Nasihat Kepada Wanita Muslimah
Oleh DR. Firanda Andirja, Lc. MA.
Segala puji bagi Allah ﷻ yang telah memberikan kepada kita semua karunia-Nya yang tiada henti-hentinya. Nikmat senantiasa datang silih berganti, kita berpindah dari satu kenikmatan kepada kenikmatan yang lain. Sungguh betapa banyak keinginan kita yang dikabulkan oleh Allah ﷻ, dan betapa banyak hal-hal kebaikan yang Allah ﷻ berikan tanpa minta terlebih dahulu. Maka dari itu, semoga Allah ﷻ menjadikan kita hamba-hamba-Nya yang pandai untuk bersyukur kepada-Nya.
Selawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad ﷺ, dan juga kepada keluarganya, beserta seluruh sahabat beliau tanpa terkecuali.
Pada kesempatan kali ini, kita akan menyampaikan beberapa nasihat kepada para wanita muslimah. Namun, sebelum kita jauh membahas nasihat-nasihat tersebut, hendaknya para wanita terlebih dahulu memerhatikan firman Allah ﷻ tentang nasihat-nasihat Allah ﷻ terhadap istri-istri Nabi Muhammad ﷺ, yaitu firman Allah ﷻ dalam surah Al-Ahzab ayat ke-32 dan seterusnya.
Allah ﷻ berfirman dalam memberi nasihat kepada istri-istri Nabi Muhammad ﷺ secara khusus, dan kepada wanita seluruhnya secara umum dengan berfirman,
يَانِسَاءَ النَّبِيِّ لَسْتُنَّ كَأَحَدٍ مِنَ النِّسَاءِ إِنِ اتَّقَيْتُنَّ فَلَا تَخْضَعْنَ بِالْقَوْلِ فَيَطْمَعَ الَّذِي فِي قَلْبِهِ مَرَضٌ وَقُلْنَ قَوْلًا مَعْرُوفًا، وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى وَأَقِمْنَ الصَّلَاةَ وَآتِينَ الزَّكَاةَ وَأَطِعْنَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا، وَاذْكُرْنَ مَا يُتْلَى فِي بُيُوتِكُنَّ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ وَالْحِكْمَةِ إِنَّ اللَّهَ كَانَ لَطِيفًا خَبِيرًا
“Wahai istri-istri Nabi! Kamu tidak seperti perempuan-perempuan yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk (melemah lembutkan suara) dalam berbicara sehingga bangkit nafsu orang yang ada penyakit dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang baik. Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan (bertingkah laku) seperti orang-orang jahiliah dahulu, dan laksanakanlah salat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, wahai ahlulbait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya. Dan ingatlah apa yang dibacakan di rumahmu dari ayat-ayat Allah dan hikmah (sunnah Nabimu). Sungguh, Allah Maha Lembut, Maha Mengetahui.” (QS. Al-Ahzab: 32-34)
Nasihat-nasihat yang Allah ﷻ sampaikan dalam firman-Nya tersebut selayaknya juga didengar oleh wanita-wanita muslimah yang ingin meraih kebahagiaan di dunia, terlebih lagi kebahagiaan di akhirat.
Nasihat-nasihat tersebut bisa saja terasa pahit dan pedas di hati, akan tetapi hendaknya kita hendaknya tetap memerhatikan nasihat-nasihat tersebut sebagai wanita muslimah. Jika sekiranya kita belum bisa terima nasihat tersebut dan belum bisa kita kerjakan, maka hendaknya kita berdoa agar suatu saat kita bisa menjalankan nasihat-nasihat tersebut.
Nasihat-nasihat yang akan kita sampaikan ini bukan nasihat dari penulis, akan tetapi nasihat tersebut adalah nasihat dari Allah ﷻ, nasihat dari Dzat yang menciptakan kita seluruhnya, dari Dzat yang mematikan dan menghidupkan kita seluruhnya. Oleh karenanya, hendaknya para wanita benar-benar memperhatikan nasihat tersebut, dan berusaha untuk mengamalkan nasihat-nasihat tersebut.
Sungguh di zaman sekarang ini tidak diragukan lagi banyak sekali godaan-godaan dan fitnah yang akhirnya mengeluarkan seseorang wanita dari adab-adab islami kepada adab-adab yang tidak islami. Akhirnya, ketika seorang wanita berusaha untuk beradab dengan adab islami menjadi terasa berat baginya.
