Bentuk Penjagaan Allah ﷻ
Oleh DR. Firanda Andirja, Lc. MA.
Secara umum penjagaan Allah ﷻ ada dua hal.
- Allah menjaga agamanya
Allah ﷻ menjaga agama seseorang artinya adalah Allah ﷻ menjaganya dari hal-hal yang menyimpang dan menyesatkan. Allah akan jauhkan dari syubhat, pemikiran liberal dan firqah-firqah yang sesat. Mungkin ada seseorang yang tidak begitu cerdas, akan tetapi tatkala dia membaca atau mendengar syubhat, maka dia tidak menerimanya. Ini adalah bentuk penjagaan Allah ﷻ. Karena ada sebagian orang yang cerdas, akan tetapi ketika dia membaca syubhat liberal dan ateis malah terjebak dalam Penyimpangan pemahaman tersebut. Ini menunjukkan bahwa Allah ﷻ tidak menjaga orang tersebut.
Adapun zaman sekarang ini, pemikiran yang menyimpang tersebar dimana-mana. Ketika seseorang telah masuk dalam dunia maya, maka dia akan menemukan beragam model pemikiran. Maka jika Allah ﷻ tidak menjaganya, maka bisa-bisa dia terjebak dalam pemikiran tersebut. Adapun orang yang bertakwa kepada Allah ﷻ, senantiasa berdoa meminta agar diberi petunjuk ke jalan yang lurus, dan dia tulus dalam ibadahnya, maka dia akan dijaga oleh Allah ﷻ. Oleh karenanya dalam hadits qudsi Allah ﷻ berfirman,
وَمَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ
“Dan tidaklah hamba-Ku terus menerus mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan sunnah hingga aku mencintainya.”[1]
Maka seseorang bukan hanya berusaha untuk menjaga perkara-perkara yang wajib, akan tetapi juga berusaha melakukan perkara-perkara yang sunnah. Ketika shalat fardhu telah ditunaikan, maka hendaknya berusaha mengiringinya dengan shalat sunnah rawatib. Kalau seseorang telah mampu puasa di bulan ramadhan, maka hendaknya berusaha untuk puasa-puasa sunnah di luar bulan ramadhan. Jika seseorang ingin dicintai oleh Allah ﷻ, hendaknya dia mengerjakan amalan-amalan sunnah.
Namun tantangan yang lain bagi kita untuk bisa mengamalkan ini adalah waktu kita yang banyak terbuang dengan hal-hal yang sia-sia. Kalau zaman dahulu cobaan dan ujian itu kurang, namun di zaman sekarang hal-hal yang menggoda sangatlah banyak sehingga amalan-amalan sunnah itu sulit untuk kita kerjakan. Padahal lanjutan hadits di atas berbunyi,
فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ: كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ، وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ، وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا، وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا، وَإِنْ سَأَلَنِي لَأُعْطِيَنَّهُ، وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِي لَأُعِيذَنَّهُ، وَمَا تَرَدَّدْتُ عَنْ شَيْءٍ أَنَا فَاعِلُهُ تَرَدُّدِي عَنْ نَفْسِ المُؤْمِنِ، يَكْرَهُ المَوْتَ وَأَنَا أَكْرَهُ مَسَاءَتَهُ
“Maka jika Aku sudah mencintainya, maka Akulah pendengarannya yang ia jadikan untuk mendengar, dan pandangannya yang ia jadikan untuk memandang, dan tangannya yang ia jadikan untuk memukul, dan kakinya yang dijadikannya untuk berjalan.”[2]
Artinya adalah Allah ﷻ akan membimbing orang yang telah Dia cintai. Pendengarannya akan dibimbing agar tidak lagi mendengar hal-hal yang haram. Sehingga bisa jadi dia tiba-tiba menjadi tidak suka dengan acara-acara ghibah. Penglihatannya juga akan dibimbing oleh Allah ﷻ sehingga tidak suka melihat hal-hal yang haram. Atau bisa jadi dia mulai tidak suka menghabiskan waktu pada hal-hal yang tidak bermanfaat. Ini semua karena Allah ﷻ mengubah hatinya. Dan Allah ﷻ jika telah mencintai seorang hamba, maka Allah ﷻ akan menjaga hamba tersebut.
