Kedua, pahalanya sangat besar yang disimpan oleh Allah untuknya.
Makna لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاَللَّه
حَوْلَmakna asalnya adalah perpindahan atau perubahan. Para ulama mengartikannya dari dua sisi.
Pertama, diartikan secara umum. Maknanya, semua perubahan/perpindahan/gerakan yang terjadi di langit/di bumi/di alam semesta semuanya dengan izin Allah.
Kedua, diartikan secara khusus. Maknanya, tidak ada perubahan dari kemaksiatan kepada ketaatan, dari kesulitan kepada kemudahan, dari malas kepada rajin, dan seterusnya kecuali dengan izin Allah semata. Oleh karena itu, ketika mendengar muadzzin berkata hayya ‘alas shalah dan hayya ‘alal falah kita mengikutinya dengan berkata laa haula wa laa quwwata illa billah. Karena tidak ada yang bisa membuat kita berangkat menuju masjid kecuali dengan izin Allah.
Sedangkan قُوَّةَ yaitu daya atau kekuatan. Maknanya, tidak ada kekuatan apapun untuk bergerak/bertindak/berpindah kecuali dengan izin Allah.
Oleh karena itu, kalimat ini diistilahkan oleh Imam An-Nawawi dengan kalimat istislam wat tafwidh([3]) yaitu kalimat yang mengandung kepasrahan kepada Allah. Dikatakan pula oleh Imam Ibnul Qayyim bahwa kalimat ini sangat bermanfaat ketika kita benar-benar butuh kepada pertolongan Allah. Karenanya disyariatkan membaca doa,
بِسْمِ اللَّهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ
“Bismillahi tawakkaltu ‘alallah, laa haula wa laa quwwata illa billah” (Dengan nama Allah, aku bertawakkal kepada Allah, tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan-Nya)” ([4])
Karena kita tidak tau apa yang akan kita hadapi di tengah aktivitas kita di luar rumah. Bisa jadi ada yang berniat menipu, ada yang berniat merampok, atau dari gangguan-gangguan yang mungkin menimpa, dari kezhaliman penguasa, dan kondisi-kondisi genting lainnya. Akan banyak keajaiban-keajaiban yang akan dia rasakan ketika dia mengucapkannya dengan penuh keyakinan, di samping dia akan mendapatkan kanzun min kunuzil jannah dengan izin Allah.
Kemudian dalam riwayat Imam An-Nasai terdapat tambahan وَلَا مَلْجَأَ مِنَ اللَّهِ إِلَّا إِلَيْهِyaitu tidak ada tempat bersandar/berlindung dari Allah kecuali kepada Allah.
Ucapan ini boleh saja diucapkan dalam kondisi apa saja terutama dalam kondisi-kondisi sulit dan genting. Ketika kita mengucapkannya menunjukkan bahwa kita tidak memiliki apa pun dan tidak sanggup berbuat apa pun melainkan dengan izin Allah. Kalimat ini bisa membuat kita jauh dari ujub, sombong, dan angkuh. Oleh karena itu, Nabi mengajarkan juga kepada kita sebuah doa,
يَا حَيُّ يَا قَيُّومُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيثُ، أَصْلِحْ لِي شَأْنِي كُلَّهُ، وَلَا تَكِلْنِي إِلَى نَفْسِي طَرَفَةَ عَيْنٍ
“Ya hayyu ya qayyum bi rahmatika astaghiits, wa ash-lihlii sya’nii kullahu wa laa takilnii ilaa nafsii tharfata ‘ainin abadan” (artinya: Wahai Rabb Yang Maha Hidup, wahai Rabb Yang Berdiri Sendiri tidak butuh segala sesuatu, dengan rahmat-Mu aku minta pertolongan, perbaikilah segala urusanku dan jangan diserahkan kepadaku sekali pun sekejap mata tanpa mendapat pertolongan dari-Mu selamanya).” ([5])
Footnote:
______________
([1]) HR. Bukhari No. 4205 dan Muslim No. 2704.
([2]) HR. An-Nasai 10118. Namun dengan lafal وَلَا مَنْجَى مِنَ اللهِ إِلَّا إِلَيْهِ
([3]) Lihat: Syarhu An-Nawawi ‘Alaa Muslim 17/26
([4]) HR. Abu Dawud No. 5095 disahihkan oleh Al-Albani
([5]) HR. Hakim dalam Mustadroknya No. 2000, beliau mengatakan hadits ini sahih dengan syarat Bukhari Muslim