Oleh karena itu, hendaknya para wanita memerhatikan nasihat-nasihat dari Allah ﷻ tersebut. Ingatlah bahwasanya tidak mungkin Allah ﷻ menetapkan suatu perkara dalam Islam kecuali karena Allah ﷻ ingin kebaikan bagi para wanita. Mungkin sebagian dari para wanita belum bisa mengetahui dan memandang kebaikan apa yang Allah ﷻ kehendaki dari nasihat-nasihat tersebut. Akan tetapi, ketahuilah bahwasanya ada hikmah di balik nasihat-nasihat tersebut, ada kebahagiaan-kebahagiaan yang Allah ingin masukkan ke dalam hati para wanita yang menjalankan nasihat tersebut.
Nasihat Kepada Wanita Muslimah
- Beradab dalam berbicara
Firman Allah ﷻ,
يَانِسَاءَ النَّبِيِّ لَسْتُنَّ كَأَحَدٍ مِنَ النِّسَاءِ إِنِ اتَّقَيْتُنَّ فَلَا تَخْضَعْنَ بِالْقَوْلِ فَيَطْمَعَ الَّذِي فِي قَلْبِهِ مَرَضٌ وَقُلْنَ قَوْلًا مَعْرُوفًا
“Wahai istri-istri Nabi! Kamu tidak seperti perempuan-perempuan yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk (melemah lembutkan suara) dalam berbicara sehingga bangkit nafsu orang yang ada penyakit dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang baik.” (QS. Al-Ahzab: 32)
Pada ayat ini, Allah ﷻ menasihatkan bahwasanya jika seorang wanita ingin mengungguli wanita-wanita yang lain, maka barometernya adalah ketakwaan, karena inilah barometer di sisi Allah ﷻ.
Seseorang ketika di dunia biasanya menilai seseorang dari sisi keduniaannya, baik dengan hartanya, parasnya, atau bahkan dengan kemewahan yang dia miliki, sehingga dari sisi itu seseorang bisa menilai apakah orang tersebut mulia atau tidak. Demikianlah kebanyakan kita saat ini, menganggap orang yang diberi kelebihan harta, punya jabatan yang baik, maka orang tersebut kemudian menjadi mulia.
Padahal, barometer di sisi Allah ﷻ bukanlah barometer duniawi, melainkan ketakwaan seseorang kepada Allah ﷻ. Bisa jadi seseorang yang bertakwa diberi kelebihan harta oleh Allah ﷻ, dan bisa jadi ada orang yang bertakwa namun hidup dalam kondisi miskin, dan bahkan tidak dikenal oleh siapa pun. Oleh karenanya Allah ﷻ juga telah berfirman,
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“Sesungguhnya yang paling mulia di sisi Allah adalah yang paling bertakwa di antara kalian. Sungguh Allah Maha Mengetahui dan Maha Teliti.” (QS. Al-Hujurat: 13)
Lantas, bagaimana cara agar para wanita bisa menjadi wanita yang bertakwa? Maka Allah ﷻ telah menyebutkan dalam ayat ini dan ayat-ayat selanjutnya tentang bagaimana cara mereka bertakwa kepada Allah ﷻ. Yang pertama Allah ﷻ sebutkan,
فَلَا تَخْضَعْنَ بِالْقَوْلِ فَيَطْمَعَ الَّذِي فِي قَلْبِهِ مَرَضٌ وَقُلْنَ قَوْلًا مَعْرُوفًا
“Maka janganlah kamu tunduk (melemah lembutkan suara) dalam berbicara sehingga bangkit nafsu orang yang ada penyakit dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang baik.” (QS. Al-Ahzab: 32)
Suara yang dimaksud oleh Allah ﷻ adalah suara yang mendayu-dayu, seperti perkataan wanita yang genit kepada seseorang. Inilah model suara yang tidak diperbolehkan oleh Allah ﷻ kepada seorang wanita terhadap laki-laki yang bukan mahramnya.
Allah ﷻ mengingatkan hal ini kepada para wanita agar laki-laki yang memiliki penyakit di dalam hatinya tidak tertarik kepadanya. Sesungguhnya ada orang-orang yang memiliki penyakit di dalam hatinya, sehingga ketika dia mendengar suara wanita yang disertai dengan suara yang mendayu-dayu lagi gemulai, maka hatinya akan tertarik, syahwatnya akan tergerak.