Di antara bentuk penjagaan Allah ﷻ terhadap orang yang menjaga Allah ﷻ adalah dia akan dibimbing dalam agama. Sehingga jadilah dia semangat dalam beribadah kepada Allah ﷻ, shalatnya bisa jadi khusyuk, bacaan Al-Qurannya bertambah, dan yang lainnya. Dan ini adalah penjagaan yang sangat kita perlukan. Karena betapa banyak orang yang kita lihat di zaman ini dahulu mereka adalah orang yang alim, akan tetapi dipenghujung malah hancur dan membela pemikiran liberal. Allah ﷻ tidak menjaganya. Maka jika seseorang ingin agar meninggal husnul khatimah dan dalam akidah yang benar, hendaknya dia berusaha menjaga Allah ﷻ.
- Allah menjaga dunianya
Seorang hamba yang menjaga Allah ﷻ, bukan hanya agamanya yang akan dijaga oleh-Nya, akan tetapi dunianya pun akan dijaga oleh Allah ﷻ. Serta bukan hanya dirinya yang dijaga, istrinya, anak-anaknya, serta hartanya juga dijaga oleh Allah ﷻ. Dan menjaga Allah ﷻ itu bisa dilakukan dari hal-hal yang kecil. Sebagaimana ada suatu kisah seorang yang memiliki sepuluh orang anak, namun dia sangat sibuk hingga tidak begitu perhatian terhadap mereka. Akan tetapi anak-anaknya semuanya ternyata saleh dan salehah. Ketika ditanya mengapa dia bisa mendapat nikmat anak-anak yang saleh, dia hanya menjawab bahwa dia yakin ketika berhubungan dengan istrinya senantiasa membaca doa. Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda,
فَإِنَّهُ إِنْ يُقَدَّرْ بَيْنَهُمَا وَلَدٌ فِي ذَلِكَ لَمْ يَضُرَّهُ شَيْطَانٌ أَبَدًا
“Jika ditakdirkan memperoleh anak dari hubungan keduanya maka setan tidak akan dapat mencelakakan anak itu selamanya.”[3]
Bahkan dalam berhubungan suami istri pun orang tersebut memiliki ketakwaan kepada Allah ﷻ.
Ingatlah bahwa kita sendiri tidak bisa menjaga anak-anak kita sepenuhnya. Sesungguhnya hanya Allah ﷻ-lah yang bisa menjaganya. Bahkan ketika di rumah saat anak bersendirian kita tidak tahu apa yang ditontonnya. Maka tidaklah ada yang mampu menjaga mereka kecuali Allah ﷻ. Begitu pula para istri, jika Anda ingin agar suami Anda dijaga dari hal-hal yang buruk, maka hendaknya jagalah Allah ﷻ. Oleh karenanya jagalah Allah, niscaya Allah ﷻ akan menjaga kita dan keluarga kita. Dan para ulama menyebutkan bahwa barangsiapa yang menjaga Allah ﷻ di masa mudanya dengan ketaatan, maka Allah ﷻ akan menjaganya di masa tuanya.
Demikian pula seorang pedagang, jika dia menjaga Allah ﷻ dengan membayar zakat, niscaya Allah ﷻ akan menjaga hartanya. Ada sebuah ceramah di Arab Saudi yang menceritakan bahwa pernah ada suatu masa di mana bencana sehingga banyak ternak-ternak yang mati. Maka pemerintah membuka kesempatan agar yang memiliki ternak untuk melapor kepada pemerintah agar diberi ganti. Suatu ketika ada seseorang yang melaporkan bahwa beberapa untanya mati tiba-tiba. Maka hakim bertanya, “Apakah engkau membayar zakat?”, maka orang tersebut pun terdiam. Ternyata dia tidak membayar zakat selama ini. Oleh karenanya bisa jadi harta seseorang terkena musibah karena dia tidak bertakwa kepada Allah ﷻ, dia tidak membayar zakat. Maka bertakwa kepada Allah ﷻ bisa menjadikan seseorang dijaga dunianya oleh Allah ﷻ.
