Ciri-ciri orang yang meninggal dunia dalam keadaan husnul khotimah
Oleh DR. Firanda Andirja, Lc. MA.
- Mengucapkan syahadatain.
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهُ
“Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak untuk disembah kecuali Allah dan aku bersaksi bahwa nabi Muhammad adalah utusan Allah.”
Selain itu, bisa saja dia mengucapkan kalimat tauhid ‘Laa ilaha illa Allah’. Sebagaimana hadis Mu’adz bin Jabal radhiallahu ‘anhu berkata, Rasulullah ﷺ bersabda,
مَنْ كَانَ آخِرُ كَلَامِهِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ
“Barang siapa yang perkataan terakhirnya adalah la ila ha illallah, maka dia akan masuk ke dalam surga.”([1])
Di antara hal yang menakjubkan adalah penulis mengenal kepada sebagian kerabat beliau. Salah seorang di antara mereka bukanlah orang yang rajin beribadah. Akan tetapi, dari dulu dia dikenal sangat baik kepada orang lain, berbuat baik kepada kerabatnya dan selalu membantunya. Di akhir hayatnya, sekitar dua atau tiga tahun sebelum meninggal dunia, tiba-tiba dia ingin belajar agama. Dia bertemu dengan penulis, belajar agama dengannya, membaca Al-Quran dan hal-hal lainnya. Ketika tiba masanya meninggal dunia, dengan mudahnya dia dapat mengucapkan kalimat tauhid.
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهُ
Padahal, selama puluhan tahun, kehidupannya jauh dari ibadah. Bisa jadi dia dapat meraih husnul khotimah, karena sering membantu orang lain. Apalagi, apabila seseorang menyertakan dirinya dengan orang-orang yang rajin beribadah disertai dengan membantu orang lain.
Akan tetapi, hendaknya seseorang tetap berhati-hati dalam mengamalkan segala amalan kebaikan apa pun. Bisa saja, dia terkena penyakit hati yang biasa menempel kepada orang-orang yang gemar beribadah, seperti ‘ujub ataupun riya’. Maka dari itu, hendaknya dia juga menghindarkan diri dari ‘ujub dan riya’ agar dia bisa meraih husnul khotimah.
- Dahinya penuh dengan keringat.
Banyak keringat yang bercucuran di dahinya. Itulah di antara tanda-tanda husnul khotimah. Berdasarkan hadis yang diriwayatkan dari Buraidah radhiallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda,
مَوْتُ الْمُؤْمِنِ مِنْ عَرَقِ الْجَبِينِ
“Meninggal dunianya seorang mukmin adalah dengan banyaknya keringat di dahinya.”([2])
- Meninggal dunia pada malam jumat atau di siang hari jumat.
Berdasarkan hadis yang diriwayatkan dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash radhiallahu ‘anhu berkata, Rasulullah ﷺ bersabda,
مَنْ مَاتَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ أَوْ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ وُقِيَ فِتْنَةَ الْقَبْرِ
“Barang siapa yang meninggal dunia di hari jumat atau di malam jumat, maka dia akan dijaga dari fitnah kubur.”([3])
- Meninggal di medan pertempuran atau meninggal tatkala berjalan di medan pertempuran jihad di jalan Allah ﷻ, meninggal karena penyakit tha’un atau wabah dan meninggal akibat dari sebab-sebab dianggap pahala mati syahid.
Sebagian ulama mengiyaskan wabah dengan wabah yang lain, apa pun wabah tersebut. Apabila ada orang yang meninggal, bahkan ada orang-orang saleh yang sering membantu kaum muslimin meninggal, akibat wabah tersebut. Semoga mereka mendapatkan husnul khotimah.