Di sini, Allah ﷻ bukan melarang seorang wanita untuk bersuara lembut, karena bersuara lembut asalnya adalah boleh, hanya saja jangan sampai terlalu lembut yang bisa menimbulkan fitnah. Tentunya, berbicara dengan lembut lagi mendayu-dayu diperbolehkan bagi seorang wanita jika dia berbicara dengan suaminya. Adapun ketika seorang wanita berbicara kepada laki-laki yang bukan mahramnya dengan mendayu-dayu, maka ini haram hukumnya.
Oleh karena itu, hendaknya para wanita memperhatikan masalah ini. Sungguh menyedihkan ketika ada seorang wanita kemudian berbicara kepada suaminya dengan suara yang kasar lagi tinggi, namun ketika berbicara kepada laki-laki lain dia berkata-kata dengan penuh kelembutan. Ini terjadi kepada sebagian wanita. Padahal, yang dituntut bagi seorang wanita adalah berkata-kata yang baik dan lemah lembut kepada suaminya.
Para ulama menjelaskan bahwasanya ayat ini menunjukkan bahwa hukum asal suara wanita adalah aurat. Seorang wanita boleh berbicara kepada laki-laki yang bukan mahramnya, selama pembicaraan tersebut wajar, dan dengan suara yang wajar pula. Tidak boleh dan haram baginya untuk berbicara kepada laki-laki yang bukan mahramnya dengan mendayu-dayu dan menggoda, atau dengan mengucapkan kata-kata yang bisa memancing syahwat dan hati laki-laki yang menjadi lawan bicaranya.
- Tinggal di rumah
Firman Allah ﷻ,
وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ
“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu.” (QS. Al-Ahzab: 33)
Lafal وَقَرْنَ dalam ayat ini diambil dari kata قَرَر dalam bahasa Arab yang artinya adalah menetap. Dari sini, lafal tersebut menjelaskan bahwa asalnya wanita muslimat itu betah tinggal di rumahnya. Mengapa demikian? Karena wanita muslimat memiliki tugas yang berat di rumahnya. Mereka harus mengurus anak-anaknya, harus mengurus suaminya, harus mengurus keperluan rumahnya, dan bahkan dia pun harus beribadah di rumahnya. Maka, hukum asal seorang wanita adalah di rumahnya, dan jika seorang wanita telah betah tinggal di rumahnya maka ini di antara ciri-ciri wanita salihah.
Wanita asalnya berusaha untuk tidak tampil di hadapan para laki-laki. Ini mungkin nasihat yang berat buat sebagian besar bagi para wanita, namun sekali lagi ingatlah bahwa inilah nasihat dari Allah ﷻ. Seorang wanita hukum asalnya adalah di rumahnya, dan dia boleh keluar dari rumahnya jika ada keperluan seperti keluar menghadiri pengajian, silaturahmi ke rumah kerabat, atau ke pasar sesekali.
Ketika kita memperhatikan perkara ini, kita tentu akan melihat bahwasanya syariat Islam sangat menginginkan agar para wanita tidak terkena fitnah dengan para laki-laki. Contohnya dalam salat, Nabi Muhammad ﷺ bersabda,
خَيْرُ صُفُوفِ الرِّجَالِ أَوَّلُهَا، وَشَرُّهَا آخِرُهَا، وَخَيْرُ صُفُوفِ النِّسَاءِ آخِرُهَا، وَشَرُّهَا أَوَّلُهَا
“Sebaik-baik saf kaum laki-laki adalah yang paling di depan, dan sejelek-jeleknya adalah yang paling belakang. Adapun sebaik-baik saf wanita adalah yang paling belakang, dan sejelek-jeleknya adalah yang paling depan.”([1])
Dahulu, di zaman Nabi Muhammad ﷺ, belum ada hijab antara saf laki-laki dan saf wanita, sehingga wanita dianjurkan untuk mengambil saf yang paling belakang, tidak lain tujuannya adalah untuk menjauhkan para wanita dari jangkauan laki-laki, karena bercampur baur antara laki-laki dan wanita yang bukan mahram itu tidak baik menurut syariat Islam.