Bagaimana cara menjaga Allah
Sesungguhnya orang yang menjaga Allah ﷻ dipuji oleh Allah dalam banyak ayat di dalam Al-Quran. Di antaranya adalah firman Allah ﷻ,
وَأُزْلِفَتِ الْجَنَّةُ لِلْمُتَّقِينَ غَيْرَ بَعِيدٍ، هَذَا مَا تُوعَدُونَ لِكُلِّ أَوَّابٍ حَفِيظٍ، مَنْ خَشِيَ الرَّحْمَنَ بِالْغَيْبِ وَجَاءَ بِقَلْبٍ مُنِيبٍ، ادْخُلُوهَا بِسَلَامٍ ذَلِكَ يَوْمُ الْخُلُودِ، لَهُمْ مَا يَشَاءُونَ فِيهَا وَلَدَيْنَا مَزِيدٌ
“Dan surga didekatkan kepada orang-orang yang bertakwa pada tempat yang tidak jauh (dari mereka). (Kepada mereka dikatakan), ‘Inilah nikmat yang dijanjikan kepadamu, (yaitu) kepada setiap hamba yang senantiasa bertobat (kepada Allah) dan memelihara (semua peraturan-peraturan-Nya). (Yaitu) orang yang takut kepada Allah Yang Maha Pengasih sekalipun tidak kelihatan (olehnya) dan dia datang dengan hati yang bertobat, masuklah ke (dalam surga) dengan aman dan damai. Itulah hari yang abadi’. Mereka di dalamnya memperoleh apa yang mereka kehendaki, dan pada Kami ada tambahannya.” (QS. Qaf : 31-35)
Di antara ciri orang yang bertakwa dan dijamin surga adalah orang yang senantiasa menjaga Allah ﷻ dalam hal menjaga perintah-perintahnya, menjaga hak-hak Allah, serta menjaga batasan-batasan-Nya.
Demikian pula pujian yang Allah ﷻ berikan kepada orang-orang yang berjihad di jalan Allah ﷻ. Allah ﷻ berfirman tentang sifat-sifat mereka,
التَّائِبُونَ الْعَابِدُونَ الْحَامِدُونَ السَّائِحُونَ الرَّاكِعُونَ السَّاجِدُونَ الْآمِرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَالنَّاهُونَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَالْحَافِظُونَ لِحُدُودِ اللَّهِ وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِينَ
“Mereka itu adalah orang-orang yang bertobat, beribadah, memuji (Allah), mengembara (demi ilmu dan agama), rukuk, sujud, menyuruh berbuat makruf dan mencegah dari yang mungkar dan yang memelihara hukum-hukum Allah. Dan kabarkan berita gembira bagi orang-orang yang beriman.” (QS. At-Taubah : 112)
Terdapat beberapa ayat-ayat dan hadits yang menyebutkan amalan-amalan tertentu yang harus di jaga dan sekaligus menjadi amalan-amalan yang dilakukan oleh seseorang untuk menjaga Allah ﷻ.
- Menjaga shalat
Allah ﷻ berfirman,
حَافِظُوا عَلَى الصَّلَوَاتِ وَالصَّلَاةِ الْوُسْطَى وَقُومُوا لِلَّهِ قَانِتِينَ
“Peliharalah semua shalat dan shalat wustha. Dan laksanakanlah (shalat) karena Allah dengan khusyuk.” (QS. Al-Baqarah: 238)
Allah ﷻ memerintahkan untuk menjaga shalat. Dan yang dimaksud dengan menjaga shalat adalah kita melaksanakan shalat tepat pada waktunya. Dan sudah seharusnya kita shalat dengan semangat, bukan dalam rangka melepaskan beban kewajiban. Maka latihlah diri kita secara terus menerus agar hati kita bisa menikmati shalat tersebut. Karena kebanyakan di antara kita shalat masih dalam kondisi terbebani. Padahal Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah berkata kepada Bilal radhiallahu ‘anhu,
يَا بِلَالُ أَرِحْنَا بِالصَّلَاةِ
“Wahai Bilal, istirahatkan kami dengan shalat.”[4]
Lihatlah bagaimana perkataan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tentang shalat. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tidak mengatakan agar diistirahatkan dari shalat, akan tetapi beliau ingin beristirahat dengan shalat. Dan dalam hadits yang lain Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
وَجُعِلَتْ قُرَّةُ عَيْنِي فِي الصَّلَاةِ
“Dan dijadikan shalat sebagai penyejuk hatiku.”[5]
Maka jika seseorang ingin agar shalatnya bisa menjadi penyejuk dan mendatangkan kebahagiaan baginya, maka latihlah untuk shalat malam. Mungkin pertama-tama akan terasa berat, akan tetapi jika telah terbiasa pasti akan ada rasa kelezatan dalam shalat tersebut. Bahkan jika dia telah terbiasa maka akan timbul perasaan tidak tenang jika tidak melakukan shalat. Akhirnya dengan shalat dan sujudnya dia akan merasa bahagia. Sungguh bagi seseorang yang bisa merasakan hal tersebut berarti dia telah mendapatkan kenikmatan yang luar biasa.