Rasulullah ﷺ pernah bersabda kepada para sahabat,
مَا تَعُدُّونَ الشَّهِيدَ فِيكُمْ؟ قَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ، مَنْ قُتِلَ فِي سَبِيلِ اللهِ فَهُوَ شَهِيدٌ، قَالَ إِنَّ شُهَدَاءَ أُمَّتِي إِذًا لَقَلِيلٌ، قَالُوا فَمَنْ هُمْ يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ مَنْ قُتِلَ فِي سَبِيلِ اللهِ فَهُوَ شَهِيدٌ، وَمَنْ مَاتَ فِي سَبِيلِ اللهِ فَهُوَ شَهِيدٌ، وَمَنْ مَاتَ فِي الطَّاعُونِ فَهُوَ شَهِيدٌ، وَمَنْ مَاتَ فِي الْبَطْنِ فَهُوَ شَهِيدٌ، قَالَ ابْنُ مِقْسَمٍ: أَشْهَدُ عَلَى أَبِيكَ فِي هَذَا الْحَدِيثِ أَنَّهُ قَالَ وَالْغَرِيقُ شَهِيدٌ
“‘Siapa orang yang mati syahid menurut kalian?’, mereka berkata, ‘Wahai Rasulullah, orang yang terbunuh di dalam pertempuran di jalan Allah adalah mati syahid’. Beliau ﷺ bersabda, ‘Jika begitu, sungguh jumlah orang-orang yang mati syahid adalah sedikit’, para sahabat bertanya, ‘lantas siapakah mereka, wahai Rasulullah?’. Beliau ﷺ bersabda, ‘Barang siapa yang terbunuh karena pertempuran di jalan Allah, maka dia telah mati syahid, barang siapa meninggal dunia di dalam pertempuran di jalan Allah, maka dia telah mati syahid. Barang siapa yang meninggal dunia karena wabah tha’un, maka dia mati syahid. Barang siapa yang meninggal dunia karena penyakit di dalam perutnya, maka dia mati syahid’.” Ibnu Miqsam: Aku bersaksi di dalam hadis ini bahwa ‘orang yang tenggelam, maka dia mati syahid’. ([4])
Di dalam riwayat disebutkan dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda,
الشُّهَدَاءُ خَمْسَةٌ: المَطْعُونُ، وَالمَبْطُونُ، وَالغَرِقُ، وَصَاحِبُ الهَدْمِ، وَالشَّهِيدُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ
“Orang-orang yang mati syahid ada lima, yaitu: orang yang meninggal dunia karena tha’un (wabah), orang yang meninggal dunia karena sakit di perutnya, orang yang meninggal dunia karena tenggelam, orang yang meninggal dunia karena tertimpa reruntuhan dan orang yang mati syahid di jalan Allah.”([5])
Inilah di antara tanda-tanda mati syahid dan husnul khotimah. Tentu saja, orang yang meninggal dunia tersebut adalah orang-orang yang bertakwa. Orang yang terbakar juga mati syahid. Apabila orang tersebut tidak bertakwa dan meninggal dunia dalam keadaan tersebut. Maka bisa jadi, itu menjadi hukuman dari Allah.
- Seseorang yang meninggal dalam keadaan dipuji oleh orang-orang yang beriman.
Apabila ada orang-orang yang beriman memuji seseorang yang telah meninggal dunia, maka dia akan meraih husnul khotimah, yang menjadi acuan/patokan adalah orang-orang yang beriman yang memuji orang yang meninggal dunia tersebut. Di dalam suatu hadis, dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu berkata,
مَرُّوا بِجَنَازَةٍ، فَأَثْنَوْا عَلَيْهَا خَيْرًا، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَجَبَتْ ثُمَّ مَرُّوا بِأُخْرَى فَأَثْنَوْا عَلَيْهَا شَرًّا، فَقَالَ: وَجَبَتْ فَقَالَ عُمَرُ بْنُ الخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ مَا وَجَبَتْ؟ قَالَ هَذَا أَثْنَيْتُمْ عَلَيْهِ خَيْرًا، فَوَجَبَتْ لَهُ الجَنَّةُ، وَهَذَا أَثْنَيْتُمْ عَلَيْهِ شَرًّا، فَوَجَبَتْ لَهُ النَّارُ، أَنْتُمْ شُهَدَاءُ اللَّهِ فِي الأَرْضِ
“Tatkala para sahabat melewati jenazah, lalu mereka memuji jenazah tersebut, lalu Rasulullah ﷺ bersabda, ‘Wajib’. Kemudian ada jenazah yang lain, lalu mereka menjelek-jelekkan jenazah tersebut, lalu Nabi ﷺ bersabda, ‘Wajib’, lalu ‘Umar bin Al-Khaththab radhiallahu ‘anhu berkata, ‘Apakah yang wajib?’. Beliau ﷺ bersabda, ‘(Yang pertama) ini kalian memuji-mujinya dengan kebaikan, maka wajib baginya masuk ke dalam surga, sedangkan yang lain kalian telah menjelek-jelekkannya, maka wajib baginya masuk ke dalam neraka. Kalian adalah para saksi Allah di atas muka bumi.”([6])
Oleh karenanya, apabila orang yang meninggal dunia, lalu orang-orang yang beriman memujinya dan mengakui kebaikannya, maka mudah-mudahan itu menjadi pertanda bahwa dia akan masuk ke dalam surga.
اللَّهُمَّ تَوَفَّنَا مُسْلِمِيْنَ وَأَلْحِقْنَا بِالصَّالِحِينَ
“Ya Allah, wafatkanlah kami dalam keadaan muslim dan gabungkanlah kami dengan orang yang saleh.”
Footnote:
________
([1]) H.R. Abu Dawud no. 3116 dan disahihkan oleh Al-Albani
([2]) H.R. An-Nasai no. 1967 di dalam As-Sunan Al-Kubra
([5]) H.R. Bukhari no. 2829. Bahkan, disebutkan bahwa seorang wanita yang meninggal dunia dalam kondisi melahirkan, maka dia juga dianggap mati syahid. (Lihat: Syarh An-Nawawi ‘ala Muslim 13/63)