Contoh lain pula seperti keutamaan wanita yang salat di rumahnya. Disebutkan dalam sebuah hadis tentang seorang wanita yang ingin salat bersama Nabi Muhammad ﷺ. Diriwayatkan bahwa Ummu Humaid, yaitu istri Abu Humaid As-Sa’di menemui Nabi Muhammad ﷺ dan menyampaikan bahwasanya dia suka jika salat bersama beliau. Maka beliau ﷺ bersabda,
قَدْ عَلِمْتُ أَنَّكِ تُحِبِّينَ الصَّلَاةَ مَعِي، وَصَلَاتُكِ فِي بَيْتِكِ خَيْرٌ لَكِ مِنْ صَلَاتِكِ فِي حُجْرَتِكِ، وَصَلَاتُكِ فِي حُجْرَتِكِ خَيْرٌ مِنْ صَلَاتِكِ فِي دَارِكِ، وَصَلَاتُكِ فِي دَارِكِ خَيْرٌ لَكِ مِنْ صَلَاتِكِ فِي مَسْجِدِ قَوْمِكِ، وَصَلَاتُكِ فِي مَسْجِدِ قَوْمِكِ خَيْرٌ لَكِ مِنْ صَلَاتِكِ فِي مَسْجِدِي
“Aku sudah tahu jika kamu suka shalat denganku, namun salatmu di rumahmu (kamar) lebih utama dari shalat di ruang tengah rumahmu. Salatmu di ruang tengah rumahmu lebih utama dari salatmu di ruang terdepan rumahmu (ruang terbuka -pent). Salatmu di ruang luar rumahmu lebih utama dari shalat di masjid kaummu. Shalat di masjid kaummu lebih utama dari shalat di masjidku ini (masjid Nabawi).”([2])
Demikian juga sabda Nabi Muhammad ﷺ,
لَا تَمْنَعُوا نِسَاءَكُمُ الْمَسَاجِدَ، وَبُيُوتُهُنَّ خَيْرٌ لَهُنَّ
“Janganlah kalian melarang kaum wanita pergi ke masjid, akan tetapi sebenarnya rumah-rumah mereka itu lebih baik bagi mereka.”([3])
Ini menunjukkan bahwasanya yang lebih baik wanita adalah tetap tinggal di rumahnya. Perumpamaan yang Nabi Muhammad ﷺ sebutkan menunjukkan bahwa semakin jauh wanita dari pandangan laki-laki maka itu lebih baik. Bahkan, dalam sabda Nabi Muhammad ﷺ mengisyaratkan bahwa salatnya seorang wanita di rumahnya lebih baik daripada salatnya di masjid Nabawi.
Ketahuilah wahai para wanita, bahwasanya Islam sangatlah memuliakan kalian. Perhatikan, jika seorang laki-laki ingin mendapatkan pahala salat 27 kali lipat, maka mereka harus pergi salat ke masjid. Kemudian, setiap langkah kaki menuju ke masjid akan mengangkat derajat dan menghilangkan dosa-dosa. Di sini, kita melihat perbedaan pahala yang signifikan jika salat itu dikerjakan di rumah.
Ketika wanita melakukan sebagaimana yang dilakukan laki-laki untuk salat di masjid, maka dia juga akan mendapatkan pahala 27 kali lipat beserta keutamaan lainnya. Akan tetapi, ternyata salat wanita di rumahnya lebih baik daripada dia salat di masjid. Dari sini, para ulama mengatakan bahwasanya dengan wanita salat di rumahnya sudah mendapatkan pahala 27 kali lipat meskipun tidak salat di masjid, dan ini merupakan bentuk pemuliaan Islam terhadap para wanita.
Maka dari itu, para wanita hendaknya memperhatikan nasihat Allah ﷻ ini, bahwasanya hendaknya mereka betah untuk tinggal di rumahnya, jangan sering keluar rumah kecuali untuk sesuatu keperluan yang sangat perlu. Ketahuilah, jika seorang wanita belum mendapatkan kebahagiaannya dengan tinggal di rumahnya, itu berarti dia bukan wanita yang berbahagia.
- Jangan bertabarruj
Firman Allah ﷻ,
وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى
“Dan janganlah kamu berhias dan (bertingkah laku) seperti orang-orang jahiliah dahulu.” (QS. Al-Ahzab: 33)
Tabarruj, dalam bahasa Arab diambil dari kata برج yang artinya adalah sesuatu yang tampak. Ada beberapa tafsir para ulama tentang makna tabarruj, agar kita menghindarinya.
Pertama: Mujahid([4])
Mujahid berkata tentang tabarruj,
كَانَتِ الْمَرْأَةُ تَخْرُجُ تَمْشِي بَيْنَ يَدَيِ الرِّجَالِ، فَذَلِكَ تَبَرُّجُ الْجَاهِلِيَّةِ
“Apabila wanita keluar berjalan di depan kaum laki-laki, maka itulah yang dinamakan tabarrujnya orang Jahiliah.”([5])
Berdasarkan tafsiran Mujahid ini, para wanita yang berjalan di tengah barisan para laki-laki, itulah yang dinamakan bentuk tabarruj orang jahiliah terdahulu. Dengan sengaja berjalan di tengah para laki-laki, dengan penuh percaya diri, sehingga akhirnya dirinya menjadi santapan para laki-laki. Tentunya sangat banyak wanita yang seperti itu di zaman sekarang, mereka ingin tampil di hadapan banyak laki-laki.