Oleh karenanya jangan jadikan shalat sebagai beban. Kalau seseorang masih menjadikan shalat sebagai beban, maka dia belum berada pada derajat yang diinginkan. Maka berusahalah menjaga shalat, terlebih lagi shalat ashar yang terkadang banyak dilalaikan oleh orang yang bekerja.
- Menjaga sumpah
Allah ﷻ berfirman,
وَاحْفَظُوا أَيْمَانَكُمْ
“Dan jagalah sumpah kalian.” (QS. Al-Maidah: 89)
Kita dianjurkan untuk tidak sering bersumpah. Akan tetapi jika telah bersumpah maka hendaknya kita mencatatnya agar jangan sampai kita melanggar sumpah tersebut. Dan Allah ﷻ telah memerintahkan kita untuk menjaga sumpah-sumpah kita. Maka ketika seseorang di antara kita telah mengatakan “Demi Allah”, maka hendaknya dia melaksanakan sumpah tersebut sebagai bentuk pengagungan terhadap Allah ﷻ. Dan barangsiapa yang menjaga sumpahnya, maka Allah ﷻ akan menjaganya.
- Menjaga wudhu
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda,
لَا يُحَافِظُ عَلَى الْوُضُوءِ إِلَّا مُؤْمِنٌ
“Tidak ada yang menjaga wudhu kecuali seorang mukmin.”[6]
Oleh karenanya hendaknya seseorang berusaha menjaga wudhunya. Setiap kali wudhunya batal, maka dia membarui kembali wudhunya jika. Bahkan jika memungkinkan hendaknya seseorang berwudhu sebelum tidur. Karena menjaga wudhu adalah tanda seseorang mukmin.
- Menjaga malu
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
اسْتَحْيُوا مِنَ اللَّهِ حَقَّ الحَيَاءِ. قَالَ: قُلْنَا: يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّا نَسْتَحْيِي وَالحَمْدُ لِلَّهِ، قَالَ: لَيْسَ ذَاكَ، وَلَكِنَّ الِاسْتِحْيَاءَ مِنَ اللَّهِ حَقَّ الحَيَاءِ أَنْ تَحْفَظَ الرَّأْسَ وَمَا وَعَى، وَالبَطْنَ وَمَا حَوَى، وَلْتَذْكُرِ المَوْتَ وَالبِلَى، وَمَنْ أَرَادَ الآخِرَةَ تَرَكَ زِينَةَ الدُّنْيَا، فَمَنْ فَعَلَ ذَلِكَ فَقَدْ اسْتَحْيَا مِنَ اللَّهِ حَقَّ الحَيَاءِ
“Malulah pada Allah dengan sebenarnya”. Berkata Ibnu Mas’ud, ‘Kami berkata: Wahai Rasulullah, kami malu, dan segala puji bagi Allah’. Beliau bersabda: ‘Bukan itu, tapi malu kepada Allah dengan sebenarnya adalah kau menjaga kepala dan apa yang ada di bawahnya (mata, mulut, dan telinga) dan perut beserta isinya, mengingat kematian dan segala kemusnahan, barangsiapa menginginkan akhirat, ia meninggalkan perhiasan dunia, barangsiapa melakukannya, ia malu kepada Allah dengan sebenarnya’.”[7]
Maka jika kita ingin menjaga Allah ﷻ, hendaknya kita tidak menggunakan mata kita untuk melihat hal-hal yang haram. Jangan pula mendengar hal-hal yang haram. Karena seluruh penglihatan dan pendengaran akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah ﷻ. Allah ﷻ berfirman,
إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا
“Sesungguhnya pendengaran, dan penglihatan, dan hati semuanya akan dimintai pertanggungjawaban.” (QS. Al-Isra’ : 36)
Dan dalam hadits ini disebutkan pula agar seseorang jangan sampai memakan makanan yang haram.
