Hadits 30
Peringatan Terhadap Sifat Sombong
عَنْ ابْنِ عُمَرَ رضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ تَعَاظَمَ فِيْ نَفْسِهِ واخْتَالَ فِي مَشْيَتِهِ لَقِيَ اللهُ وَهُوَ عَلَيْهِ غَضْبَانُ
Dari sahabat Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah ﷺ bersabda, “Barang siapa yang merasa besar dalam dirinya dan dia sombong dalam cara berjalannya maka dia akan bertemu dengan Allah pada hari kiamat dalam kondisi Allah murka kepadanya.”([1])
Status Hadits
Terkait hadits ini Ibnu hajar mengatakan para perawinya tsiqah (terpercaya) dan hadits ini sahih. Apabila dijumpai penilaian dari para ulama akan ketsiqahan perawi hadits, maka penilaian tersebut tidak serta merta bermakna bahwa hadits tersebut sahih. Karena bisa jadi terdapat ‘illah (penyakit) lain yang dijumpai pada hadits tersebut, seperti dua perawi yang keduanya tsiqah dan mereka sezaman bahkan saling bertemu tapi ternyata yang satu tidak pernah meriwayatkan hadits dari yang lainnya. Atau yang satu meriwayatkan dari yang lain secara umum, akan tetapi untuk hadits tertentu ternyata dia tidak meriwayatkan. Maka dalam kondisi semikian hadits tersebut dihukumi sebagai hadits yang terputus sanadnya.
Adapun untuk hadits ini maka para perawinya tsiqoh dan sanadnyapun bersambung.
Makna Hadits
Hadits ini mengandung celaan terhadap sifat sombong Di mana sombong terbagi menjadi dua yaitu sombong terhadap kebenaran dengan cara menolaknya dan sombong terhadap manusia dengan cara merendahkannya. Sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ,
الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ
“Kesombongan adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia.”([2])
Rasulullah ﷺ mengatakan dalam hadits ini, “Barang siapa yang merasa besar pada dirinya…”. Pada hakikatnya tidak ada yang besar dan agung kecuali Allah ﷻ. Orang bijak berkata, orang yang sombong itu seperti seseorang yang berada di atas gunung, dia melihat semua orang yang ada di bawah gunung tersebut kecil dan dia merasa dirinya paling besar, padahal orang-orang juga melihat dia kecil.
Sesungguhnya yang berhak sombong hanyalah Allah ﷻ. Dalam hadits qudsi Allah ﷻ berfirman,
الْكِبْرِيَاءُ رِدَائِي، وَالْعَظَمَةُ إِزَارِي، مَنْ نَازَعَنِي وَاحِدًا مِنْهُمَا، قَذَفْتُهُ فِي النَّارِ
“Kesombongan adalah selendangku, keagungan adalah sarungku. Barang siapa yang mengusik aku dalam dua hal ini maka aku akan lemparkan dia ke dalam neraka Jahanam.”([3])
Selain kesombongan itu sendiri adalah akhlak yang buruk, kesombongan juga bisa mengakibatkan munculnya akhlak-akhlak buruk yang lain seperti mudah merendahkan orang lain, mudah menghina orang lain, dan seterusnya. Rasulullah ﷺ bersabda,
التَّقْوَى هَاهُنَا – وَ يُشِيرُ إِلَى صَدْرِهِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ – بِحَسْبِ امْرِئٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ
“Takwa itu tempatnya di sini (Rasulullah ﷺ menunjuk dadanya tiga kali). Cukuplah seseorang dianggap jelek ketika dia merendahkan saudaranya sesama muslim.”([4])
Jika dia merasa bahwa dirinya tidak ada apa-apanya, dia akan sungkan dan malu untuk merendahkan orang lain. Namun tatkala dia merendahkan orang lain, itulah indikasi bahwa dia merasa dirinya hebat. Inilah yang dinamakan dengan kesombongan yang mana sangat dibenci oleh Allah ﷻ, tempatnya di neraka Jahanam. Allah ﷻ berfirman,
فَبِئْسَ مَثْوَى الْمُتَكَبِّرِينَ
“Maka (neraka Jahanam) itulah seburuk-buruk tempat tinggal bagi orang-orang yang menyombongkan diri.”([5])
Makhluk yang pertama kali sombong adalah iblis. Dia tidak mau sujud kepada Nabi Adam ‘alaihissalam karena merasa dirinya lebih hebat dari Nabi Adam, dia tercipta dari api sedangkan Adam hanya dari tanah. Allah ﷻ berfirman,
وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ أَبَىٰ وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ
“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam,” maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.”([6])
Oleh karena itu, Allah ﷻ melarang kesombongan dalam segala bentuk, baik dari cara bicara, cara jalan, dan yang lainnya. Allah ﷻ berfirman,
وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.”([7])
Memalingkan wajah ketika orang mengucapkan salam adalah hal yang dilarang karena sikap tersebut adalah bentuk kesombongan. Seakan-akan dia merasa lebih hebat sehingga tidak ingin memandang wajah saudaranya. Demikian pula berjalan dalam keadaan sombong juga merupakan perbuatan yang dilarang oleh Allah ﷻ. Dan semua yang merupakan ciri kesombongan dilarang oleh Allah ﷻ.
Oleh karena itu, hendaknya setiap orang menjauhi sikap sombong. Allah ﷻ berfirman,
وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا ۖ إِنَّكَ لَن تَخْرِقَ الْأَرْضَ وَلَن تَبْلُغَ الْجِبَالَ طُولًا
“Janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung.”([8])
Hendaknya pula diingat bahwa sebab-sebab kesombongan itu ada banyak. Pangkat bisa membuat sombong, jabatan bisa membuat sombong, gelar bisa membuat sombong, begitu pun ilmu juga bisa membuat sombong. Hendaknya seseorang bertakwa kepada Allah ﷻ karena apabila dia meninggal dalam keadaan sombong niscaya dia akan bertemu Allah ﷻ dengan kondisi Allah murka kepadanya. Dan ingatlah hadits Nabi ﷺ,
لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ
“Tidak akan masuk suurga orang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan walaupun sebesar biji zarrah.”([9])
Footnote:
______________
([1]) HR. Hakim 1/128, Ahmad 2/118, Al-Bukhari di Al-Adab al-Mufrod no 549, dan dinilai shahih oleh Al-Haitsami (Lihat Majma’ az-Zawaid 1/98) dan Al-Albani (Lihat Shahih al-Adab al-Mufrod no 549).