Seharusnya, wanita itu hendaknya memiliki rasa malu yang tinggi, karena itu menunjukkan kemuliaannya. Seharusnya wanita itu hanya memiliki rasa ingin tampil di hadapan suaminya, ingin dinilai cantik hanya di hadapan suaminya. Bukan kemudian malah ingin tampil di hadapan laki-laki asing. Jika sekiranya kita pernah melakukan hal tersebut, maka hendaknya kita bertobat kepada Allah ﷻ, karena pintu tobat terbuka seluas-luasnya.
Ketika kita berbicara di zaman sekarang, yang tampak malah lak-laki yang bersikap malu-malu terhadap wanita, dan wanita tidak bersikap malu kepada laki-laki. Inilah mengapa kita sebutkan bahwa di zaman ini, seseorang sudah semakin jauh dari adab-adab Islam. Tentu kita tidak menyalahkan wanita yang telah keluar dari fitrahnya karena sebab mereka berjalan sebagaimana kondisi masyarakat di sekitarnya. Akan tetapi, kita berharap bahwa para wanita yang membaca tulisan ini bisa menjadi wanita yang spesial, menjadi wanita yang mulia di hadapan Allah ﷻ.
Kedua: Qatadah
Qatadah berkata,
إِذَا خَرَجْتُنَّ مِنْ بُيُوتِكُنَّ -وَكَانَتْ لَهُنَّ مِشْيَةٌ وَتَكَسُّرٌ وتغنُّج -فَنَهَى اللَّهُ عَنْ ذَلِكَ
“Yakni bila kalian (para wanita) keluar dari rumah. Dahulu wanita bila berjalan berlenggak-lenggok dengan langkah yang manja dan memikat, Allah melarang hal tersebut.”([6])
Ketiga: Muqatil bin Hayyan
Muqatil berkata,
وَالتَّبَرُّجُ: أَنَّهَا تُلْقِي الْخِمَارَ عَلَى رَأْسِهَا، وَلَا تَشُدُّهُ فَيُوَارِي قَلَائِدَهَا وَقُرْطَهَا وَعُنُقَهَا، وَيَبْدُو ذَلِكَ كُلُّهُ مِنْهَا، وَذَلِكَ التَّبَرُّجُ، ثُمَّ عُمَّتْ نِسَاءُ الْمُؤْمِنِينَ فِي التَّبَرُّجِ
“Tabarruj artinya mengenakan kain kerudung tanpa mengikatnya, sehingga tampak kalung dan anting-antingnya serta lehernya, dan semua itu begitu tampak. Yang demikian itulah yang dinamakan tabarruj, yang kemudian wanita muslimah merata dalam melakukannya.”([7])
Perkataan salaf ini mengajarkan kepada para wanita bahwasanya jika dia mengenakan jilbab, hendaknya mengenakannya dengan cara yang benar, jangan sampai auratnya terlihat. Hendaknya para wanita muslimah ketika keluar dari rumahnya mengenakan jilbab yang syar’i.
Ketahuilah wahai para wanita, ketika Anda keluar dari rumah dengan mengenakan pakaian yang syar’i, tentu Anda akan mendapat pahala dari Allah ﷻ. Bukan malah sebaliknya, jangan sampai Anda keluar rumah dalam keadaan memanen dosa. Oleh karenanya, Nabi Muhammad ﷺ bersabda tentang penghuni neraka yang belum pernah beliau jumpai, di antaranya adalah,
نِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيلَاتٌ مَائِلَاتٌ، رُءُوسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ، لَا يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ، وَلَا يَجِدْنَ رِيحَهَا، وَإِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ كَذَا وَكَذَا
“Wanita-wanita berpakaian tapi telanjang, yang berjalan dengan berlenggok-lenggok, mudah dirayu atau suka merayu, rambut mereka bagaikan punuk unta yang miring. Wanita-wanita tersebut tidak dapat masuk surga, bahkan tidak dapat mencium bau surga. Padahal bau surga itu dapat tercium dari jarak sekian dan sekian.”([8])
Ini tentunya dalil yang merupakan ancaman yang sangat keras bagi para wanita. Bagaimana tidak dikatakan demikian, sementara Nabi Muhammad ﷺ mengatakan bahwa ciri-ciri mereka adalah berpakaian tapi telanjang, berjalan dengan berlenggok-lenggok, dan rambut mereka bagaikan punuk unta.