- Menjaga lisan dan kemaluan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
مَنْ يَضْمَنْ لِي مَا بَيْنَ لَحْيَيْهِ وَمَا بَيْنَ رِجْلَيْهِ أَضْمَنْ لَهُ الْجَنَّةَ
“Barangsiapa dapat menjamin bagiku sesuatu yang berada di antara jenggotnya (mulut) dan di antara kedua kakinya (kemaluan), maka aku akan menjamin baginya surga.”[8]
Di antara yang paling penting untuk dijaga adalah lisan, sebagaimana dalam sabda Nabi ﷺ di atas. Karena kebanyakan orang terjerumus ke dalam neraka Jahanam adalah karena lisannya. Maka hendaknya seseorang hati-hati dalam bergaul, berkomentar, atau mengobrol. Jangan sampai apa-apa yang disampaikan itu masuk dalam perkara ghibah, namimah, dan kedustaan yang berujung fitnah. Berhati-hatilah, jika perkara tersebut tidak penting maka tidak perlu dibicarakan. Ketahuilah bahwa sebagaimana berbicara kebaikan adalah ibadah, maka dia dari keburukan juga adalah ibadah. Sungguh diam adalah ibadah yang sangat agung karena dengan tidak melakukan apa-apa bisa mendapat pahala. Akan tetapi diam bagi seseorang pun susahnya luar biasa. Sebuah ungkapan menyebutkan
لَوْ كَانَ الكَلَامُ مِنَ الفِضَّةِ لَكَانَ السُّكُوْتُ مِنَ الذَّهَبِ
“Jika berbicara itu dari perak, maka diam berasal dari emas.”
Dan hendaknya para wanita lebih perhatian terhadap hal ini, karena kebanyakan yang suka bicara itu adalah para wanita.
Demikian pula hendaknya laki-laki maupun perempuan untuk menjaga kemaluannya. Jangan sampai seorang laki-laki maupun perempuan memiliki hubungan yang haram dengan lawan jenisnya. Sungguh zaman ini adalah zaman fitnah. Betapa mudah seseorang berkomunikasi dengan lawan jenis yang jelas-jelas haram bagi kita. Saat ini betapa banyak suami yang tertawa dengan wanita lain. Begitu pula sebaliknya betapa banyak istri yang bercanda tawa dengan laki-laki lain yang haram baginya.
Intinya adalah yang dimaksud dari menjaga Allah ﷻ adalah menjaga perintah-perintahnya. Demikian pula menjaga hak-hak Allah ﷻ yang di antaranya adalah mentauhidkan-Nya dan tidak mensyirikkan-Nya. Demikian pula menjaga batasan-batasan Allah ﷻ untuk tidak dilanggar. Barangsiapa yang menjaga hal-hal ini, maka dia akan dijaga oleh Allah ﷻ. Semakin tinggi penjagaan seseorang terhadap Allah ﷻ, maka dia pun akan semakin dijaga oleh Allah ﷻ.
Dan betapa butuhnya kita di zaman sekarang untuk saling mengingatkan. Hendaknya laki-laki berteman dengan laki-laki yang saleh, para wanita juga berteman dengan wanita yang saleh. Agar satu dengan yang lainnya saling menjaga, saling mendoakan, saling mengingatkan. Sesungguhnya di zaman ini kita sangat butuh dengan teman yang baik agar kita terjebak dalam komunitas yang baik dan terjauhkan dari komunitas yang buruk.
Footnote;
_______
[1] HR. Bukhari no. 6502
[2] HR. Bukhari no. 6502
[3] HR. Bukhari no. 6388
[4] HR. Ahmad no. 23137
[5] HR. An-Nasa`i no. 3940 dan HR. Ahmad no. 14069
[6] HR. Ibnu Hibban no.1037 dan disahihkan oleh Al-Albani di Shahihul Jami’ no.952
[7] HR. Tirmidzi no. 2458 dan dihasankan oleh Al-Albani di Shahih Ath-Thargib no.2638.
[8] HR. Bukhari no. 6474