Di antara tafsiran dari كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ ‘berpakaian tapi telanjang’ adalah berpakaian namun masih menampakkan sebagian dari tubuhnya, berpakaian namun mengenakan pakaian yang tipis sehingga bisa tampak apa yang ada di balik pakaian tersebut,([9]) dan juga berjilbab dengan jilbab yang ketat sehingga tampak dengan jelas lekukan tubuhnya([10]). Ini semua merupakan di antara bentuk berpakaian tapi telanjang, dan wanita-wanita seperti ini diancam dengan neraka jahanam. Lantas, jika wanita yang berpakaian seperti ini saja telah mendapat ancaman, maka bagaimana lagi dengan wanita-wanita yang jelas-jelas membuka auratnya di hadapan banyak orang?
Oleh karena itu, hendaknya para wanita menyadari bahwasanya hidup ini memiliki aturan, dan yang membuat aturan itu adalah Allah ﷻ. Tidak boleh seorang wanita berjalan di atas muka bumi ini dengan sekehendak syahwatnya dan melanggar aturan Allah ﷻ tersebut untuk mengenakan pakaian yang syar’i.
Kemudian, Nabi Muhammad ﷺ menyebutkan bahwa di antara ciri wanita yang diancam neraka adalah wanita yang rambutnya seperti punuk unta. Zaman dahulu, jika seorang wanita ingin tampil beda, maka dia memakai jilbab namun bagian belakangnya ditinggikan, tampak seperti punuk unta, sehingga orang-orang dari kejauhan tertarik untuk melihatnya.
Sebenarnya, ini hanyalah contoh yang disebutkan oleh Nabi Muhammad ﷺ. Asalnya, maksud sabda Nabi Muhammad ﷺ tersebut adalah ketika seorang wanita berpakaian, janganlah dia mengenakan pakaian yang bisa menarik perhatian. Wanita tentu boleh memakai pakaian yang indah, akan tetapi ketika seorang wanita memakai pakaian yang terlalu anggun, memiliki gambar bunga-bunga di seluruh pakaiannya, warna yang mencolok, dan akhirnya menarik perhatian laki-laki, maka yang demikian tidaklah dibenarkan oleh syariat.
Barang siapa wanita yang mengenakan jilbab agar dilihat oleh para laki-laki, maka sesungguhnya dia telah mengubah fungsi jilbab tersebut, karena fungsi asal jilbab adalah agar sang wanita terjaga dan terlindungi dari para laki-laki. Ingatlah, jangan sampai para wanita berharap mendapat pahala dengan jilbab yang dia kenakan, namun yang dia dapatkan adalah dosa karena melanggar syariat Allah ﷻ.
Inilah beberapa penjelasan dan makna dari tabarruj. Hendaknya para wanita memperhatikan perkara-perkara ini. Secara umum, jangan para wanita sampai berhias dengan hiasan-hiasan yang menjadikan para laki-laki memandang atau tertarik untuk melihat para wanita.
- Menegakkan salat, menunaikan zakat, serta taat kepada Allah dan Rasul-Nya
Firman Allah ﷻ,
وَأَقِمْنَ الصَّلَاةَ وَآتِينَ الزَّكَاةَ وَأَطِعْنَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا
“Laksanakanlah salat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, wahai ahlulbait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.” (QS. Al-Ahzab: 33)
Ketika seorang wanita berada di rumahnya, hendaknya dia berusaha taat kepada Allah ﷻ dan Rasul-Nya ﷺ, mendirikan salat yang wajib atasnya, dan mengeluarkan zakat jika dia seorang yang memiliki harta yang harus dikeluarkan zakatnya.
Kita telah sebutkan bahwasanya wanita diperintahkan untuk banyak tinggal di rumahnya. Di antara maksud dari tinggalnya seorang wanita di rumahnya adalah agar mereka banyak melakukan hal-hal yang bermanfaat, dan tentunya itu bagian dari bentuk ketakwaan kepada Allah ﷻ.
Namun, yang sangat disayangkan adalah sebagian wanita ketika di rumahnya banyak melakukan hal-hal yang tidak bermanfaat. Waktu yang dia miliki di rumahnya hampir-hampir habis untuk melihat tas, sepatu, dan barang-barang koleksi lainnya melalui gawainya.
Kita tidak menyalahkan sifat wanita yang suka melihat barang-barang koleksi, karena itu merupakan tabiat wanita. Akan tetapi, yang dikhawatirkan adalah apabila melakukannya secara berlebih-lebihan. Dunia bukanlah perkara yang harus ditinggalkan, akan tetapi jangan sampai waktu itu hanya digunakan untuk dunia saja.
Sesungguhnya, wanita yang tinggal di rumah itu memiliki banyak hal yang harus dia kerjakan sebagai bentuk ketakwaannya kepada Allah ﷻ, seperti salat lima waktu, salat sunnah qabliyah dan ba’diyah, membaca Al-Qur’an, banyak berzikir, dan berbagai bentuk ketakwaan lainnya, karena dengan begitu akan datang kebahagiaan.
Ketahuilah wahai para wanita, hati itu seperti tempat yang menampung sesuatu, dan hati itu menampung semua informasi yang masuk melalui pandangan kita, pendengaran kita, dan lisan kita. Ketika yang sering kita dengar, kita lihat, dan kita baca adalah ayat-ayat Allah ﷻ, maka hati kita akan menjadi bersih dan menjadi sumber kebahagiaan. Namun, apa bila yang kita dengar, yang kita lihat, yang kita baca hanyalah urusan-urusan dunia yang tidak memberikan manfaat lagi merusak, maka hati akan rusak, dan efeknya terhadap ketakwaan itu sangat besar. Terkadang, karena hati telah dipenuhi dengan dunia dan segala permasalahannya, akhirnya seseorang untuk bangun subuh merasa berat, membaca Al-Qur’an tidak betah, zikir jarang-jarang, dan bahkan salat tidak bisa khusyuk.
Permasalahan yang juga banyak di kalangan para wanita adalah perkara zakat. Betapa banyak para wanita yang memiliki emas yang banyak, namun mereka tidak mengeluarkan zakatnya. Bahkan, mereka tidak berusaha untuk menghitung-hitung emas dan harta lain yang mereka miliki untuk dikeluarkan zakatnya. Malah kemudian mereka hanya sibuk memikirkan bagaimana untuk menambah koleksi perhiasan-perhiasan mereka.
- Mempelajari Al-Qur’an dan Sunah Nabi Muhammad ﷺ
Firman Allah ﷻ,
وَاذْكُرْنَ مَا يُتْلَى فِي بُيُوتِكُنَّ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ وَالْحِكْمَةِ إِنَّ اللَّهَ كَانَ لَطِيفًا خَبِيرًا
“Dan ingatlah apa yang dibacakan di rumahmu dari ayat-ayat Allah dan hikmah (sunah Nabimu). Sungguh, Allah Maha Lembut, Maha Mengetahui.” (QS. Al-Ahzab: 34)
Ini merupakan nasihat terakhir Allah ﷻ, yaitu perintah untuk senantiasa membaca Al-Qur’an, mempelajarinya, dan mempelajari sunah-sunah Nabi Muhammad ﷺ.
Ketika seorang wanita telah selesai mengurus suami dan anak-anaknya, telah menyelesaikan pekerjaan rumahnya, bahkan mungkin telah bersilaturahmi dengan kedua orang tua, maka jika masih ada waktu yang tersisa hendaknya menyisihkan waktu untuk akhirat, yaitu membaca Al-Qur’an, dan mempelajari sunah-sunah Nabi Muhammad ﷺ.
Sungguh suatu mengherankan pada diri seorang wanita muslimah, hari-hari berlalu namun tidak ada satu halaman pun yang dia baca dari Al-Qur’an. Berapa pun halaman internet mampu di baca dari pagi hingga malam, namun matanya tidak kuat membaca Al-Qur’an walau satu halaman. Bagaimana mungkin seorang wanita bisa meraih kebahagiaannya, sementara kebahagiaan yang Allah ﷻ letakkan dengan membaca Al-Qur’an dia tinggalkan?
Pada akhir ayat ini, Allah ﷻ menutup firman-Nya dengan berfirman,
إِنَّ اللَّهَ كَانَ لَطِيفًا خَبِيرًا
“Sungguh, Allah Maha Lembut, Maha Mengetahui.” (QS. Al-Ahzab: 34)
Para ulama menyebutkan, Allah ﷻ menutup seluruh nasihatnya dengan firman tersebut agar para wanita bersabar dengan seluruh yang Allah ﷻ perintahkan kepada mereka, karena dibalik itu semua ada kebaikan dan kebahagiaan yang akan mereka rasakan, baik mereka sadari atau tidak, karena Allah ﷻ Maha lembut. Kemudian Allah ﷻ Maha Mengetahui, yaitu tinggalnya para wanita di rumahnya, mempelajari Al-Qur’an dan sunah-sunah Nabi Muhammad ﷺ, bertakwa kepada Allah, melakukan berbagai hal yang bermanfaat, sementara tidak ada orang yang mengetahui, namun Allah ﷻ Maha Melihat dan Maha Mengetahui.
- Taat kepada suami
Di antara nasihat kepada wanita muslimah yang harus mereka laksanakan, namun tidak Allah ﷻ sebutkan dalam nasihat-Nya terhadap istri-istri Nabi ﷺ adalah nasihat agar taat kepada suami.
Di antara tugas yang berat bagi seorang wanita adalah berbakti kepada suaminya. Padahal, wanita jika ingin masuk surga hanya cukup melakukan dua hal, tinggal di rumahnya dan taat kepada suaminya, dengan begitu maka akan dibukakan pintu surga dengan selebar-lebarnya baginya.
Nabi Muhammad ﷺ telah bersabda,
إِذَا صَلَّتِ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا، وَصَامَتْ شَهْرَهَا، وَحَفِظَتْ فَرْجَهَا، وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا قِيلَ لَهَا: ادْخُلِي الْجَنَّةَ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شِئْتِ
“Apabila seorang istri melaksanakan shalat lima waktu, berpuasa di bulan Ramadan, menjaga kemaluannya dan taat kepada suaminya, niscaya akan dikatakan kepadanya, ‘Masuklah kamu ke dalam surga dari pintu mana saja yang kamu inginkan’.”([11])
Dari hadis ini, ada empat syarat agar seorang wanita bisa dengan mudah masuk surga:
Pertama: Salat lima waktu. Seorang wanita tidak mengapa tidak mengerjakan salat sunah qabliyah dan ba’diyah, yang penting dia menjaga salat lima waktu yang wajib baginya, maka dia telah memenuhi syarat pertama untuk masuk surga.
Kedua: Puasa Ramadan. Seorang wanita tidak mengapa tidak mengejakan puasa sunnah Senin Kamis, tidak puasa ayyamul bidh, bahkan tidak puasa Arafah dan Muharram, yang penting dia menunaikan kewajibannya puasa Ramadan, maka dia telah memenuhi syarat kedua untuk masuk surga.
Ketiga: Menjaga kemaluannya. Yaitu seorang wanita tidak berhubungan yang haram dengan laki-laki lain selain suaminya, dan menjaga dirinya hanya untuk suaminya, maka dengan demikian dia telah memenuhi syarat ketiga untuk masuk surga. Sungguh, betapa banyak rumah tangga yang rusak gara-gara seorang wanita kembali bersua dengan kawan-kawan lamanya di masa lalu, kembali menjalin hubungan dengan teman-temannya, akhirnya suaminya ditinggalkan. Hendaknya seorang wanita menjauhi hal-hal seperti ini.
Keempat: Taat kepada suami. Seorang wanita yang tidak pernah membentak suaminya, tidak pernah mengangkat suara di hadapan suaminya, menaati seluruh permintaan suaminya selama tidak keluar dari syariat Islam, maka dia telah memenuhi syarat keempat untuk masuk surga. Syarat keempat ini adalah syarat yang paling berat bagi seorang istri, siapa pun wanita mengakui hal tersebut. Namun, hendaknya setiap seorang istri berjuang untuk hal tersebut, karena ada pahala yang sangat besar bagi siapa yang taat kepada suaminya. Adapun jika terdapat masalah-masalah dalam rumah tangga, hendaknya suami dinasihati dengan cara yang baik.
Footnote:
______
([2]) HR. Ahmad No. 27090, dinyatakan hasan oleh Al-Arnauth.
([3]) HR. Abu Daud No. 567, dinyatakan sahih oleh Syaikh Al-Albani.
([4]) Yaitu Mujahid bin Jabir, seorang ulama besar dari kalangan tabiin, dan merupakan murid dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhu.
([5]) Tafsir Ibnu Katsir (6/410).
([6]) Tafsir Ibnu Katsir (6/410).
([7]) Tafsir Ibnu Katsir (6/410).
([9]) Lihat: Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim, karya Imam An-Nawawi (17/191).
([10]) Lihat: Syarh Riyadh ash-Shalihin, karya Syaikh Utsaimin (6/373).
([11]) HR. Ahmad No. 1661, dinyatakan sahih oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih al-Jami’ No. 660.